Red - 67

2090 Words
Secara resmi Koko dan Victor telah memenangkan pertandingannya melawan Paul Cozelario, yang merupakan mentor mereka sendiri. Para penonton bersorak-sorai heboh, menyambut kemenangan dua orang itu yang telah berhasil menaklukkan mentornya yang cukup buas dan mengerikan, meski sekarang peserta yang terlihat memenangkan pertarungan hanyalah Koko seorang, pasangannya sama sekali tidak tertampak di sana. Sedangkan Paul Cozelario, yang merupakan lawannya di pertandingan, telah diangkat dan dibawa oleh beberapa pelayan pendamping berjubah hitam pekat menuju ruang penyembuhan. Kondisi Paul cukup memprihatinkan, seluruh tubuhnya jadi berantakan dan penuh dengan luka, itu semua akibat dari sengatan-sengatan ribuan serangga yang sebelumnya menggerumuti badannya. Itu adalah serangan yang mematikan, dan semua itu berasal dari kemampuan pengendalian Koko yang secara tidak sadar diaktifkan dan mengendalikan serangga-serangga di bawah tanah untuk keluar dan menyerang Sang Mentor. Bahkan saat ini, walaupun seluruh penonton terlihat membangga-banggakannya, tapi raut wajah Koko sama sekali tidak tersenyum bahagia, lelaki cantik berambut ungu panjang itu hanya berdiri di tengah lapangan dengan menundukkan kepalanya. Koko merasa semua ini tidak pantas dia terima, mengingat dia telah melakukan kecurangan karena menggunakan komplotan serangga untuk menyerang dan mengalahkan Paul, juga telah membuat pasangannya melarikan diri dari lapangan saking ketakutannya pada hewan-hewan mungil berkaki banyak tersebut. Tepuk tangan begitu riuh, semua itu diperuntukkan untuk Koko yang berdiri di sana, sayangnya lelaki cantik itu malah merasa menyesal dan tidak layak untuk mendapatkan kemenangan yang gemilang ini. Bahkan, Koko ingin memberikan protes pada Roswel terkait kemenangannya, tapi dia terlalu malu untuk mengeluarkan suara sehingga yang dilakukannya sekarang hanyalah menundukkan kepala seolah-olah dirinya sedang menikmati kemenangan tersebut. Mengggeleng-gelengkan kepalanya sejenak, Koko menghembuskan napas dan berjalan pelan, melangkah dan mengangkat kakinya untuk pergi dari lapangan. Di sini terlalu bising, Koko tidak terlalu suka dengan kebisingan, apalagi dia sekarang sedang menjadi pusat perhatian. Itu terlalu memalukan. Orang seperti Koko seharusnya tidak pantas untuk menjadi pusat perhatian semua orang, orang-orang sepertinya lebih cocok hanya menjadi peran pendukung saja di suatu kisah. “Terima kasih banyak.” Lirih Koko, menyapa para penonton dengan suaranya yang begitu halus dan lembut bagaikan seorang dewi yang menenangkan para pengikutnya, sebelum akhirnya lelaki cantik itu benar-benar pergi dan lenyap dari lapangan. Tidak lupa, dia juga melepaskan mikrofon yang tertempel di pipinya dan meletakkannya di permukaan tanah dengan anggun, lalu kembali berjalan menuju tempat peristirahatan para peserta yang sudah bertanding, yaitu ruangan kolam penyembuhan. Langkah kaki Koko terdengar sangat pelan, tiap gerakannya diatur sefeminin mungkin agar dia tidak melakukan kesalahan, terutama saat ini si lelaki cantik sedang memakai gaun panjang dan sepatu hak tinggi berwarna merah cerah, sehingga dia harus berperilaku seperti perempuan tulen agar orang-orang tidak memandang aneh pada dirinya. Mencari dan mencari ke setiap pintu yang ada di lorong, akhirnya Koko menemukan sebuah pintu yang di dinding atasnya terdapat sebuah papan nama bertuliskan ‘Ruang Penyembuhan Peserta’, dan secara perlahan, ia mencoba mendorong pintu itu dan ternyata tidak dikunci, hingga akhirnya pintu yang memiliki dua daun itu, pelan-pelan terbuka lebar, menampilkan aroma harum seperti obat-obatan herbal, dan aromanya cukup tajam. “Siapa yang membukakan pintu?” Koko tersenyum saat mendengar sebuah suara yang tidak asing di dalam ruangan itu, sontak saja ia kegirangan dan langsung melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam, dan keterkejutannya bertambah karena di sana hadir teman-teman sesama pahlawannya yang sebelumnya sudah bertanding di lapangan, sedang duduk melingkar di sebuah kolam air hangat yang berbentuk bundar dan terbuat dari bebatuan pegunungan. Dan pemilik dari orang yang barusan bersuara adalah Lizzie. “Bolehkah aku bergabung?” tanya Koko dengan tersenyum tipis, dia sangat bahagia karena bisa melihat Colin, Lizzie, Isabella, Jeddy, Abbas, Cherry, dan juga Paul. Mereka semua terlihat sedang menikmati diri menyelam dan duduk di dalam kolam air hangat. “Woah, Kokoooooo!” Cherry langsung mengangkat badannya untuk berdiri lalu menjerit gembira karena melihat Koko masuk ke dalam ruangan mereka. “Akhirnyaaaa! Cherry rindu sekaliii! Ayo masuk kemari! Cherry ingin mendengar ceritamu saat bertanding di lapangan bersama Victor! Hihihihihi!” “Tapi, di mana Victor?” Yang bertanya adalah Isabella, gadis berambut merah panjang itu tampak menaikan sebelah alisnya melihat Koko yang datang seorang diri tanpa ditemani pasangan bertarungnya. “Mengapa kau tidak bersamanya?” Mendengar pertanyaan itu tentu saja membuat Koko jadi gelagapan. “E-Eh? K-Kukira Victor sudah ada di sini bersama kalian.” Mereka semua langsung menggelengkan kepalanya saat Koko berkata begitu, kecuali Paul, yang sekarang terlihat sangat kelelahan dengan menyenderkan punggungnya di bebatuan dan memejamkan kelopak matanya, tubuh Sang Mentor tampak masih penuh dengan luka, masih belum sepenuhnya sembuh. “I-Ini gawat! S-Sepertinya Victor melarikan diri terlalu jauh dari arena, a-aku harus mencarinya!” Ketika Koko hendak membalikkan badannya untuk kembali keluar dari ruangan penyembuhan, teman-temannya yang lain langsung berseru-seru dengan membangunkan tubuh telanjangnya dari kolam untuk berdiri, mereka semua—kecuali Paul—begitu kompak dalam menghentikan Koko yang berniat untuk mencari keberadaan Victor seorang diri. “Hey-Hey-Hey! Jangan terburu-buru begitu, Bro!” oceh Jeddy dengan mengernyitkan alisnya. “Ayolah, kau tidak perlu mencarinya sekarang, Koko!” ungkap Colin dengan menghela napasnya. “Istirahatkan dulu dirimu, tubuhmu sudah sangat kelelahan, biarkan para petugas di arena yang mencari Victor.” Ucap Isabella dengan nada yang begitu santai. “Itu benar! Itu benar! Koko sebaiknya bergabung dulu bersama kami, masalah hilangnya Victor pasti bisa diatasi oleh orang-orang sakti di istana ini! Cherry yakin, Victor pasti bisa ditemukan dengan sangat cepat, jadi Koko jangan khawatir! Hihihihi!” “Jadi tetaplah di sini, Koko.” Kata Lizzie dengan menggeram. Abbas hanya menganggukkan kepalanya, menandakan bahwa dia juga setuju pada perkataan-perkataan teman-temannya yang lain, yang meminta Koko untuk tidak mencari keberadaan Victor dan beristirahat di kolam penyembuhan bersama mereka. Koko jadi terdiam sejenak, dan akhirnya dia hanya menyunggingkan senyuman tipis sebelum akhirnya berjalan ke kolam penyembuhan dengan menundukkan kepalanya, sehingga helaian-helaian tipis berwarna ungu dari rambut panjangnya berjatuhan begitu lembut ke pundaknya dan bergantung-gantung di udara. Semua teman-temannya tersenyum senang melihat Koko menuruti permintaan mereka untuk bergabung di kolam, mereka pun menyambut kedatangan Koko dengan riang gembira. “Jadi, apa yang kau dan Victor lakukan pada Paul sampai tubuhnya jadi kacau begitu? Hm?” Yang melontarkan pertanyaan itu adalah Isabella Melvana, gadis bertubuh seksi itu terlihat penasaran pada kondisi Paul yang jadi seperti itu. Teman-temannya yang lain pun sepemikiran dengan dirinya. Koko yang baru saja melucuti pakaiannya sehingga tubuhnya jadi telanjang bulat, langsung menjawab pertanyaan itu dengan mengangkat kakinya untuk masuk ke dalam kolam air hangat, bergabung bersama mereka semua, teman-teman sesama pahlawannya. “Ceritanya agak panjang…,” kata Koko dengan tersenyum kikuk. SELANJUTNYA ADALAH CERITA VERSI INGGRISNYA---Terima kasih telah membaca dan sampai jumpa di bab berikutnya. Officially Koko and Victor have won their match against Paul Cozelario, who is their own mentor. The audience cheered excitedly, welcomed the victory of the two people who had succeeded in conquering their quite savage and terrible mentor, even though now the only participant who seemed to win the battle was only Koko, his partner was completely missing there. Meanwhile, Paul Cozelario, who was his opponent in the match, had been picked up and carried by several companion servants in pitch black robes to the healing room. Paul's condition is quite apprehensive, his whole body is messy and covered in wounds, it is all the result of the stings of the thousands of insects that had previously gripped his body. It was a deadly attack, and all of it came from Koko's controlling ability which was unconsciously activated and controlled the insects under the ground to come out and attack the Mentor. Even now, although the entire audience looks proud of it, but Koko's face did not smile happily at all, the beautiful man with long purple hair just stood in the middle of the field with his head bowed. Koko felt that all of this did not deserve him, considering that he had cheated by using an insect gang to attack and defeat Paul, as well as having made his partner run away from the field because of his fear of the tiny multi-legged animals. The applause was so boisterous, all of it was for Koko who was standing there, unfortunately the beautiful man felt sorry and did not deserve this glorious victory. In fact, Koko wanted to protest Roswel about his victory, but he was too embarrassed to make a sound so all he did was bow his head as if he were enjoying the victory. Shaking his head for a moment, Koko exhaled and walked slowly, stepping and lifting his feet to leave the field. It's too noisy here, Koko doesn't really like noise, especially now that she's the center of attention. That's too embarrassing. People like Koko shouldn't deserve to be the center of everyone's attention, people seem more suited to just being a supporting role in a story. "Thank you very much." Koko softly greeted the audience with her voice that was so soft and gentle like a goddess who calmed her followers, before finally the beautiful man actually left and disappeared from the field. Not to forget, he also took off the microphone stuck to his cheek and gracefully placed it on the ground, then walked back to the resting place of the competing participants, the healing pool room. Koko's footsteps sounded very slow, every movement was arranged as smoothly as possible so that she didn't make a mistake, especially now that the beautiful man was wearing a long dress and bright red high heels, so he had to behave like a real girl so that people didn't look weird on him. Searching and searching through every door in the hallway, Koko finally found a door with a signboard on the wall that reads 'Participant Healing Room', and slowly, he tried to push the door and it was not locked, until finally the door that had The two leaves, slowly opened wide, gave off a fragrant aroma like herbal medicine, and were quite sharp. "Who opened the door?" Koko smiled when he heard a familiar voice in the room, suddenly he was excited and immediately stepped into his foot, and his surprise grew because there were his fellow heroes who had previously competed in the field, sitting in a circle on the ground. a pool of warm water that is round and made of mountain rocks. And the owner of the guy who just spoke is Lizzie. "Can I join?" asked Koko with a thin smile, she was very happy because she could see Colin, Lizzie, Isabella, Jeddy, Abbas, Cherry, and also Paul. They were all seen enjoying themselves diving and sitting in a warm pool of water. "Woah, Kokoooooo!" Cherry immediately raised her body to stand up and screamed happily because she saw Koko enter their room. “Finallyaaaaa! Cherry missed a lot! Come on in here! Cherry wants to hear your story while on the field with Victor! Hihihihihi! " "But where's Victor?" The one who asked was Isabella, the girl with long red hair seemed to raise an eyebrow when she saw Koko who came alone without her fighting partner. "Why aren't you with him?" Hearing that question, of course, made Koko nervous. "E-Eh? I-I thought Vic tor is already here with you. " They all immediately shook their heads when Koko said that, except for Paul, who now looked very exhausted by leaning his back on the rocks and closing his eyelids, the Mentor's body seemed still covered in wounds, still not completely healed. “T-This is bad! I-Looks like Victor ran too far from the arena, I-I have to find him! ” When Koko was about to turn around to get back out of the healing room, her other friends immediately exclaimed by waking her naked body from the pool to stand up, they all — except Paul — were so compact in stopping Koko who intended to find Victor's whereabouts alone. "Hey-Hey-Hey! Don't be in such a hurry, Bro! ” babbled Jeddy, furrowing his brows. "Come on, you don't have to look for it now, Koko!" said Colin with a sigh. "Rest yourself first, your body is very tired, let the officers in the arena to find Victor." Said Isabella in such a relaxed tone. "It is true! It is true! Koko better join us first, the problem of Victor's disappearance can definitely be solved by the magic people in this palace! Cherry sure, Victor can be found very quickly, so Koko don't worry! Hihihihi! " "So stay here, Koko." Lizzie said with a snarl. Abbas just nodded his head, indicating that he also agreed to the words of his other friends, who asked Koko not to look for Victor and rest in the healing pool with them.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD