Play Boy Kampus

1589 Words
Buk! Sebuah gerakan yang sangat sulit untuk di tebak. Angga melayangkan tendangannya tepat di tangan salah satu pengendara yang memegang pisau. “Akhh!” teriak salah satu pria itu. Pisau pun terlempar, memegangi tanganya yang terasa sakit akibat tendangan yang Angga layangkan. Pria yang satunya maju, mengarahkan pisaunya tepat ke perut Angga. Dengan sangat sigap Angga menghindar, pria itu terhuyung ke depan akibat tusukannya yang meleset, mengenai angin. Angga memukul punggung pria itu, membuat pria itu ambruk seketika karena kerasnya pukulan yang Angga layangkan. Salah dari pria itu kembali berdiri, berusaha melawan Angga dengan tangan kosong. Maju untuk memukul Angga, dengan tenangnya … Angga menahan pukulan pria itu dengan telapak tangannya yang kuat, menarik tangan pria itu, membanting tubuh pria itu di atas trotoar jalan. Angga tersenyum sinis. Mereka benar-benar tidak menyangka, jika Angga jago ilmu bela diri. Kedua pria itu berusaha bangkit, Angga yang tidak ingin memberikan kesempatan kepada ke duanya untuk melawan, memutar tubuhnya, melayangkan tendangannya ke arah mereka berdua. Keduanya pun ambruk karena kerasnya tendangan yang Angga layangkan. Angga mendekat, mengunci ke belakang tangan salah satu pria yang masih sadar. Pria itu meringis kesakitan, Angga tidak peduli, dia semakin menekan tangan itu ke belakang. “Siapa yang ngirim lo!” teriak Angga. Pria itu masih bungkam, meringis menahan sakit. “Jawab! atau gue patahin tangan lo!” ancam Angga. Benar-benar tidak main-main. Angga semakin menekan tangan pria itu. “Ja—jangan …” “Cepat katakan! siapa yang nyuruh lo!” bentak Angga. “Pa—Panji …” Angga melepaskan tangan pria itu, mendorong kasar tubuh pria itu. Panji benar-benar licik. Angga menyeringai, dia bersumpah akan membalas Panji lewat gadis yang Panji sukai. “Lo sendiri yang sudah menyulut api ini Nji. Lihat … apa yang bisa gue lakukan ke Hana …” gumam Angga. Tidak peduli dengan dua pria penyerang tadi, Angga melangkahkan kakinya menuju mobilnya, masuk ke dalam mobil itu, kembali melajukan mobilnya menuju ke rumahnya. ,,,,, Kediaman Keluarga Ardiansyah Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Angga berjalan tanpa sebuah beban menuju ke dalam rumah mewah milik keluarganya. Lampu rumah belum mati, sepertinya papanya belum tidur, atau memang sang papa sengaja menunggunya pulang. Kriet … Angga membuka pintu utama dengan sangat pelan. Dugaannya benar, papanya sedang duduk di sebuah sofa dan menunggu kepulangannya. “Bagus, Ngga. Sudah Papa bilang, berhenti main-main dengan hidupmu!” Angga menghentikan langkah kakinya, seperti biasanya … sang papa akan menceramahinya. “Angga sudah gede, Pa. Angga berhak menentukan hidup Angga.” Devanta Ardiansyah tidak terima mendengar jawaban dari Angga. “Kamu itu anak pertama dari keluarga ini, sudah saatnya kamu belajar mengurus bisnis keluarga!” Devanta mulai meninggikan suaranya. Angga tersenyum, seperti itulah sang papa. Tidak mau mengerti apa sebenarnya yang Angga inginkan.”Berapa kali Angga bilang, Angga tidak pernah tertarik dengan bisnis Papa!” ujar Angga ketus. Devanta menghela nafasnya kasar, selalu saja seperti ini. Sampai kapan Angga akan berubah. Memang dia akui, Angga tidak pernah meminta uang darinya. Uang yang Angga hasilkan sebagai seorang pembalap sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kehidupannya sendiri. “Apa kamu pikir, seorang pembalap mempunyai masa depan yang cerah?” Angga menghela nafasnya, berusaha mengatur emosinya yang hampir saja meledak. Kenapa papanya selalu saja meremehkan profesinya. “Terserah Papa! aku capek, Pa.” tidak ingin berdebat terlalu lama, Angga pergi begitu saja dari hadapan Papanya. Tidak peduli dengan papanya yang memanggil namanya. Angga berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua, hari ini dia benar-benar lelah. Membuka pintu kamarnya setelah ia sampai di depan kamar, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Beruntung, tadi si penyerang tidak bisa menyentuhnya. Coba saja kalau dia sampai babak belur, sudah pasti papanya akan memarahinya habis-habisan. Selesai membersihkan dirinya dan berganti pakaian, Angga merebahkan tubuh kekarnya di atas kasur. Tidak butuh waktu lama, cowok tampan itu sudah memasuki alam mimpinya. ,,,,, Kampus Di sinilah Angga berada, sengaja dia mengambil jadwal kuliah pagi, karena dia menghindari bertemu dengan papanya. Hari ini, dia akan mulai mendekati Hana supaya dia bisa memenangkan taruhan itu. Erik yang melihatnya dari kejauhan, datang mendekatinya. “Tumben lo datang,” ujar Erik. “Emang cuman lo yang pengen jadi orang?” sindir Angga. Erik terkekeh, sedikitpun dia tidak tersinggung dengan kata-kata Angga. “Yailah, emang lo hantu? bukan orang.” Angga meninju lengan Erik. Seperti inilah sahabatnya, susah banget diajak serius. Tanpa sengaja, Angga melihat Panji dari kejauhan. Angga menarik tangan Erik. “Ikuti gue!” perintah Angga. Erik hanya menurut, ketika Angga menarik tangannya dan berjalan ke arah Panji. Panji terkejut melihat Angga dalam keadaan baik-baik saja. Angga tersenyum melihat Panji yang sepertinya terkejut dengan kedatangannya. “Napa? Kaget, lo. Dasar banci!” maki Angga. Panji mengepalkan tangannya kuat, dia tidak terima dengan sebutan yang Angga berikan kepadanya. Erik terlihat bingung. Padahal taruhan belum di mulai, tapi suasana sudah memanas. “Jaga bacot lo, Ngga.” Angga tersenyum sinis, laki-laki apa? coba. Kalau beraninya menyerang dari belakang. “Jangan pura-pura Lo. Tadi malam lo sengaja menyuruh orang buat ngabisin gue ‘kan?” Erik terkejut mendengar perkataan Angga. Dia tidak akan pernah terima, jika terjadi sesuatu dengan sahabatnya. “Bangke lo, Nji. Lo emang banci!” maki Erik. Panji meradang, dia tidak terima dengan kata-kata yang Erik ucapkan. Panji maju, salah satu temanya menahannya. “Tahan emosi lo, Nji. Ini kampus, jangan sampai kita membuat keributan di sini.” Salah satu teman Panji berusaha membujuk Panji. Kata-kata temannya benar, tidak seharusnya dia membuat keributan di kampus. Akhirnya Panji mengalah, meninggalkan Angga dan Erik yang menatap tajam ke arahnya. “Cabut!” ajak Angga. “Bentar … lihat siapa yang datang,” ujar Erik. Angga mengikuti arah telunjuk Erik menunjuk. Angga tersenyum. Benar-benar sebuah kebetulan, di sana … seorang gadis cantik tengah berjalan menuju ke arahnya. Gadis cantik itu adalah Rehana Permeswari Atmajaya. Salah satu gadis tercantik di kampusnya Angga. Banyak para mahasiswa yang berusaha mendekatinya, tapi Hana selalu menolaknya. Angga menghentikan langkah Hana, membuat gadis cantik itu berhenti. Hana menatap sebal wajah tampan Angga. Di lihat dari mana pun, sosok Angga memang sangat tampan. Hana terlihat menahan emosinya, tingkah Angga benar-benar membuatnya sangat kesal. “Minggir …” Angga tersenyum, tidak peduli dengan kata-kata Hana. “Kalau aku nggak mau, gimana?” goda Angga. Erik menggeleng, benar-benar jurus ampuh seorang play boy ulung. “Minggir!” teriak Hana. Angga masih saja berdiri menghalanginya, mengikuti ke mana langkah kaki Hana melangkah, jika Hana melangkah ke kiri, Angga ikut ke kiri, jika Hana melangkah ke kanan, Angga pun ikut ke kanan. Benar-benar sangat menyebalkan bukan? Hana berhenti, menatap tajam wajah tampan Angga. Gadis cantik itu mendengus kesal. “Menyingkirlah, Ngga. Aku ada tugas penting hari ini. Jangan buat aku terlambat.” Angga sedikit pun tidak bergerak, tetap berdiri menghalangi Hana. “Aku akan minggir, kalau kamu mau memenuhi syaratku,” ucap Angga. “Terserah kamu, apa yang kamu inginkan?” tanya Hana. Angga tersenyum, akhirnya Hana menyerah juga. “Aku antar pulang kamu.” Hana melotot. Hanya itu, yang diinginkan seorang Angga. Benar-benar sangat menyebalkan. Hana nampak berpikir, antara setuju atau tidak. “Baiklah … hanya pulang bareng ‘kan?” Angga mengangguk, membenarkan pertanyaan Hana. Padahal dia mempunyai maksud lain. Dia benar-benar ingin membuat Hana terpesona dengan dirinya. “Oke, aku tunggu. Di sini.” Hana mengernyitkan keningnya heran, padahal mereka satu kelas. Kenapa Angga harus menunggunya di sana. “Kamu … bukannya hari ini kita ada jadwal mata kuliah pagi? Kenapa kamu harus nunggu di sini?” tanya Hana penasaran. Angga mengerlingkan matanya lucu. “Aku dah pinter, jadi nggak perlu ngikutin mata kuliah,” ucap Angga asal. Erik mentonyor kepala Angga. Pe-de banget nih bocah. “Lambe lo!” maki Erik. Angga terkekeh, dia datang ke kampus hanya untuk deketin Hana, Erik hanya bisa geleng kepala melihat tingkah Angga. “Udah sana, masuk! Aku tungguin di sini ya …” ucap Angga di buat semanis mungkin. “Ya udah, sana minggir!” ucap Hana ketus. Hana tau sekali siapa Angga. Cowok dengan sejuta pesona, tidak akan pernah setia dengan satu pasangannya saja. Angga tersenyum, mempersilahkan Hana untuk lewat. Erik rasanya mau muntah melihat tingkah Angga, yang menurutnya terlalu lebay. Hana yang memang sudah terburu-buru segera pergi meninggalkan Angga. “Yes!” seru Angga senang. Erik hanya bisa geleng-geleng kepala. “Lo bener? Nggak bakalan naksir sama Hana?” tanya Erik. Angga menyunggingkan senyumnya, merangkul pundak Erik. “Dengerin gue ya, Rik. Buat gue, semua cewek itu sama. Hanya buat seneng-seneng, mereka enjoy kita juga enjoy. Lagian kita masih muda, ngapain mikir sampai jauh.” Erik benar-benar nggak habis pikir, dengan cara berpikir Angga. “Lo emang brengs*k!” “Emang!” “Hahaha …” Keduanya sama-sama tertawa. Erik berjalan menuju ruang kuliahnya, sedangkan Angga tidak. Dia benar-benar menunggu Hana di sana. Seorang gadis cantik datang menghampiri Angga. “Hai Kak Angga …” Angga tersenyum, mendengar sapaan gadis cantik itu. Angga memperhatikan gadis di depannya dari atas ke bawah. Lumayan juga nih cewek. Itulah yang Angga pikirkan saat ini. “Hai Cantik … ada yang bisa gue bantu?” tanya Angga semanis mungkin. Gadis cantik itu tersipu, Angga memang benar-benar ramah, pantas saja banyak gadis yang tergila-gila padanya. “Kakak nggak masuk?” tanya gadis itu manja. Angga tersenyum, gadis model kek gini yang gampang banget di deketin. “Nggak! kamu tau kenapa?” tanya Angga genit. Gadis cantik itu menggeleng. “Karena Kakak nungguin kamu,” ucap Angga asal. Gadis cantik itu tersipu. Angga tersenyum. “Ihhh … Kakak bisa aja deh,” ujar sang gadis. Bener-bener si Angga, memang benar kata Erik, play boy kelas kakap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD