Red - 65

2110 Words
Kini seisi lapangan terkejut oleh getaran-getaran yang mengguncangkan permukaan tanah, semua orang yang menyaksikan pertandingan antara Koko dan Victor melawan Paul Cozelario jadi gaduh dan menjerit-jerit, karena kaget dan ketakutan dengan goncangan-goncangan tersebut. Mereka kira pulau sedang terjadi gempa bumi, tapi ternyata kenyataannya tidak begitu, sebab Koko langsung bersuara dengan pipinya yang ditempeli oleh mikrofon mungil, sehingga suaranya terdengar ke segala penjuru, yang juga lelaki berparas cantik berambut ungu lebat itu sedang berdiri tepat di tepian lapangan. Suaranya begitu lantang, terkesan seperti orang yang sedang membantah suatu pendapat, dan itu memang benar, karena saat ini Koko sedang menimpali perkataan Paul yang sebelumnya mencurigainya dan bahkan meremehkannya. “Tidak…, asumsi-asumsimu salah, aku di sini bukan untuk menyemangati Victor dan ninja-ninjanya atau tidak punya keberanian dan kebanggaan dalam bertarung melawanmu, Paul,” Koko seketika tersenyum tipis. “Aku di sini untuk memberikan kalian semua sebuah kejutan.” Setelah Koko mengatakan hal itu, sontak saja getaran-getaran tanahnya jadi semakin kencang dan kencang, bahkan tembok-tembok di setiap lokasi di Pulau Gladiol jadi bergetar-getar hingga retak, sampai akhirnya munculah ratusan—tidak—ribuan serangga dari berbagai jenis yang naik dan merangkak dari dalam tanah ke permukaan, tepatnya ke tanah lapangan di sekitar Koko berdiri, menimbulkan kehebohan yang membahana dari setiap orang yang menonton kejadian tersebut, termasuk juga para ninja, Victor, dan juga Paul Sang Mentor. Semuanya terbelalak melihat berbagai jenis serangga muncul begitu saja dari bawah tanah, menggetarkan dan meretakkan permukaan, juga merayap-rayap mendatangi lokasi Paul yang sedang berdiri tegap di tengah-tengah arena, yang dikelilingi oleh ninja-ninja hitam dan juga Victor Osvaldo Si Bangsawan Berambut Emas. Serangga-serangga itu terus melata dengan gesit, mengeluarkan bau busuk dari dalam tanah dan suara-suara menguik yang mengerikan, belum lagi jumlahnya yang sangat banyak, membuat mereka yang melihat pemandangan itu dari kursi penonton, terasa melihat air berwarna hitam pekat yang membanjiri permukaan tanah lapangan dan bergejolak menuju target yang dituju, yaitu Paul. Menyadari serangga-serangga itu mendekat, satu-persatu dari para ninja ngeri dan melompat-lompat melewati bangku penonton dan akhirnya mengasingkan diri di pojok-pojok lokasi para penonton yang sedang duduk. Bukan hanya para ninja, Victor Osvaldo pun agak ketakutan dengan datangnya badai serangga hingga akhirnya dia memilih lari dari tengah lapangan dan keluar dari arena, saking takutnya melihat kengerian dari ribuan serangga. Sementara Paul, hanya menghela napasnya dan masih berdiri tegak, seolah-olah ribuan serangga tidak membuatnya ngeri atau takut sedikit pun, malah sebaliknya, dia malah menyeringai keji sambil matanya memandangi Koko yang sedang memasang wajah fokus yang dipenuhi keringat dingin. Karena penasaran, Paul mencoba untuk bertanya pada Si Lelaki Cantik Berambut Ungu Panjang itu, terkait hal yang tengah terjadi. “Apa-apaan ini?” Sama seperti Koko dan Victor, suara Paul pun menggema di arena karena mikrofon yang terpasang dan tertempel di pipinya, sehingga segala yang dikatakannya terdengar sangat jelas di telinga para penonton yang menyaksikan pertandingan tersebut. “Jadi, kau bisa mengendalikan serangga, hah? Kenapa aku baru mengetahuinya? Aku benar-benar heran, sebenarnya apa yang sedang terjadi? Terlalu banyak hal yang mengejutkanku di tiap pertandingan, entah dari Colin, Isabella, Abbas, dan sekarang kau? Kira-kira akan ada apa lagi yang bakal mengejutkanku?” “Tidak, ini tidak seperti yang kau kira, Paul,” Ketika Koko menimpali perkataan Paul, secara serentak, ribuan serangga yang sudah sangat dekat dengan kaki-kaki Paul, jadi terhenti seketika, nyaris menyentuh ujung sepatu Sang Mentor. “Ini bukan kekuatan yang aku kuasai dari dulu, bahkan aku juga tidak tahu kalau bakal ada ribuan serangga yang muncul dari dalam tanah. Aku benar-benar bingung.” Tampaknya, Koko juga terheran-heran dengan hal yang tengah terjadi di sana, dia juga tidak mengerti mengapa ada ribuan serangga yang keluar dari dalam tanah, padahal dia sama sekali tidak bermaksud demikian. Selain itu, Koko juga bingung mengapa sekarang serangga-serangga mengerikan itu malah menghentikkan pergerakan badainya, seakan-akan Si Lelaki Cantik lah yang memerintahkannya untuk berhenti, dan buruknya, itu bisa menimbulkan kesalahpahaman antara dirinya dengan Sang Mentor. Keringat Koko jadi menetes-netes, wajah dan lehernya jadi basah, bahkan gaun yang sekarang dikenakannya pun jadi basah kuyup seperti telah disiram oleh semprotan air atau terjebur dan tenggelam di sungai yang dalam. Pada intinya, saat ini Si Lelaki Cantik sama heran dan bingungnya dengan semua orang yang ada di arena, entah dari para penonton, pasangannya, atau pun lawan bertarungnya, yaitu Sang Mentor. “Hah? Kau menghinaku, ya?” Sayangnya Paul tidak mempercayai omongan Koko sedikit pun, malah sebaliknya, Sang Mentor mengira kalau saat ini murid laki-lakinya yang memiliki paras cantik itu sedang merendahkannya, seolah-olah dirinya adalah mentor yang sangat bodoh dan payah. “Kau pikir aku bakal percaya pada ucapanmu, hah? Jangan bodoh! Sebelum bertarung melawanmu, aku sudah memiliki banyak pengalamam dalam bertarung dengan berbagai jenis orang, dan saat ini, wajah dan ekspresimu, persis seperti gadis-gadis yang pernah kulawan, dan ciri khas dari mereka adalah, sangat pandai dalam menipu dan mengecoh perhatian lawannya, entah berpura-pura menyerah atau pun terlihat lemah tak berdaya sepertimu.” Tentunya Koko merasa kaget mendengar itu, dia tidak menyangka kalau Paul yang merupakan mentornya sendiri, tidak mempercayai ucapannya, padahal sebelum ini, dirinya dengan Sang Mentor sudah sering berinteraksi dan mengetahui kepribadian masing-masing, tapi mengapa sekarang lelaki buas berambut hitam itu terlihat tidak begitu mempercayai perkataannya, seakan-akan apa pun yang dikatakan Koko hanyalah tipuan muslihat semata. “Baik, anggaplah jika omonganmu benar,” Baru saja Koko mau bicara, seketika Paul kembali bersuara, membuat para penonton jadi sedikit kaget. “Kau tidak tahu dan tidak mengerti mengapa ribuan serangga busuk yang saat ini sedang mengelilingiku ini, tiba-tiba menggetarkan arena dan keluar dari dalam tanah, anggaplah begitu,” Hentakan napas Paul jadi terpacu lebih cepat dari sebelumnya. “Lalu, kenapa tadi kau bersikap seolah-olah kau akan memberikanku sebuah kejutan? Yang kau maksud itu, jika bukan kejutan dari datangnya ribuan serangga, lalu apa, hah? Tolong jelaskan dengan rinci dari kejanggalan yang kurasakan.” “Yang kumaksud dari ‘memberikanmu sebuah kejutan’ adalah aku akan menguncir rambut panjangku dan berlari ke tengah arena untuk bertarung denganmu, itulah kejutannya. Semata-mata untuk membuktikkan pada dirimu dan juga semua orang yang menonton, bahwa peranku di sini bukan sekedar penyemangat pasanganku saja.” Mengedikkan alis kirinya, Paul menyunggingkan senyuman tipis. “Oke, tapi kenapa pergerakkan serangga ini tiba-tiba berhenti secara kompak, seolah-olah ada seseorang yang mengendalikan mereka?” Menggelengkan kepalanya, Koko tampak tidak mengerti. “Aku juga tidak tahu, sungguh.” “Atau mungkin, secara tidak sadar, kaulah yang mengundang dan mengendalikan mereka semua, Koko.” Membelalakkan matanya, gelengan kepala Koko jadi lebih cepat dari sebelumnya. “Tidak, itu tidak benar, aku benar-benar tidak bisa mengendalikan apa pun! Orang sepertiku tidak akan mampu mengendalikan serangga sebanyak itu! Aku hanyalah orang yang lemah dan payah, aku tidak sehebat teman-temanku! Aku tidak lebih dari manusia yang secara kebetulan terpilih menjadi seorang pahlawan. Itulah jati diriku yang sebenarnya, dan aku yakin, kalian semua pun setuju pada ucapanku.” “Tidak,” Dengan cepat, Paul membalas perkataan Koko. “Aku, sebagai mentormu, tidak setuju pada apa yang barusan kau katakan! Kau seharusnya sadar, bahwa kau tidak kebetulan terpilih menjadi seorang pahlawan! Jika omonganmu memang benar, itu artinya kau juga menjelaskan bahwa teman-temanmu pun secara kebetulan terpilih menjadi pahlawan, begitu maksudmu, hah!?” “Aku tidak bilang begitu!” Koko menjerit, semua orang yang menyaksikan perdebatan antara Si Lelaki Cantik dengan Paul, jadi ikut merasa tegang dengan atmosfirnya, seolah-olah apa pun hasil akhir dari perdebatan itu, mempengaruhi kehidupan mereka semua. “Aku jelas-jelas tidak bilang begitu, Paul!” Suara Koko langsung menggema di seluruh arena, terdengar memantul-mantul di udara. “Hanya aku, yang kubilang, secara kebetulan terpilih menjadi pahlawan. Sedangkan mereka semua, kesembilan temanku, tidak begitu! Aku yakin, mereka memang cocok terpilih menjadi seorang pahlawan, karena ketangkasan dan ketangguhan mereka sangat sempurna.” Tiba-tiba, Paul terbahak-bahak di tengah lapangan, membuat Koko, dan juga seluruh penonton, terheran-heran. Suara tawanya makin menggelegar, seperti seorang iblis yang sedang menertawakan kebodohan umat manusia. Tawanya begitu kencang dan nyaring, terdengar begitu puas dan menyeramkan. “K-Kenapa kau tertawa, Paul?” tanya Koko dengan mengernyitkan dua alisnya, dia bingung melihat mentornya tiba-tiba terbahak-bahak seperti orang yang baru saja melihat acara lawak yang sangat lucu, padahal di sini tidak ada yang sedang melawak. “Tentu saja aku menertawakanmu, Bodoh!” Tanpa memahami perasaan Koko, Paul langsung menimpali pertanyaan Si Lelaki Cantik disertai makian yang cukup menusuk, apalagi itu juga terdengar oleh para penonton sehingga rasa malunya jadi semakin bertambah. “Tadi kau dengan bodohnya, mengatakan bahwa kesembilan temanmu cocok menjadi seorang pahlawan karena mereka, menurutmu, memiliki ketangkasan dan ketangguhan yang sangat sempurna, tapi kau sama sekali tidak melihat itu dari dirimu sendiri! Aku bosan mengatakan ini berulang-ulang kali, tapi kau, tidak secara kebetulan menjadi seorang pahlawan, b******k!” Dua kelopak mata Koko membelalak sangat lebar mendengarnya. “Suka atau tidak, kau telah terpilih menjadi seorang pahlawan karena kau memang layak menjadi seorang pahlawan! Kau mungkin saat ini masih belum menyadari potensimu sendiri, tapi percaya padaku, kau mampu menjadi seorang pahlawan, sama seperti kesembilan temanmu yang lain! Sekarang, aku ingin kau berhenti menganggap dirimu tidak layak dan tunjukkanlah keseriusanmu dalam bertarung melawanku! Aku tidak mau menunggu! SEKARANG TUNJUKKANLAH!” Terpicu dengan ucapan Paul yang penuh semangat dan energi, perlahan-lahan Koko jadi menyunggingkan senyuman tipis yang sangat manis, menimbulkan lesungan-lesungan mungil di kedua belah pipinya. Kemudian, Koko mengangkat lengannya ke belakang dan menguncir rambut ungu panjangnya menjadi bergaya seperti ekor kuda. Setelah itu, dengan mengambil napas panjang, Koko mulai bersuara dengan lembut tapi lantang, “Baik, aku siap, Paul!” Seperti sebuah terompet, suara Koko membuat ribuan serangga yang mengelilingi Paul jadi bergerak lagi dan kini, beberapa dari mereka telah menyentuh dan merangkak-rangkak ke sepatu dan betis Sang Mentor, membuat tiap-tiap orang yang menyaksikannya jadi sangat tegang. Satu-persatu dari komplotan serangga meloncat-loncat dari tanah ke tubuh Paul yang tengah berdiri tegak di lapangan. Tidak mau diam saja dikerubungi oleh serangga-serangga menjijikan, Paul pun langsung menyibak-nyibakkan tangannya dan mengayun-ayunkan kaki-kakinya secara bergantian agar serangga-serangga yang berhasil sampai di seluruh tubuhnya terjatuh ke tanah dan pergi. Sayangnya, mau berapa kali pun Paul melakukan itu, usahanya tidak akan membuahkan hasil yang baik, mengingat jumlah serangganya cukup banyak, bahkan buruknya, terus bertambah dan bertambah dari dalam tanah, hampir memenuhi seisi lapangan. Para ninja yang menyaksikan kejadian itu pun kalap, tidak berani untuk kembali menapaki tanah lapangan, mereka semua tidak mau mengambil resiko karena menyerang Paul dikala datangnya badai serangga, terlalu mengerikan, sekali pun serangga-serangga itu berasal dari Koko yang merupakan pasangan bertarungnya Tuan mereka. “S-Sial! Mereka tidak ada habisnya!” seru Paul sambil menepuk-nepuk seluruh badannya yang terkena serangga sembari memundurkan langkahnya agar menjauh dari ribuan hewan mungil mengerikan tersebut. “Aku harus mencari cara agar terbebas dari hama-hama sialan ini!” Dan beruntungnya, Paul menemukan ide bagus di otaknya terkait bagaimana agar dirinya bisa terlepas dan terhindar dari serangan serangga yang dikendalikan oleh Koko secara tak sadar. Sementara itu, di belakang bangunan arena, Victor tampak bersembunyi di dekat tiang-tiang penyangga atap yang merupakan tempat para penonton duduk bersama menyaksikan pertandingan di atas sana. Badan Si Bangsawan Berambut Emas Mengkilau itu terlihat gemetaran, seperti anak-anak yang ketakutan karena baru saja dikejar-kejar oleh badut gila. Bahkan, muka Victor tampak pucat dan kaku, sepertinya dia sangat tidak ingin berurusan dengan hal-hal terkait dengan serangga. “Betapa payahnya diriku yang telah menunjukkan sisi lemahku di hadapan semua orang. Ditaruh di mana mukaku jikalau Koko kalah dalam pertandingan karena pasangannya melarikan diri dari arena dan bersembunyi di tempat seperti ini, hanya karena takut pada serangga!” Meski Victor berkata demikian, seakan-akan seperti seorang laki-laki yang menyesal karena telah bertindak seperti seorang pengecut, tapi kenyataannya dia sama sekali tidak punya niatan untuk kembali ke arena, apalagi mengingat suara-suara serangganya masih terdengar jelas. Sebaliknya, Victor berharap agar pertandingan cepat-cepat berakhir, tidak peduli siapa pun yang menang, dia ingin terbebas dari serangan serangga-serangga yang mengerikan. Victor berpikir, tidak ada salahnya kalau kalah di pertandingan ini, toh mereka masih bisa bertarung lagi melawan Paul di kesempatan berikutnya karena sebelumnya Roswel menjelaskan bahwa bagi pasangan yang gagal, mereka diberikan satu kesempatan lagi untuk kembali bertarung, agar bisa lolos ke babak berikutnya. Dan itulah yang menyebabkan Victor ingin mengambil jalan alternatif itu, setidaknya dia bisa membalaskan kekalahan ini di kesempatan berikutnya, jika semisalnya Paul berhasil mengalahkan Koko di pertandingan. “Kumohon, aku tidak mau terlihat menyedihkan seperti ini, bergeraklah, Victor! Kembalilah ke lapangan!” Meski bergumam begitu, aslinya Victor tidak berniat sedikit pun untuk bergerak dan kembali ke lapangan, dia malah ingin Paul segera memenangkan pertandingan agar pertarungannya bisa cepat selesai dan berakhir. Hanya itu yang Victor inginkan sekarang, masalah minta maaf pada Koko, itu urusan belakangan, sekarang dia ingin tetap bersembunyi di situ sampai terompet berbunyi. Dan baru saja berpikir begitu, ternyata terompet benar-benar berbunyi dan melengking sangat keras, membuat Victor tersenyum dan membangunkan badannya yang sedang meringkih, dan segera menajamkan indera pendengarannya untuk mendengar perkataan dari Roswel selaku pembawa acara di pertandingan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD