Red - 08

2767 Words
“Baiklah, kita langsung saja kalau begitu, nak,” Tuan Morgan menyuruhku untuk berjalan bersamanya ke tengah aula, sementara Luna hanya duduk menonton di tepian aula. Jantungku berdegup-degup sangat kencang saat Tuan Morgan mulai berhadapan denganku di tengah aula, jujur aku sebenarnya agak sedikit gugup sekarang, tapi baiklah, aku siap untuk melalui berbagai latihan yang akan diberikan oleh Tuan Morgan, meskipun prosesnya keras sekalipun, aku siap seratus persen menghadapinya. “Sekarang, aku ingin kau katakan segala hal yang kau belum mampu kuasai padaku, nak.” “Aku belum mampu menguasai segalanya, Tuan Morgan, aku adalah seorang pemula yang sangat pemula, bahkan aku masih tidak mampu mengeluarkan energi sihirku sendiri, yang kuyakin itu adalah hal paling dasar di dunia sihir-menyihir.” Mendengar itu, Tuan Morgan terdiam seketika, sepertinya dia terkejut pada penjelasanku, tentu saja, dia pasti terkejut, tidak menyangka kalau murid baru yang sekarang berdiri di depannya ini, masih belum mampu mengeluarkan energi sihirnya sendiri, yang seharusnya bayi pun bisa melakukannya. “Begitu, ya, kau masih sangat pemula, ya? Kalau begitu, akan kuberikan beberapa teknik dasar agar kau bisa mengeluarkan energi sihirmu, nak,” Tidak kusangka, Tuan Morgan bahkan tidak mengejek atau menghinaku karena masih belum mampu mengeluarkan energi sihirku, sungguh, dia itu sangat lembut dan baik hati, meskipun wajahnya seram dan kata-katanya terkadang pedas. “Sekarang tutup matamu rapat-rapat, nak, kau harus fokus pada apa yang kuucapkan sekarang, jika tidak, akan kubuat kau babak belur di sini.” “B-Baik, Tuan Morgan!” Mematuhi perintahnya, aku segera menutup mataku rapat-rapat, dan sekarnag yang kulihat hanyalah kegelapan yang terpancarkan dari kelopak mataku, dan aku masih menunggu instruksi selanjutnya dari Tuan Morgan, apakah dia akan memerintahku untuk melakukan sesuatu agar aku bisa mengeluarkan energi sihirku atau hal-hal lain semacamnya? Jujur, aku masih menunggunya, tapi aku belum mendengar perintah apapun lagi dari mulut Tuan Morgan. Namun, ketika kukira situasinya jadi hening, tiba-tiba saja, perutku dipukul oleh tangan besar Tuan Morgan, sampai aku mengerang kesakitan, dan secara refleks membuka mataku lebar-lebar, dan anehnya, ketika aku membuka mataku baik-baik, aku tidak melihat Tuan Morgan memukulku, dia masih sedang berdiri di depanku dengan menatap tajam ke arahku. “Kenapa kau membuka matamu, nak? Bukankah sudah kubilang untuk tutup rapat matamu? Aku juga belum memerintahkanmu untuk membuka matamu, jadi jelaskan kenapa kau membuka matamu, b*****h?” Sial, Tuan Morgan kelihatan sangat marah melihat murid barunya tidak mematuhi perintahnya, tapi sungguh, itu terjadi karena refleks semata, aku tidak membuka mata karena kemauanku, tapi bagaimana menjelaskannya? Aku agak bingung sekarang. “Maafkan aku, Tuan Morgan, kali ini aku akan serius, bolehkah kita ulangi lagi?” Tuan Morgan mengangguk dengan muka masamnya. “Jangan membuatku kesal untuk kedua kalinya, nak.” Kemudian, aku kembali menutup mataku rapat-rapat untuk fokus pada apa yang diperintahkan oleh Tuan Morgan, yaitu berdiri dalam diam dengan menutup rapat kelopak mataku. Aku tidak mengerti kenapa Tuan Morgan memerintahku untuk melakukan hal aneh seperti ini, tapi aku tidak bisa bertanya begitu karena akan menimbulkan kemarahan dari Tuan Morgan. Sebagai murid, aku hanya bisa menurut dan mematuhi apapun perintahnya, meski perintahnya aneh sekalipun, karena ini demi kebaikanku sendiri. Beberapa menit menutup mata rapat-rapat, aku senang karena perutku tidak seperti dipukul lagi oleh tangan seseorang. Tapi sayangnya, baru saja senang karena itu, aku merasa leher, pinggang, dan perutku seperti digelitiki oleh banyak orang, dan aku tidak bisa menahan rasa geliku sehingga menyebabkanku tertawa terbahak-bahak sembari menahan sekuat mungkin kelopak mataku agar terus tertutup rapat. Gelitikannya terus terjadi selama sepuluh menit sampai akhirnya hilang begitu saja. Aku bersyukur bisa terbebas dari penyiksaan itu, tapi aku tidak mendengar Tuan Morgan memerintahkanku untuk membuka mata. Sampai kapan aku terus menutup mataku seperti ini? Kemarin adalah hari yang paling menyenangkan, karena aku diberi kesempatan oleh Luna untuk terbang bersamanya ke atas langit, itu benar-benar membuatku sangat bahagia, aku bahkan tidak bisa melupakannya sampai hari ini. Aku sangat senang pada Luna yang mulai meGinyk padaku, sebelumnya dia memiliki pribadi yang keras dan pelit, bahkan kupikir dia akan menolak permintaanku yang ingin terbang bersamanya, tapi ternyata tidak, entah kenapa kemarin dia bersedia dan mengabulkan permintaanku. Bayangkan saja, orang seperti Luna tiba-tiba jadi baik hati seperti itu, bukankah itu menakjubkan? Tidak pernah kupikirkan sama sekali Luna bisa jadi begitu. Kemarin aku sangat beruntung. Oke, sekarang, lupakan dulu soal kemarin, karena hari ini, adalah hari di mana aku akan berlatih dengan Tuan Morgan, aku yakin ini akan menjadi hari yang tidak kalah menyenangkan dari hari kemarin. Aku tidak sabar ingin segera bertemu dengan Tuan Morgan. Kini, di pagi hari yang sejuk ini, aku dan Luna bersiap-siap untuk berangkat ke kediaman Tuan Morgan. Beberapa kali Luna buang air besar ke toilet, sepertinya dia gugup di hari yang penting ini, padahal bukan dia yang akan dilatih oleh Tuan Morgan. Sedangkan aku orang yang akan dilatih oleh Tuan Morgan, santai-santai saja, tidak gugup sama sekali. Malah sebaliknya, aku sangat semangat pada latihan yang akan diberikan oleh Tuan Morgan padaku. Kira-Kira latihan apa, ya? Yang akan diberikan Tuan Morgan padaku? Semoga saja dia tidak terlalu keras padaku, karena mau bagaimana pun, aku masih seorang pemula. Tapi meskipun keraspun, aku selalu siap menghadapinya, karena mau bagaimana pun, itu demi kebaikanku agar aku bisa cepat menguasai energi sihirku dan kelak bisa terbang di langit tanpa harus bersama Luna. Aku tidak sabar pada hari di mana aku bisa menguasai sihir, pasti sangat menyenangkan. “Selamat siang, Tuan Morgan,” ucapku setelah masuk ke dalam ruang latihan yang luas, seperti sebuah aula lapangan olahraa tempat pertandingan bola basket dan voli. Di situ, ada Tuan Morgan yang sedang duduk santai di lantai aula, dia tampak mengunyah makanan ringan, saat dia melihat kedatanganku dan Luna, Tuan Morgan segera berdiri dan menelan makanan yang dikunyahnya. Kemudian, Tuan Morgan berjalan mendatangi kami dengan tatapan mata yang tajam. “Kupikir kau akan mengingkari janjimu, b*****h,” ucap Tuan Morgan dengan memelototiku kejam, lalu dia menyunggingkan seringaian menyeramkan. “Baguslah kau datang tepat waktu, untuk kesan pertamamu, kau lumayan juga, nak.” Aku tersenyum lebar, aku benar-benar senang bisa bertemu dan melihat wajah Tuan Morgan lagi, lihatlah, dia juga tersenyum padaku dan memujiku yang datang tepat waktu. Wow, aku sangat bahagia sampai-sampai tidak bisa menahannya, senyumanku terpatri begitu lebar di wajahku, dan Tuan Morgan menganggukkan kepalanya. Luna yang berdiri di sampingku hanya tersenyum kecut melihat diriku yang begitu bahagia hanya karena diberi pujian dan senyuman oleh Tuan Morgan, tapi terserahlah, aku tidak peduli pada pikiran Luna, yang aku pedulikan sekarang hanya kebahagiaanku saja. Sudah kuduga ini akan menjadi hari yang sangat menyenangkan. “Terima kasih banyak, Tuan Morgan!” pekikku dengan semangat yang menggelora. “Baiklah, kita langsung saja kalau begitu, nak,” Tuan Morgan menyuruhku untuk berjalan bersamanya ke tengah aula, sementara Luna hanya duduk menonton di tepian aula. Jantungku berdegup-degup sangat kencang saat Tuan Morgan mulai berhadapan denganku di tengah aula, jujur aku sebenarnya agak sedikit gugup sekarang, tapi baiklah, aku siap untuk melalui berbagai latihan yang akan diberikan oleh Tuan Morgan, meskipun prosesnya keras sekalipun, aku siap seratus persen menghadapinya. “Sekarang, aku ingin kau katakan segala hal yang kau belum mampu kuasai padaku, nak.” “Aku belum mampu menguasai segalanya, Tuan Morgan, aku adalah seorang pemula yang sangat pemula, bahkan aku masih tidak mampu mengeluarkan energi sihirku sendiri, yang kuyakin itu adalah hal paling dasar di dunia sihir-menyihir.” Mendengar itu, Tuan Morgan terdiam seketika, sepertinya dia terkejut pada penjelasanku, tentu saja, dia pasti terkejut, tidak menyangka kalau murid baru yang sekarang berdiri di depannya ini, masih belum mampu mengeluarkan energi sihirnya sendiri, yang seharusnya bayi pun bisa melakukannya. “Begitu, ya, kau masih sangat pemula, ya? Kalau begitu, akan kuberikan beberapa teknik dasar agar kau bisa mengeluarkan energi sihirmu, nak,” Tidak kusangka, Tuan Morgan bahkan tidak mengejek atau menghinaku karena masih belum mampu mengeluarkan energi sihirku, sungguh, dia itu sangat lembut dan baik hati, meskipun wajahnya seram dan kata-katanya terkadang pedas. “Sekarang tutup matamu rapat-rapat, nak, kau harus fokus pada apa yang kuucapkan sekarang, jika tidak, akan kubuat kau babak belur di sini.” “B-Baik, Tuan Morgan!” Mematuhi perintahnya, aku segera menutup mataku rapat-rapat, dan sekarnag yang kulihat hanyalah kegelapan yang terpancarkan dari kelopak mataku, dan aku masih menunggu instruksi selanjutnya dari Tuan Morgan, apakah dia akan memerintahku untuk melakukan sesuatu agar aku bisa mengeluarkan energi sihirku atau hal-hal lain semacamnya? Jujur, aku masih menunggunya, tapi aku belum mendengar perintah apapun lagi dari mulut Tuan Morgan. Namun, ketika kukira situasinya jadi hening, tiba-tiba saja, perutku dipukul oleh tangan besar Tuan Morgan, sampai aku mengerang kesakitan, dan secara refleks membuka mataku lebar-lebar, dan anehnya, ketika aku membuka mataku baik-baik, aku tidak melihat Tuan Morgan memukulku, dia masih sedang berdiri di depanku dengan menatap tajam ke arahku. “Kenapa kau membuka matamu, nak? Bukankah sudah kubilang untuk tutup rapat matamu? Aku juga belum memerintahkanmu untuk membuka matamu, jadi jelaskan kenapa kau membuka matamu, b*****h?” Sial, Tuan Morgan kelihatan sangat marah melihat murid barunya tidak mematuhi perintahnya, tapi sungguh, itu terjadi karena refleks semata, aku tidak membuka mata karena kemauanku, tapi bagaimana menjelaskannya? Aku agak bingung sekarang. “Maafkan aku, Tuan Morgan, kali ini aku akan serius, bolehkah kita ulangi lagi?” Tuan Morgan mengangguk dengan muka masamnya. “Jangan membuatku kesal untuk kedua kalinya, nak.” Kemudian, aku kembali menutup mataku rapat-rapat untuk fokus pada apa yang diperintahkan oleh Tuan Morgan, yaitu berdiri dalam diam dengan menutup rapat kelopak mataku. Aku tidak mengerti kenapa Tuan Morgan memerintahku untuk melakukan hal aneh seperti ini, tapi aku tidak bisa bertanya begitu karena akan menimbulkan kemarahan dari Tuan Morgan. Sebagai murid, aku hanya bisa menurut dan mematuhi apapun perintahnya, meski perintahnya aneh sekalipun, karena ini demi kebaikanku sendiri. Beberapa menit menutup mata rapat-rapat, aku senang karena perutku tidak seperti dipukul lagi oleh tangan seseorang. Tapi sayangnya, baru saja senang karena itu, aku merasa leher, pinggang, dan perutku seperti digelitiki oleh banyak orang, dan aku tidak bisa menahan rasa geliku sehingga menyebabkanku tertawa terbahak-bahak sembari menahan sekuat mungkin kelopak mataku agar terus tertutup rapat. Gelitikannya terus terjadi selama sepuluh menit sampai akhirnya hilang begitu saja. Aku bersyukur bisa terbebas dari penyiksaan itu, tapi aku tidak mendengar Tuan Morgan memerintahkanku untuk membuka mata. Sampai kapan aku terus menutup mataku seperti ini? Kemarin adalah hari yang paling menyenangkan, karena aku diberi kesempatan oleh Luna untuk terbang bersamanya ke atas langit, itu benar-benar membuatku sangat bahagia, aku bahkan tidak bisa melupakannya sampai hari ini. Aku sangat senang pada Luna yang mulai meGinyk padaku, sebelumnya dia memiliki pribadi yang keras dan pelit, bahkan kupikir dia akan menolak permintaanku yang ingin terbang bersamanya, tapi ternyata tidak, entah kenapa kemarin dia bersedia dan mengabulkan permintaanku. Bayangkan saja, orang seperti Luna tiba-tiba jadi baik hati seperti itu, bukankah itu menakjubkan? Tidak pernah kupikirkan sama sekali Luna bisa jadi begitu. Kemarin aku sangat beruntung. Oke, sekarang, lupakan dulu soal kemarin, karena hari ini, adalah hari di mana aku akan berlatih dengan Tuan Morgan, aku yakin ini akan menjadi hari yang tidak kalah menyenangkan dari hari kemarin. Aku tidak sabar ingin segera bertemu dengan Tuan Morgan. Kini, di pagi hari yang sejuk ini, aku dan Luna bersiap-siap untuk berangkat ke kediaman Tuan Morgan. Beberapa kali Luna buang air besar ke toilet, sepertinya dia gugup di hari yang penting ini, padahal bukan dia yang akan dilatih oleh Tuan Morgan. Sedangkan aku orang yang akan dilatih oleh Tuan Morgan, santai-santai saja, tidak gugup sama sekali. Malah sebaliknya, aku sangat semangat pada latihan yang akan diberikan oleh Tuan Morgan padaku. Kira-Kira latihan apa, ya? Yang akan diberikan Tuan Morgan padaku? Semoga saja dia tidak terlalu keras padaku, karena mau bagaimana pun, aku masih seorang pemula. Tapi meskipun keraspun, aku selalu siap menghadapinya, karena mau bagaimana pun, itu demi kebaikanku agar aku bisa cepat menguasai energi sihirku dan kelak bisa terbang di langit tanpa harus bersama Luna. Aku tidak sabar pada hari di mana aku bisa menguasai sihir, pasti sangat menyenangkan. “Selamat siang, Tuan Morgan,” ucapku setelah masuk ke dalam ruang latihan yang luas, seperti sebuah aula lapangan olahraa tempat pertandingan bola basket dan voli. Di situ, ada Tuan Morgan yang sedang duduk santai di lantai aula, dia tampak mengunyah makanan ringan, saat dia melihat kedatanganku dan Luna, Tuan Morgan segera berdiri dan menelan makanan yang dikunyahnya. Kemudian, Tuan Morgan berjalan mendatangi kami dengan tatapan mata yang tajam. “Kupikir kau akan mengingkari janjimu, b*****h,” ucap Tuan Morgan dengan memelototiku kejam, lalu dia menyunggingkan seringaian menyeramkan. “Baguslah kau datang tepat waktu, untuk kesan pertamamu, kau lumayan juga, nak.” Aku tersenyum lebar, aku benar-benar senang bisa bertemu dan melihat wajah Tuan Morgan lagi, lihatlah, dia juga tersenyum padaku dan memujiku yang datang tepat waktu. Wow, aku sangat bahagia sampai-sampai tidak bisa menahannya, senyumanku terpatri begitu lebar di wajahku, dan Tuan Morgan menganggukkan kepalanya. Luna yang berdiri di sampingku hanya tersenyum kecut melihat diriku yang begitu bahagia hanya karena diberi pujian dan senyuman oleh Tuan Morgan, tapi terserahlah, aku tidak peduli pada pikiran Luna, yang aku pedulikan sekarang hanya kebahagiaanku saja. Sudah kuduga ini akan menjadi hari yang sangat menyenangkan. “Terima kasih banyak, Tuan Morgan!” pekikku dengan semangat yang menggelora. “Baiklah, kita langsung saja kalau begitu, nak,” Tuan Morgan menyuruhku untuk berjalan bersamanya ke tengah aula, sementara Luna hanya duduk menonton di tepian aula. Jantungku berdegup-degup sangat kencang saat Tuan Morgan mulai berhadapan denganku di tengah aula, jujur aku sebenarnya agak sedikit gugup sekarang, tapi baiklah, aku siap untuk melalui berbagai latihan yang akan diberikan oleh Tuan Morgan, meskipun prosesnya keras sekalipun, aku siap seratus persen menghadapinya. “Sekarang, aku ingin kau katakan segala hal yang kau belum mampu kuasai padaku, nak.” “Aku belum mampu menguasai segalanya, Tuan Morgan, aku adalah seorang pemula yang sangat pemula, bahkan aku masih tidak mampu mengeluarkan energi sihirku sendiri, yang kuyakin itu adalah hal paling dasar di dunia sihir-menyihir.” Mendengar itu, Tuan Morgan terdiam seketika, sepertinya dia terkejut pada penjelasanku, tentu saja, dia pasti terkejut, tidak menyangka kalau murid baru yang sekarang berdiri di depannya ini, masih belum mampu mengeluarkan energi sihirnya sendiri, yang seharusnya bayi pun bisa melakukannya. “Begitu, ya, kau masih sangat pemula, ya? Kalau begitu, akan kuberikan beberapa teknik dasar agar kau bisa mengeluarkan energi sihirmu, nak,” Tidak kusangka, Tuan Morgan bahkan tidak mengejek atau menghinaku karena masih belum mampu mengeluarkan energi sihirku, sungguh, dia itu sangat lembut dan baik hati, meskipun wajahnya seram dan kata-katanya terkadang pedas. “Sekarang tutup matamu rapat-rapat, nak, kau harus fokus pada apa yang kuucapkan sekarang, jika tidak, akan kubuat kau babak belur di sini.” “B-Baik, Tuan Morgan!” Mematuhi perintahnya, aku segera menutup mataku rapat-rapat, dan sekarnag yang kulihat hanyalah kegelapan yang terpancarkan dari kelopak mataku, dan aku masih menunggu instruksi selanjutnya dari Tuan Morgan, apakah dia akan memerintahku untuk melakukan sesuatu agar aku bisa mengeluarkan energi sihirku atau hal-hal lain semacamnya? Jujur, aku masih menunggunya, tapi aku belum mendengar perintah apapun lagi dari mulut Tuan Morgan. Namun, ketika kukira situasinya jadi hening, tiba-tiba saja, perutku dipukul oleh tangan besar Tuan Morgan, sampai aku mengerang kesakitan, dan secara refleks membuka mataku lebar-lebar, dan anehnya, ketika aku membuka mataku baik-baik, aku tidak melihat Tuan Morgan memukulku, dia masih sedang berdiri di depanku dengan menatap tajam ke arahku. “Kenapa kau membuka matamu, nak? Bukankah sudah kubilang untuk tutup rapat matamu? Aku juga belum memerintahkanmu untuk membuka matamu, jadi jelaskan kenapa kau membuka matamu, b*****h?” Sial, Tuan Morgan kelihatan sangat marah melihat murid barunya tidak mematuhi perintahnya, tapi sungguh, itu terjadi karena refleks semata, aku tidak membuka mata karena kemauanku, tapi bagaimana menjelaskannya? Aku agak bingung sekarang. “Maafkan aku, Tuan Morgan, kali ini aku akan serius, bolehkah kita ulangi lagi?” Tuan Morgan mengangguk dengan muka masamnya. “Jangan membuatku kesal untuk kedua kalinya, nak.” Kemudian, aku kembali menutup mataku rapat-rapat untuk fokus pada apa yang diperintahkan oleh Tuan Morgan, yaitu berdiri dalam diam dengan menutup rapat kelopak mataku. Aku tidak mengerti kenapa Tuan Morgan memerintahku untuk melakukan hal aneh seperti ini, tapi aku tidak bisa bertanya begitu karena akan menimbulkan kemarahan dari Tuan Morgan. Sebagai murid, aku hanya bisa menurut dan mematuhi apapun perintahnya, meski perintahnya aneh sekalipun, karena ini demi kebaikanku sendiri. Beberapa menit menutup mata rapat-rapat, aku senang karena perutku tidak seperti dipukul lagi oleh tangan seseorang. Tapi sayangnya, baru saja senang karena itu, aku merasa leher, pinggang, dan perutku seperti digelitiki oleh banyak orang, dan aku tidak bisa menahan rasa geliku sehingga menyebabkanku tertawa terbahak-bahak sembari menahan sekuat mungkin kelopak mataku agar terus tertutup rapat. Gelitikannya terus terjadi selama sepuluh menit sampai akhirnya hilang begitu saja. Aku bersyukur bisa terbebas dari penyiksaan itu, tapi aku tidak mendengar Tuan Morgan memerintahkanku untuk membuka mata. Sampai kapan aku terus menutup mataku seperti ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD