Red - 23

2132 Words
Pertandingan kedua belum berakhir, pertarungan antara Isabella Melvana dan Jeddy Griggory melawan Paul Cozelario masih berlangsung, tapi sayangnya pertarungan mereka malah jadi ricuh karena kemampuan penghipnotisan Isabella malah menyebar ke sebagian besar penonton saat dia mengunci jiwa Paul di dunia ilusinya. Sungguh, Isabella tentu saja kebingungan bagaimana cara mengatasi kejadian ini agar para penonton tidak ikut terkena kemampuannya, dan dia tahu penyebab mengapa kekuatannya bisa terciprat-ciprat ke mana-mana, itu disebabkan oleh kemarahan jiwa Paul yang tidak mau ditenggelamkan di dunia ilusi ciptaan perempuan itu, dan entah bagaimana caranya, Sang Mentor berhasil menularkan penderitaannya ke setiap penonton yang menyaksikan, meski tidak seluruhnya yang terkena. Tapi, walaupun hanya sebagian saja yang terperangkap ke dalam dunia ilusi itu, tetap membuat suasana jadi heboh dan gaduh karena suara-suara jeritan dan teriakan yang dikeluarkan oleh mereka yang bertingkah seperti orang yang sedang kerasukan, membuat situasi arena jadi antah-berantah. Banyak sekali orang yang kepanikan saat melihat pahlawannya, mentornya, atau siapa pun yang ada di dekatnya, tiba-tiba mengamuk dan meraung-raung di bangkunya, jelas itu menimbulkan masalah besar, apalagi yang terkena bukan hanya satu atau dua orang saja. Isabella sangat merasa menyesal dan bersalah atas kejadian mengerikan ini, karena dialah penyebab semua ini, jika ia tidak menggunakan kemampuannya dalam pertarungan, mungkin semua akan baik-baik saja. Sayangnya nasi sudah menjadi bubur, semuanya telah terlanjur terjadi, dan satu-satunya cara yang terlintas di pikirannya—meski dia sendiri masih meragukan ini—yaitu membujuk jiwa Paul yang ada di dalam dunia ilusi untuk menghentikkan aksinya dalam menyebarkan efek jemu dari ilusi tersebut kepada para penonton. Beruntungnya, Jeddy berinisiatif untuk melakukan itu tanpa dipinta oleh Isabella, dia sendiri yang meminta pasangannya untuk menenggelamkan dirinya ke dalam dunia ilusi agar bisa bertemu dan membujuk jiwa Paul untuk menghentikan aksinya. Awalnya Isabella menolak karena dia tidak mau korban semakin bertambah karena perempuan itu masih tidak begitu lihai dalam mengendalikan kekuatannya dan kemungkinan buruk bisa saja membuat Jeddy jadi ikut terperangkap di dalam dunia tersebut, tapi lelaki berambut hijau itu, yang merupakan pasangan Isabella dalam pertarungan ini, meminta pasangannya untuk mempercayainya. Akhirnya, karena tidak ada lagi yang bisa dia andalkan selain Jeddy, mau tidak mau, Isabella mengizinkan pasangannya untuk berkunjung ke dunia ilusinya dan melakukan sesuatu pada Paul demi menyelamatkan jiwa semua orang yang ikut terperangkap di dalam sana. Ketika proses penyentuhan selesai—yang merupakan syarat mutlak agar seseorang dapat masuk ke dalam dunia ilusi—Jeddy langsung terlelap dan ambruk ke pangkuan paha Isabella, dan jiwa lelaki berambut hijau itu telah masuk ke dalam dunia tersebut. Dalam benaknya, Isabella masih merasa cemas, dia takut kemungkinan terburuk terjadi pada Jeddy, tapi cepat-cepat dia mencoba untuk percaya agar hatinya bisa sedikit lebih tenang. “Tolong selamatkan semua orang, Jeddy.” lirih Isabella dengan mengusap-usap rambut Jeddy yang ada di pangkuannya. Beberapa menit kemudian, jiwa Jeddy telah benar-benar mendarat di dunia ilusi, dia tiba-tiba merasakan sensasi jatuh dari ketinggian yang sangat gila, dan itu berlangsung hanya dalam 1 menit sampai akhirnya dia tercebur di sebuah perairan luas yang mirip seperti lautan. Di sana Jeddy merasakan sensasi dingin yang sangat menggigil, seperti diselimuti oleh air-air es. Tidak mau berlama-lama di sana, Jeddy mengayunkan dua lengannya untuk mencari daratan yang bisa dipijakki, karena dia lihai dalam berenang, tidak sulit untuk menyeimbangkan tubuhnya dan menelusuri perairan ilusi itu dari permukaan. Sayangnya, setelah sekian lama berenang ke sana kemari, Jeddy tidak menemukan daratan sedikit pun, rasanya seperti terjebak di tengah lautan yang sangat luas, sehingga untuk mencari daratan saja setidaknya harus menggunakan kendaraan air yang cepat. Merasa kecewa, Jeddy hanya bisa berenang dalam kecepatan yang pelan, tidak secepat sebelumnya. Mendongakkan kepalanya untuk melihat langit, dia tertegun saat warna langit tidak lagi biru, putih, atau hitam, melainkan merah, semerah darah. “Woaw, langitnya merah!” Jeddy terkagum dengan warnanya, sebab baru kali ini dia melihat langit berwarna merah, ini adalah kejadian yang sangat langka, meskipun ini bukanlah dunia nyata. Setelah itu, Jeddy kembali melanjutkan misinya untuk mencari daratan, tapi di tengah perjalanan, dia merasa ada yang salah, seharusnya ia tidak perlu mencari sebuah daratan, karena mungkin saja keberadaan Paul bukan di sana. Lantas, mencoba berpikir lagi dengan otak bodohnya, akhirnya Jeddy menduga mungkin saja Paul ada di dalam air, atau mungkin di dasar perairan ini, karena bisa saja dia menemukannya di sana, sebelum dicoba tidak ada yang tahu, bukan? Buru-buru Jeddy menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam air dan terus mengayunkan dua lengannya untuk berenang menerobos ke bawah laut, dan semakin dia ke dalam, suasananya jadi semakin gelap dan gelap, hingga akhirnya dia tidak bisa melihat apa-apa selain kegelapan. Tentu saja dia kebingungan, dan dia merasa tidak ada sedikit pun hawa keberadaan Paul di sini, akhirnya Jeddy berniat untuk kembali berenang ke permukaan untuk pergi dari dasar laut yang sangat gelap itu. Namun, sesuatu yang mengejutkan seketika terjadi. Jeddy merasa ada sebuah tangan yang menarik dua kakinya sehingga dia tidak bisa kembali ke permukaan. Entah tangan atau cuma sekedar rumput laut liar yang tidak sengaja melilit dua kakinya, tapi apa pun itu, sangat menghambat Jeddy untuk melanjutkan misi mencari Paul. Tidak mau berlama-lama di situ, Jeddy membungkukan badannya dan menjulurkan dua tangannya untuk menarik sesuatu yang menarik dan menggenggam dua kakinya, tapi dia sangat terkejut karena yang dia sentuh ternyata memang sebuah tangan, dan itu adalah tangan manusia. ‘Tangan siapa ini?’ Ya, Jeddy berpikiran begitu. Manusia mana yang dapat bertahan di dasar laut yang gelap ini dan mengapa dia menarik dua kaki Jeddy yang ingin kembali ke permukaan, apa alasan dia melakukan itu padanya? Sontak, karena diliputi berbagai pertanyaan, Jeddy mencoba mengabaikan itu semua dan fokus untuk melepaskan tangan asing itu dari dua kakinya. Menggunakan tenaganya yang lumayan kuat, Jeddy mencengkram dan memukul tangan-tangan asing itu dari dua kakinya, merasakan sakit, tangan-tangan asing itu segera melepaskan genggamannya dari dua kaki Jeddy dan cepat-cepat dia mengambil kesempatan itu untuk kembali berenang ke permukaan. Sialnya, Jeddy malah diikuti oleh pemilik tangan asing itu, dan ketika suasana sudah sedikit terang karena dirinya telah hampir menuju permukaan, ia menoleh sedikit untuk melihat bentuk dari orang yang mengejarnya di bawah, dan keterkejutannya bertambah karena orang asing itu tidak lain tidak bukan adalah sosok Paul Cozelario, mentornya sendiri yang kelihatannya marah pada dirinya. Walau Jeddy tahu itu adalah Paul, tidak membuatnya berhenti berenang, karena dia tidak mau berhadapan dengan Sang Mentor di dalam air, setidaknya ia ingin mengajak Paul ke permukaan agar bisa berbicara dan membujuk mentornya untuk berhenti menyebarkan ilusi dan kembali ke dunia nyata. Sesampainya di permukaan, Paul dan Jeddy terengah-engah mengambil napas panjang dengan rambut yang basah kuyup. Sang Mentor menatap pahlawan berambut hijaunya itu dengan tatapan yang sangat tajam, sampai akhirnya dia berbicara. “Untuk apa kau datang ke sini, hah?” tanya Paul dengan menggeram. “H-Hahahaha! Aku hanya ingin menyelamatkanmu saja, Bro!” jawab Jeddy dengan kaku karena bingung harus menjawab apa, sebab dia tidak ingin membuat kemarahan Paul semakin menggila. “Menyelamatkanku? Kau bercanda, ya!?” Paul menggertakkan giginya dengan kesal. “Aku tidak butuh diselamatkan oleh siapa pun, aku bisa mengatasi semua ini, b******k!” “T-Tapi, Bro! Situasi di dunia nyata jadi ricuh karena efek ilusinya menyebar ke para penonton sehingga semua orang panik dan tidak bisa menikmati pertandingan kita, Bro!” ujar Jeddy dengan menggunakan nada memohon agar Paul mengerti pada maksud dari perkataannya. “Jangan bodoh! Aku tahu apa alasanmu datang kemari! Kau pasti ingin membujukku agar aku menghentikkan penyebaran ilusi ke para penonton, kan!? Omong kosong! Kau tidak akan bisa menghentikanku selain mengalahkanku di sini, Jeddy!” “M-Mengalahkanmu!?” Jeddy terkaget dengan omongan yang barusan Paul lontarkan. “T-Tunggu! A-Aku ingin tahu dulu caramu menularkan itu pada para penonton, Bro!? Karena yang kutahu, kau juga sedang terjebak di sini? Jadi bagaimana caramu melakukannya, Bro!?” “Hah! Kau pasti tidak akan mampu memahaminya, karena kau ini bodoh!” bentak Paul dengan memelototi Jeddy yang ada di depannya. “Itu sangat mudah! Kau hanya perlu mengendalikan dunia ini sebagaimana yang kau mau, dan aku melakukannya dengan caraku sendiri, yaitu mengamuk! Aku mengamuk di dasar laut ini dan meminta siapa pun yang pikirannya kosong untuk ikut tenggelam dan terjebak di dunia ilusi ini! Niatku sangat kuat, sampai aku merasa seperti kembali ke dunia nyata dan menembus pikiran orang-orang yang kosong di arena itu dan aku berhasil melakukannya!” Dan ternyata benar, meski telah mendengarnya jelas dari mulut Paul, Jeddy masih belum begitu memahaminya dan hanya mengangguk-angguk dengan santai, berpura-pura mengerti pada penjelasan yang dikemukakan oleh mentornya. Kemudian, Jeddy melontarkan sebuah respon pada Paul. “Lalu, bagaimana caranya agar kau bisa menghentikan itu pada para penonton, Bro!?” “Sudah kubilang, caranya adalah kau harus mengalahkanku di sini, Bodoh!” “Tapi mengalahkanmu bagaimana, Bro! Apakah aku harus bertarung denganmu di sini sampai salah satu dari kita ada yang tewas atau menarikmu kembali untuk keluar dari dunia ini? Aku masih belum mengerti pada poin ini, Bro!” “JIKA KAU MASIH BELUM PAHAM, LALU UNTUK APA KAU DATANG KEMARI, k*****t!” Tersentak dengan teriakan Paul yang sepertinya benar-benar muak pada segala pertanyaannya, akhirnya Jeddy memutuskan untuk percaya saja pada intuisinya dan mulai melakukan sesuatu untuk menghentikkan Sang Mentor, yaitu dengan cara— “Baik! Aku akan mengalahkanmu di sini, Bro!” --Bertarung melawan Sang Mentor di dunia ilusi ini. Jeddy langsung mengayunkan lengannya untuk berenang mendatangi Paul, berniat akan melancarkan serangan pada Sang Mentor. Tapi karena pergerakannya cukup lambat, membuat dia diterjang oleh Paul dari atas, setelah mentornya melompat seperti lumba-lumba untuk mendarat di punggung Jeddy yang sedang berenang, sehingga pahlawan berambut hijau itu terkena hantaman kuat dari bantingan badan dan menyebabkan dia tercebur semakin dalam ke bawah lautan dengan merasa tertindih. Berhasil melancarkan serangan awal, Paul langsung berenang jauh, menghindari Jeddy untuk sementara, demi mengamati pergerakan lawannya yang mulai goyah. Menyeimbangkan badannya, Jeddy terkejut saat melihat Paul berada cukup jauh di depannya, tidak mau kehilangan jejak Sang Mentor, ia langsung berenang cepat mendekati orang itu. Sadar dirinya sedang didatangi oleh Jeddy, ia menunda pengamatannya dan bergerak mencari celah untuk dijadikan sebagai kesempatan menyerang dan Paul menyeringai saat melihat kelengahan Jeddy dalam menggerakkan badannya yang sangat lambat. Karena itulah dia mengambil kesempatan itu untuk berenang jauh ke permukaan dan kembali melompat tinggi untuk menceburkan diri tepat di atas badan Jeddy. Menyadari hal itu, Jeddy memundurkan pergerakannya dan akhirnya berhasil selamat dari terjangan Paul yang kedua kali, membuat Sang Mentor kesal karena serangannya kali ini gagal. ‘b******k kau!’ Karena tidak mau lagi mempermainkan Jeddy, akhirnya Paul mencoba untuk berhadapan dengan pahlawan hijaunya itu secara serius. Dan barulah dia mengeluarkan taringnya dalam bertarung melawan Jeddy di dalam air, Paul mendekat dan mendekat, mendatangi Jeddy dengan kecepatan yang sangat gila. Mencemaskan keadaannya, Jeddy mencari cara untuk menghindari p*********n blak-blakan yang dilakukan oleh Paul, sayangnya, seperti biasa, strateginya sangat lemah jika dibandingkan lawannya sehingga— Brug! --Terjadilah tubrukan yang sangat kuat saat Paul meninju wajah Jeddy di dalam air dan melingkarkan dua lengannya di leher Jeddy lalu menguncinya di ketiak, membuat lelaki itu jadi merasa tercekik, gelembung-gelembung berhamburan keluar dari mulut si pahlawan berambut hijau itu saat ia mengerang-ngerang dengan membuka mulutnya ketika rasa sesak dan perih mencuat dari lehernya yang sedang ditekan. ‘Bro! Bro! Bro! AKU BISA MATI!’ Tidak tahan dengan tekanan itu, akhirnya tangan-tangan Jeddy mencengkram badan Paul dengan sangat kuat, membuat pemilik tubuhnya jadi merasa perih saat jari-jemari Jeddy yang dipenuhi oleh kuku-kuku panjang, menusuk ke dalam kulitnya. Akhirnya, secara perlahan, tekanan di leher Jeddy jadi mengendur hingga terlepas dengan sempurna. Mendapatkan skor yang sama karena mereka telah berhasil saling menyerang, akhirnya Jeddy maupun Paul kembali ke permukaan untuk mengambil napas. Setelah sampai di sana, Paul langsung berteriak-teriak, menumpahkan kemarahannya atas apa yang terjadi barusan. “b******k! BERTARUNGLAH DENGAN BENAR! KAU INI BENAR-BENAR BODOH! KAU TIDAK MENGERTI BAGAIMANA CARA BERTARUNG DI DALAM AIR! DASAR k*****t!” Mengabaikan semua hujatan itu, Jeddy hanya tertawa. “Hahahahaha! Maaf-Maaf, Bro! Aku memang tidak begitu paham cara bertarung di dalam air, tapi selama itu bisa membuat lawanku kesakitan, aku akan melakukan segala cara untuk memberikan perlawanan dan mengalahkannya, Bro! Hahahahaha!” “K-Kau! Dasar b******k!” Paul tidak tahu lagi harus bagaimana, saking kesalnya dia jadi bingung harus bilang apa lagi pada si pahlawan bodohnya itu. “Kalau begitu, skor kita saat ini sama! Dan sekarang, adalah penentuannya! Aku akan—“ Belum selesai Paul melanjutkan ucapannya, suara-suara jeritan yang memilukan tiba-tiba terdengar dari langit merah, membuat Jeddy dan juga mentornya jadi refleks mendongakkan kepalanya, memandangi langit. “Jeritan siapa itu, Bro!?” tanya Jeddy dengan kaget. “Jika suaranya berasal dari langit, artinya itu adalah jeritan Isabella! Dia sedang menjerit, atau pun cuma sekedar menangis! Tapi sudahlah! Abaikan saja! Kita lanjutkan pertarung—“ BUAG! Mendadak Paul dihajar oleh Jeddy dengan pukulan tangan kanan sampai akhirnya ia jadi tenggelam ke dalam lautan, setelah berhasil melancarkan serangan dadakannya, Jeddy menarik tubuh mentornya dan langsung berteriak, “ISABELLA! AKU SUDAH MENGALAHKAN PAUL! AKU JUGA SUDAH MEMBUJUKNYA! SEKARANG! TOLONG KELUARKAN AKU DARI SINI!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD