Wife 5

1163 Words
"Enggak.. enggak apa-apa.. kamu bilangkan kita harus cepat menjual mobil ini!" Ucap Sekar gagap, mengatensi Hito juga dirinya. Jika terlalu lama seperti ini Sekar yakin dirinya bisa gila. "Kamu benar!" Hito langsung melajukan mobilnya kembali, dengan cepat ia sudah menemukan penadah mobil curian, dunia gelap yang selama ini ia jalani membuat ia dengan mudah bertemu dengan orang semacam itu. "Berapa?!" Tanya Sekar penasaran, jika dilihat mobil itu begitu mewah, Sekar yakin harganyapun tak akan murah biarpun bekas. "400 juta" "Hhhaaaahh.." "Kita perlu menjualnya cepat, berapapun yang ia tawarkan aku akan terima" Balas Hito tenang, ada rasa kagum yang datang di hati Sekar, pria itu terlihat sangat keren saat dengan jelas tahu apa yang ingin ia lakukan, Sekar suka dengan laki-laki yang tegas dan berwibawa layaknya Hito. Bibirnya tersenyum kagum menatap kearah Hito. sekarang Hito tengah melihat-lihat motor bermesin 250 cc yang juga dijual disana. Tentunya itu juga hasil barang tadahan, tapi Hito nampaknya tidak peduli ia terlihat berjabat tangan tanda sudah selesai melakukan sesi jual beli. "Ayok...!" Ucap Hito mengajak Sekar. "Kita mau kemana?" Tanya Sekar, matanya menatap tangannya yang di pegang Hito. "Kita akan pergi dari kota ini!" Sahut lelaki itu enteng. Sekar sudah duduk diatas motor itu, meski belum setuju ikut dengan Hito, tapi ia juga tak tahu mau kemana lagi. "Pegangan...!" Sahut Hito lembut, ia menatap Sekar dari ekor matanya, tangannya mengambil tangan Sekar melingkari pinggangnya. "Aku mau ngebut....!" Tambahnya, benar saja Hito mulai melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Beberapa kali Hito dan Sekar berhenti di tempat pembelian tiket, mulai dari tiket kereta, pesawat dan terakhir kapal feri. Sekar merasa tidak paham maksud Hito. "Sebenarnya kita mau kemana?!" Tanya Sekar curiga, Mereka sudah berhenti di Pelabuhan menatap kapal feri yang tengah berjalan ditengah laut. Terlihat begitu kecil layaknya semut. Tanpa menjawab Hito terus berjalan kedepan merentangkan tangannya merasakan udara segar yang masuk dari pori-pori kulitnya. Sekar mendekat ke lelaki itu, memandang wajah damai Hito entah mengapa memberikan gejalar aneh dihatinya. Hito membuka matanya karena tadi ia tengah asik menikmati suasana damai yang tercipta. "Kita sudah pergi..!" Ucapnya meninggalkan Sekar yang masih diam mematung. "Tunggu...tapi kapalnya bahkan jalan tanpa kita!" Pekik Sekar, tidak paham maksud Hito. "Yah memang! yang pergi cuma identitas kita!" Sahutnya sambil bersender santai disamping motornya. "Hhhaaahh..!" Sekar mendekat berdiri disamping Hito. Lelaki itu betul-betul aneh dimata Sekar. Hito berdiri tegak, tinggi tubuhnya membuat Sekar seakan tenggelam saat berada disampingnya, bahkan dengan jelas ia dapat melihat d**a berotot Hito. Tak ingin Sekar salah paham, Hito tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Sekar. "Kita cuma perlu mengelabui Samuel dan Fredy. Jadi kita tidak perlu pergi betulan!" Ucapnya begitu lembut. Sekar mendongak kearah Hito, wajah tampannya membuat ia tak bisa berkata-kata. "Kamu percaya ajah sama aku.. yah!" Sahutnya dengan tatapan yang begitu intens. "Tapi kalau kita masih disini, bukan tidak mungkin mereka masih bisa menemukan kita!" Protes Sekar, yang terus menatap Hito. "Hahahaa.. tenang saja, aku kenal Sam, dia gak suka menghabiskan waktunya untuk mencari secara detail, kelemahannya adalah terlalu percaya diri. Ia bahkan tak pernah mengecek tikus yang ada dirumahnya!" Sarkas Hito --- Hito dan Sekar sudah mendapatkan rumah petakkan yang cukup jauh dari hunian warga, rumah lusuh dan kumuh seakan begitu lama ditinggali penghuninya. Hito memang sengaja memilih rumah itu, ia tak suka tinggal d tengah keramaian. "Masuk yuk!" ajaknya, dengan di ikuti Sekar di belakangnya, wanita itu terduduk di pojok meski perutnya terasa keroncongan Hito memberikan nasi bungkus ke pangkuan Sekar, dan mulai ikut memakan bagiannya dengan lahap. "Makan!" ucapnya, ia tahu Sekar sejak tadi siang belum makan, dan tadi Hito sudah membelikan wanita itu nasi bungkus sekalian untuknya juga. "Habis makan langsung tidur ajah!" titahnya menunjuk ke sebuah tempat tidur disana. "Emang kamu mau kemana?!" Sekar hanya tak ingin sendiri di rumah ini. Hito hanya menunjukkan rokok yang ada di tangannya. Mulai menghisapnya seksama. "Uuuhuukk...uuhhhuukkk...!" Gadis itu terbatuk-batuk meski ia mencoba untuk menahannya, Sekar tak mungkin melarang Hito merokok, ia tahu disini ia hanya menumpang dan tidak selayaknya Sekar mengatur lelaki itu. "Kamu gak suka asap rokok?!" terka Hito, dan ia langsung menginjak putung rokok dengan kaki telanjang. "Ya sudah kamu tidur udah malem...!" Hito langsung membaringkan tubuhnya di lantai pojok dengan posisi menghadap dinding. "Kamu ajah yang tidur disini..!" balas Sekar takut. "Jangan paksa aku mengulang perkataanku...!" sahut Hito galak Malam semakin larut, sepasang mata Sekar belum juga ingin terpejam. Suara rintik hujan seakan menemani lamunannya, ia menatap punggung Hito dalam tidurnya. 'Pasti dingin disana, berada diatas tempat tidur saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri karena terlalu dingin, bagaimana dengan dibawah sana?!' pikir Sekar. Ia berjalan mengendap-endap berusaha memakaikan selimut yang tadi ia gunakan ke tubuh Hito. Belum juga selimut itu sampai ditubuh lelaki itu, Hito sudah terjaga dan mengagetkan Sekar. "Aahhk... maaf!" katanya menyesal. "Aku bilang tidur...!" "Aku tahu... tapi tidur di lantai pasti lebih dingin, jadi kamu saja yang pakai selimutnya" belanya, sambil menyodorkan selimut di tangannya. "Haaaahhh...!" desah Hito malas, ia malah kembali memejamkan matanya. Sekar menggaruk kepalanya salah tingkah. "Aku ganggu kamu...?!" "Iyah...aku terganggu sejak awal melihat belahan d*damu itu rasanya aku ingin meremasnya kasar...!" seringainya, spontan Sekar menunduk, menyadari belahan d*danya yang menyembul keluar karena kemejanya yang telah koyak. Ia menutupi d*danya dan kembali tidur di kasurnya berusaha menutupi dirinya dengan selimut lekat. dan Hito hanya tersenyum miring dengan kepolosan gadis itu. Ia sudah berhasil membuat Sekar terdiam. Setidaknya untuk malam ini. --- Pagi hari Sekar masih berpura-pura tidur, tak banyak yang bisa ia lakukan dengan lelaki asing. Meski Sekar mendengar Hito sudah bangun dan sedang mencoba menyalakan motornya lagi. "Kamu mau kemana?!" Sekar sudah seperti anak kecil yang takut ditinggal orangtuanya sendiri. Ia sampai memarani Hito dengan tubuh yang bergetar takut "Kamu mau jalan-jalan?!" tawar lelaki itu yang berdiri di ambang pintu. Sekar terperangah. Tunggu mereka inikan layaknya buron yang sedang menghindar. Tapi kenapa dengan mudahnya Hito mengajaknya jalan-jalan?. "Setidaknya kita bisa beli baju untukmu. Karena aku tidak yakin bisa terus tahan melihat belahan d*damu!" bisiknya tepat di telinga Sekar. Wanita itu sampai merinding kengerian dengan setiap perkataan yang keluar dari bibir Hito. Sekar sampai berfikir apa lebih baik ia pergi saja dari sini? Ia kan bisa kembali kost ditempat yang dulu. Dan ia juga bisa bilang ke Rosa, ibunya jika hidupnya di Jakarta bahagia. Ia yakin selama ia tak membongkar rahasianya, maka keadaan Rosa akan baik-baik saja. Tapi Sekar juga ragu, ia takut sewaktu-waktu bertemu orang suruhan Samuel ataupun Fredy, bisa apa wanita lemah sepertinya? Dan sepertinya hanya berada di samping Hito yang membuatnya merasa "aman" "Aku mau... aku mau beli baju baru untukku!" aahutnya berusaha memberanikan diri. Ia tak akan terpengaruh dengan godaan Hito. Janji Sekar dalam hati. Hito tersenyum nakal membuat keberanian yang Sekar kumpulkan susah payah seakan menguar begitu saja. Kembali Hito mendekat, tangannya mengambil tangan Sekar meletakkan di atas bahunya. Bibirnya menempel di pipi kanan Sekar. Tidak! Sekar linglung, dunianya terasa gelap. Apa yang sedang laki-laki itu lakukan? tangannya ingin berjalan menampar pipi Hito, tapi tatapan lembut Hito seakan mengunci pergerakkannya. "Pipimu harum...!" ucap lelaki itu seraya membelai pipi Sekar tanpa rasa bersalah. --- bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD