Wife 2

1388 Words
"Kalian hanya tahu meminjam dengan cepat, padahal dari awal aku sudah peringatkan sekali kamu pinjam uang denganku. Maka bersiaplah dengan bunganya yang besar... kamu bahkan sudah menandatangi perjanjiannya" ucap Samuel tegas, mengingatkan Evan kembali. Lelaki itu hanya menggeram kesal, seraya menatap Samuel penuh kebencian. 'Sial gue diperes...' runtuknya tapi tentunya hanya di dalam hati. "Mudah saja... kau tinggal membawa seorang wanita sebagai jaminannya.. kebetulan ada pelangganku yang mencari seorang wanita untuk bersenang-senang, ia rela membayar 1 milliar, jika ada wanita yang sesuai dengan keinginannya." tambah Samuel mencarikan solusi, sesaat mata Evan berbinar. Ibl*s berwujud laki-laki itu merasa mendapat angin segar. "Apa syaratnya?!" pekiknya kegirangan. "Eemm... seorang wanita muda, cantik, metropolis tapi pasti yang belum pernah terjamah siapapun" sahut Samuel santai. "Tapi siapa wanita yang harus aku bawa?!" tanyanya sesaat pikirannya buntu. "Siapa saja, bisa adikmu, ataupun istrimu!" "Istri.. aku tidak punya istri..." "Hahahhaaaa... tapi kau bisa menikahkan!" saran Samuel kembali. "Benar... aku bisa menikah! jadi tolong lepaskan aku, secepatnya aku akan mendapatkan gadis dengan ciri-ciri seperti tadi, aku akan mencarinya kemana saja, bahkan kelubang buaya sekalipun!" janji Evan... Sam yang memang sudah sangat lama berkecimpung di dunia gelap seperti ini jadi tersenyum puas. Ia tahu orang seperti Evan bisa menghalalkan segala cara untuk terbebas dari hutang-hutangnya, dan Sam masih membutuhkan tikus-tikus macam Evan. Atas dasar saran tersebut maka Samuel berbaik hati melepaskan Evan tapi tentunya dengan pengawasan ketat dari orang suruhannya. Samuel keluar dari ruang penyekap-pan.. ia memandang Hito yang tengah terduduk dengan pandangan yang kosong.. Samuel bagaikan ayah angkat bagi Hito yang tengah terombang-ambing mencari tujuan hidupnya. Dulu.. Samuel menemukan Hito kecil yang sedang tak tentu arah dijalanan.. pertama bertemu ia langsung tahu, anak itu nantinya akan menjadi pengikutnya yang tangguh.. dan benar saja.. Hito bukan sekedar bodyguard bagi Samuel.. ia juga sudah menjadi orang kepercayaan penuh, banyak rahasia yang Samuel bagi hanya kepada Hito seorang. Samuel mendekati Hito mengelus punggung lelaki itu, meski anak buah mafia. Tapi Hito mempunyai sifat yang berbeda, ia tak suka jika ada orang yang tak bersalah ikut masuk dalam dunia gelap ini. "Aku melepaskannya.!" ucap Samuel. Hito hanya memandang Samuel datar. Ia tahu pasti ada sesuatu hal yang menjadi kesepakatan antara mereka berdua. Tapi Hito terlalu tak acuh untuk bertanya. --- Evan yang sudah keluar dari penyekapan sedang berusaha mengobati luka-lukanya, sesekali mulutnya merancau kata-kata kasar mengingat perlakuan kasar genk Samuel.. otaknya terus berputar memikirkan siapa yang akan "menggantikan posisinya" untuk tersiksa disana dan tiba-tiba saja otak liciknya teringat Sekar.. yah Sekar, ia yakin gadis itu tumbuh menjadi wanita cantik, dan tentunya polos, ia tersenyum miring saat mengingat adik kelasnya itu. Flashback Off. Maka Evan mulai menelpon ayahnya, Sebastian meminta membantunya meminang Sekar untuknya.. "Apa kenapa tiba-tiba Evan?!" pekik Sebastian tak suka, tadinya ia berencana.. hanya akan menerima wanita yang mempunyai garis keturunan dari keluarga darah biru, mengingat tingginya pendidikan yang Evan cecap.. tanpa Sebastian tahu... jika Evan tak pernah pergi kuliah, sejak 2 tahun yang lalu. Seperti yang sudah diduga.. wanita tua bernama Rosa begitu bahagia mendapatkan pinangan untuk anak gadisnya terlebih pinangan itu datang dari keluarga Sebastian.. "Jadi bagaimana, tentunya Evan diterimakan?!" tanya Sebastian ketus dari balik telepon. Rasanya ia enggan bertandang kerumah tetangganya yang ia anggap tidak layak untuk anak lelakinya. Tanpa peduli suara ketus Sebastian, Rosa langsung menjawab antusias... dan ia berjanji akan meminta Sekar untuk segera pulang. Sekar sudah sampai di Surabaya tepatnya dirumahnya, ia langsung menyapa ibunya itu. "Assalamualikum bu...!" panggil Sekar. "Walaikumsallam.... nak, nak...sebentar lagi kamu akan menikah!" Rosa tidak bisa menahan rasa bahagia dihatinya, sampai ia langsung mengungkapkan perasaannya tanpa menunggu Sekar masuk. Sekar tersenyum tulus, rasanya baru kali ini ia melihat Rosa begitu bahagia.. dan itu karena dirinya, Sekar merasa beruntung bisa menghias senyum mengukir diwajah ibunya. "Bu.. aku masuk dulu!" Manjanya seraya memeluk Rosa, Rosa jadi tertawa karena itu. Ia membawa Sekar masuk kedalam. 3 hari Sekar berada di Surabaya, sesuai janji.. datang Sebastian ditemani hanya dua orang dari pihak keluarga mereka. Hati Sekar sedikit tidak terima.. dimana Evan calon suaminya. "Maaf pak tapi dimana mas Evan?" tanyanya, Sekar tak ingin seperti membeli kucing dalam karung tahu-tahu menikah tanpa saling mengenal. "Evan ada urusan di Jakarta. Ia seorang pengusaha yang sukses disana.. jadi gak bisa sering-sering pulang apalagi, untuk hal gak penting!" sarkas Sebastian, Sekar mencibik tak senang.. ia merasa perkataan Sebastian begitu keterlaluan.. "Tapi saya ingin mengenal mas Evan lagi pak!" Kemarahannya membuat Sekar mampu berkata lancang. Rosa memukul lengan Sekar tidak terima, ia malu dengan sikap Sekar. "Maafkan anak saya pak, kami pasti menerima nak Evan.." "Oke kalau begitu seminggu lagi mereka menikah!" "Tunggu pak, tapi kenapa cepat sekali!" Lagi-lagi Sekar membantah. "Sekar!" pekik Rosa tidak suka. Matanya melotot tidak terima "Bu.. tapi seminggu terlalu cepat, aku belum bertemu mas Evan lagi, kita bahkan belum menyamai hari baik menurut tanggalan Jawa..!" Sekar tahu ibunya termasuk orang yang selalu melihat hari baik setiap kali melakukan suatu hal yang penting. "Sudahlah Sekar.. semua hari baik, kamu jangan terus beralasan...!" Dibentak seperti itu membuat Sekar terdiam, ia hanya berharap Evan betul-betul jodoh yang disiapkan Tuhan untuknya. Malam itu Sekar tak mampu memejamkan matanya, bukan karena rasa bahagia.. tapi sebuah firasat tak tenang, berkali-kali wanita itu mendesah kecewa.. Sekar lalu beranjak dari tempat tidurnya. Ia memutuskan melakukan sholat malamnya. "Ya Tuhan.. semoga kali ini yang datang adalah jodoh yang ENGKAU persiapkan untukku!" Doanya penuh harap. Seminggu berlalu... upacara pernikahanpin segera dimulai. kini Sekar sedang di rias begitu cantik, balutan kebaya putih semakin menambah keanggunan dalam dirinya. dan Bunga terus menatapnya dengan memuja. Ia memang datang 3 hari yang lalu, Sekar ikut menatap Bunga dari pantulan kaca riasnya. tapi dengan pandangan ketakutan yang ketara. "Kamu kenapa Sekar? tanya Bunga mendekat, seraya mengelus bahu Sekar. "Aku takut Bunga, aku takut mas Evan tidak sesuai dengan apa yang aku pikirkan!" "Sekar.. jangan seperti itu.. mungkin semua ini karena rasa gugupmu yang belum bertemu dengannya, apalagi kalian langsung menikah, itu wajar Sekar.. setiap orang akan merasa gugup setiap kali masuk ke kehidupan barunya!" Sahut Bunga bijak. "Wwooy... pengantin pria datang.. pengantin pria datang....!!" Teriak seisi rumah, Sekar semakin gugup karena ini saat yang paling ia tunggu sejak seminggu kemarin Ia dituntun Bunga untuk melihat Evan.. pandangan mereka bertemu, tapi perasaan Sekar semakin tak karuan, ia seakan terganggu dengan tatapan nyalang Evan. Sehingga Sekar memutuskan menunduk takut. 'Sial..cantik banget si Sekar.. kalo ajah tuh orang mau yang gak perawan, udah gue pake duluan tuh cewek!" Runtuknya dalam hati. Kini kedua orang yang tak saling kenal duduk berdampingan didepan penghulu.. moment yang seharusnya membawa kebahagian bagi Sekar.. tapi entah mengapa perasaannya tak menjurus kearah sana, kedua tangannya terjalin diatas pangkuannya, begitu gugup dan kaku. ia hanya bisa terus berharap jika apa yang ia takutkan tak akan pernah terjadi bahwa Evan betul-betul menjadi suami idamannya. "Sah...?!" "Sah...!" teriak semua orang disana dengan nada yang bahagia.. berbeda dengan suasana hati Sekar. Tak ada pesta pernikahan, karena Sebastian merasa tak pantas untuk Sekar mendapatkan kebahagian menjadi seorang ratu dalam sehari.. baginya Sekar sudah sangat beruntung. Bagaikan mendapatkan durian runtuh menikah dengan anaknya. Hari semakin larut, para tamupun sudah berlalu, kedua pengantin baru juga sudah merapikan riasannya. Sekar memandang dirinya dalam pantulan cermin dikamar mandi.. berkali-kali ia menarik nafas gugup, sedang didepan kamar sudah ada Evan yang terduduk santai dengan gadget ditangannya. Sekar berjalan mendekati Evan.. "Mas belum tidur?!" tanyanya kaku. "Ooowh.. kamu mau tidur disini? Ya sudah saya tidur diluar...!" ucap Evan yang langsung keluar dari kamar.. meninggalkan Sekar yang mematung tak percaya.. inikan malam pertama mereka? Pikirnya. Tapi Sekar tak ingin berburuk sangka apalagi dengan suaminya itu. Pagi hari Evan langsung meminta Sekar kembali membereskan kopernya, ia berencana membawa Sekar langsung ke Jakarta. "Kita gak disini ajah dulu mas, aku juga udah cuti kuliah kok!" sahut Sekar.. ia masih ingin bersama Rosa lebih lama. untuk menemaninya dihari-hari pertama pernikahannya. Evan tidak menjawab dan justru berlalu pergi. "Bu.. saya mau bawa Sekar langsung ke Jakarta...!" pintanya ke Bu Rosa. "Nak Evan... kenapa kalian gak disini dulu?" Cemas Rosa yang pemikirannya sama dengan Sekar. "Gak bu... saya banyak urusan lagi jugakan Sekar harus kuliah lagi!" Sekar hanya menatap memelas ke Rosa. Ia tahu sekarang dirinya menjadi tanggung jawab Evan sepenuhnya, dan ia tak bisa membantah ingin suaminya. Sekar juga sudah siap dengan 2 koper miliknya, ia memang tidak perlu lama membereskan semua, karena memang sebagian masih berada didalam koper. Dengan berat hati Rosa memeluk anak gadisnya itu melepaskannya untuk kehidupan yang baru. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD