Red - 14

3958 Words
“Kupikir kau akan mengingkari janjimu, b*****h,” ucap Tuan Morgan dengan memelototiku kejam, lalu dia menyunggingkan seringaian menyeramkan. “Baguslah kau datang tepat waktu, untuk kesan pertamamu, kau lumayan juga, nak.” Aku tersenyum lebar, aku benar-benar senang bisa bertemu dan melihat wajah Tuan Morgan lagi, lihatlah, dia juga tersenyum padaku dan memujiku yang datang tepat waktu. Wow, aku sangat bahagia sampai-sampai tidak bisa menahannya, senyumanku terpatri begitu lebar di wajahku, dan Tuan Morgan menganggukkan kepalanya. Luna yang berdiri di sampingku hanya tersenyum kecut melihat diriku yang begitu bahagia hanya karena diberi pujian dan senyuman oleh Tuan Morgan, tapi terserahlah, aku tidak peduli pada pikiran Luna, yang aku pedulikan sekarang hanya kebahagiaanku saja. Sudah kuduga ini akan menjadi hari yang sangat menyenangkan. “Terima kasih banyak, Tuan Morgan!” pekikku dengan semangat yang menggelora. “Baiklah, kita langsung saja kalau begitu, nak,” Tuan Morgan menyuruhku untuk berjalan bersamanya ke tengah aula, sementara Luna hanya duduk menonton di tepian aula. Jantungku berdegup-degup sangat kencang saat Tuan Morgan mulai berhadapan denganku di tengah aula, jujur aku sebenarnya agak sedikit gugup sekarang, tapi baiklah, aku siap untuk melalui berbagai latihan yang akan diberikan oleh Tuan Morgan, meskipun prosesnya keras sekalipun, aku siap seratus persen menghadapinya. “Sekarang, aku ingin kau katakan segala hal yang kau belum mampu kuasai padaku, nak.” “Aku belum mampu menguasai segalanya, Tuan Morgan, aku adalah seorang pemula yang sangat pemula, bahkan aku masih tidak mampu mengeluarkan energi sihirku sendiri, yang kuyakin itu adalah hal paling dasar di dunia sihir-menyihir.” Mendengar itu, Tuan Morgan terdiam seketika, sepertinya dia terkejut pada penjelasanku, tentu saja, dia pasti terkejut, tidak menyangka kalau murid baru yang sekarang berdiri di depannya ini, masih belum mampu mengeluarkan energi sihirnya sendiri, yang seharusnya bayi pun bisa melakukannya. “Begitu, ya, kau masih sangat pemula, ya? Kalau begitu, akan kuberikan beberapa teknik dasar agar kau bisa mengeluarkan energi sihirmu, nak,” Tidak kusangka, Tuan Morgan bahkan tidak mengejek atau menghinaku karena masih belum mampu mengeluarkan energi sihirku, sungguh, dia itu sangat lembut dan baik hati, meskipun wajahnya seram dan kata-katanya terkadang pedas. “Sekarang tutup matamu rapat-rapat, nak, kau harus fokus pada apa yang kuucapkan sekarang, jika tidak, akan kubuat kau babak belur di sini.” “B-Baik, Tuan Morgan!” Mematuhi perintahnya, aku segera menutup mataku rapat-rapat, dan sekarnag yang kulihat hanyalah kegelapan yang terpancarkan dari kelopak mataku, dan aku masih menunggu instruksi selanjutnya dari Tuan Morgan, apakah dia akan memerintahku untuk melakukan sesuatu agar aku bisa mengeluarkan energi sihirku atau hal-hal lain semacamnya? Jujur, aku masih menunggunya, tapi aku belum mendengar perintah apapun lagi dari mulut Tuan Morgan. Namun, ketika kukira situasinya jadi hening, tiba-tiba saja, perutku dipukul oleh tangan besar Tuan Morgan, sampai aku mengerang kesakitan, dan secara refleks membuka mataku lebar-lebar, dan anehnya, ketika aku membuka mataku baik-baik, aku tidak melihat Tuan Morgan memukulku, dia masih sedang berdiri di depanku dengan menatap tajam ke arahku. “Kenapa kau membuka matamu, nak? Bukankah sudah kubilang untuk tutup rapat matamu? Aku juga belum memerintahkanmu untuk membuka matamu, jadi jelaskan kenapa kau membuka matamu, b*****h?” Sial, Tuan Morgan kelihatan sangat marah melihat murid barunya tidak mematuhi perintahnya, tapi sungguh, itu terjadi karena refleks semata, aku tidak membuka mata karena kemauanku, tapi bagaimana menjelaskannya? Aku agak bingung sekarang. “Maafkan aku, Tuan Morgan, kali ini aku akan serius, bolehkah kita ulangi lagi?” Tuan Morgan mengangguk dengan muka masamnya. “Jangan membuatku kesal untuk kedua kalinya, nak.” Kemudian, aku kembali menutup mataku rapat-rapat untuk fokus pada apa yang diperintahkan oleh Tuan Morgan, yaitu berdiri dalam diam dengan menutup rapat kelopak mataku. Aku tidak mengerti kenapa Tuan Morgan memerintahku untuk melakukan hal aneh seperti ini, tapi aku tidak bisa bertanya begitu karena akan menimbulkan kemarahan dari Tuan Morgan. Sebagai murid, aku hanya bisa menurut dan mematuhi apapun perintahnya, meski perintahnya aneh sekalipun, karena ini demi kebaikanku sendiri. Beberapa menit menutup mata rapat-rapat, aku senang karena perutku tidak seperti dipukul lagi oleh tangan seseorang. Tapi sayangnya, baru saja senang karena itu, aku merasa leher, pinggang, dan perutku seperti digelitiki oleh banyak orang, dan aku tidak bisa menahan rasa geliku sehingga menyebabkanku tertawa terbahak-bahak sembari menahan sekuat mungkin kelopak mataku agar terus tertutup rapat. Gelitikannya terus terjadi selama sepuluh menit sampai akhirnya hilang begitu saja. Aku bersyukur bisa terbebas dari penyiksaan itu, tapi aku tidak mendengar Tuan Morgan memerintahkanku untuk membuka mata. Sampai kapan aku terus menutup mataku seperti ini? Diperintahkan untuk menutup matamu rapat-rapat sambil berdiri tegak, juga merasakan ada sesuatu yang mengganggu seluruh tubuhmu dari sebuah pukulan di perut sampai gelitikan di seluruh badan, tentu tidak mudah untuk terus bertahan, tapi bagaimana pun, aku harus melalui latihan ini agar aku bisa mengeluarkan dan mengendalikan energi sihirku sendiri, dan itu sangat wajib. Meskipun di pertengahan latihan aku jadi merasa gelisah sebab Tuan Morgan masih belum memerintahkanku untuk membuta mata, maksudku, aku cemas mau sampai kapan aku terus-terusan menutup mataku? Jujur, itu tidak membuatku nyaman, aku merasa ketakutan. Aku khawatir sesuatu yang lain setelah pukulan dan gelitikan muncul lagi menggangguku. Jujur, aku masih heran sebenarnya itu ulah siapa? Apakah itu ulahnya Tuan Morgan? Tapi kurasa mustahil, buat apa Tuan Morgan melakukan itu? Lagipula, sebelumnya ketika perutku dipukul dan aku secara refleks membuta kelopak mataku, aku sama sekali tidak melihat Tuan Morgan telah melakukan itu, dia masih berdiri jauh di depanku dengan matanya yang memandangiku tajam dari sana, dia sama sekali tidak melakukan apapun padaku dan aku sangat yakin pada hal itu. Mungkin saja, itu adalah perbuatan energi sihirku sendiri, yang mencoba memberontak dan melawan ketika aku sedang berusaha fokus menguasainya. Tapi kalau begitu, energi sihir itu hidup? Entahlah, aku tidak mengerti, itu Cuma prediksi yang kupikirkan secara sembarangan. Aku perlu menanyakan soal ini pada Tuan Morgan agar dia bisa menjelaskan penyebab dari semua yang kurasakan ini, pasti ada sebabnya dan solusinya dibalik itu semua. “Tanpa membuka matamu, jawab pertanyaanku.” “Baik, Tuan Morgan!” ucapku dengan semangat, meski aku sedang gelisah sekalipun, energiku tetap membara dan aku masih sangat bersemangat dalam menanggapi segala yang Tuan Morgan katakan. Setidaknya, sekarang tidak ada lagi keheningan karena Tuan Morgan mulai mengawali pembicaraan dengan sesi pertanyaan, dan aku yakin itu juga bagian dari latihan. “Siapa namamu dan nama temanmu itu, nak?” “Namaku Yuuji Flamingo! Dan temanku bernama Luna! Tuan!” jawabku dengan sangat antusias, dan saat itulah aku mulai menyadari kalau aku ini murid yang tidak sopan karena tidak memperkenalkan diri dengan baik pada Tuan Morgan sampai-sampai beliau sendiri yang menanyakan namaku. Sungguh, aku jadi sangat malu sekarang pada Tuan Morgan, menyadari kurang ajarnya diriku pada beliau. “Baiklah, Yuuji, sekarang, bagaimana kondisimu sekarang? Jawablah dengan jujur.” “Kondisiku sejauh ini baik-baik saja, Tuan. Meski sebelumnya aku merasa perutku seperti dipukul dan seluruh tubuhku digelitiki oleh banyak tangan, itulah yang sedikit membuatku gelisah, Tuan. Tapi aku yakin, itu adalah bagian dari latihan, jadi aku bisa menahannya sekuat mungkin.” “Begitu rupanya, kau benar-benar kuat dan pemberani,” kata Tuan Morgan, yang kuyakini dia sekarang sedang tersenyum bangga padaku. Aku senang sekali jika itu benar, karena artinya aku telah menciptakan kesan yang bagus pada Tuan Morgan sehingga dia dapat menganggapku salah satu muridnya yang hebat. Aku sangat bahagia dengan pencapaianku saat ini. “Terima kasih, Tuan Morgan, aku senang mendengar itu dari Anda.” “Tapi, kau masih tampak begitu lemah dan hijau di mataku, bahkan sebelumnya, kau berani membuka mata tanpa seizinku, apakah kau tahu? Itu adalah tindakan yang sangat menghinaku, artinya, kau tidak percaya pada pelatihmu sendiri.” Disitu aku benar-benar kaget, sungguh, aku terkejut Tuan Morgan berpikir begitu padaku, aku benar-benar tidak menyangkanya. Kalau begitu, artinya pemikiranku salah, Tuan Morgan tidak menganggapku sebagai muridnya yang hebat, melainkan orang asing yang tidak becus mengikuti prosedur latihannya, dan itu membuatnya kesal. Bagaimana ini, aku bahkan jadi tidak bisa meresponnya, aku bingung bagaimana caraku menjawabnya, aku takut salah kata saat melakukannya dan dapat membuat situasi jadi semakin canggung dan tegang. “Kenapa kau diam saja? Tidak adakah hal yang ingin kau katakan, Yuuji?” tanya Tuan Morgan saat menyadari bahwa aku tidak merespon perkataannya sama sekali dan mungkin itu membuatnya terheran-heran. “Apakah sekarang kau putus asa dan menganggapku orang yang kejam?” “T-Tidak! Tuan! Aku tidak berpikir begitu, malah sebaliknya, aku merasa bersalah karena telah membuat Anda marah, itu memang kesalahanku dan aku bertanggung jawab untuk menerima segala kemarahana Anda, tetapi aku sama sekali tidak berpikir bahwa Anda kejam, aku lebih merasa kalau Anda sangat tegas dan aku sangat mengagumi ketegasan Anda, Tuan Morgan,” jawabku dengan pelan. “Yang membuatku tidak merespon ucapan Anda, itu karena aku masih mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab perkataan Anda, jika aku salah bicara, itu bisa berkakibat fatal, itulah alasanku, Tuan Morgan.” “Berhentilah membuat-buat alasan, Yuuji,” tukas Tuan Morgan dengan nada yang halus tapi mematikan. “Kalau kau memang sedang putus asa, ketakutan, dan menganggapku sebagai orang yang kejam, itu normal dan tidak masalah. Justru, dengan segala alasan yang kau katakan barusan, itu menambah buruk penilaianku terhadapmu, kau benar-benar penuh dengan kepalsuan. Kau tidak cocok menjadi muridku, kau terlalu kurang ajar.” “M-Maafkan aku, Tuan Morgan.” “Sekarang, aku ingin bertanya padamu, kenapa kau memilihku sebagai gurumu? Dari ribuan guru di kota ini, kenapa kau memilihku? Jujur saja, aku tidak sanggup melatih murid yang kurang ajar sepertimu. Kenapa kau tidak pilih saja orang lain untuk melatihmu, aku yakin salah satu dari mereka ada yang mampu menampung sifat kurang ajarmu itu. Tapi untukku, aku tidak mampu dan tidak menginginkannya.” Setelah mendengar segala ucapan yang Tuan Morgan katakan, aku hanya terdiam dan menundukkan kepalaku, mataku masih terpejam, tapi aku tidak bisa menahan air mataku, aku menangis, benar-benar menangis dalam hening. Aku tidak menyangka Tuan Morgan sebegitu bencinya padaku, sampai mengatakan hal-hal yang menyakitiku, jujur, menurutku itu terlalu berlebihan. Padahal, aku berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi murid yang patuh, tapi ternyata itu sia-sia. Nilaiku sudah buruk, bahkan sebelum memulai latihan dengannya. Sepertinya dari awal bertemu, Tuan Morgan sudah menganggapku kurang ajar dan tidak berguna. Tapi itu wajar, karena saat pertama kali bertemu saja, kami bertemu di depan gerbang rumahnya dan tidak diizinkan masuk sebentar ke dalam rumahnya, dan dia juga terlihat sedang sibuk dan tidak punya waktu untuk berkenalan dulu denganku. Padahal itu sudah jelas, mengisyaratkan bahwa Tuan Morgan tidak tertarik padaku, tapi aku malah beranggapan bahwa dia mau melatihku dan bisa-bisanya aku pernah sangat terobsesi padanya. Itu tidak masuk akal, sangat tidak masuk akal. Rasanya, aku jadi ingin mati. Seperti tidak ada sesuatu yang bisa kubanggakkan di dunia ini. Setiap perkataan Tuan Morgan memang benar, aku ini sangat kurang ajar dan b*****h. Aku tidak lebih seperti serangga yang mengganggu. Seharusnya aku tidak perlu datang dan mengganggu waktu istirahatnya Tuan Morgan. Seharusnya aku tidak perlu terobsesi pada Tuan Morgan. Seharusnya aku tidak perlu berambisi ingin menjadi penyihir. Seharusnya dan lebih dari seharusnya, orang sepertiku, tidak perlu dilahirkan ke dunia ini. Diperintahkan untuk menutup matamu rapat-rapat sambil berdiri tegak, juga merasakan ada sesuatu yang mengganggu seluruh tubuhmu dari sebuah pukulan di perut sampai gelitikan di seluruh badan, tentu tidak mudah untuk terus bertahan, tapi bagaimana pun, aku harus melalui latihan ini agar aku bisa mengeluarkan dan mengendalikan energi sihirku sendiri, dan itu sangat wajib. Meskipun di pertengahan latihan aku jadi merasa gelisah sebab Tuan Morgan masih belum memerintahkanku untuk membuta mata, maksudku, aku cemas mau sampai kapan aku terus-terusan menutup mataku? Jujur, itu tidak membuatku nyaman, aku merasa ketakutan. Aku khawatir sesuatu yang lain setelah pukulan dan gelitikan muncul lagi menggangguku. Jujur, aku masih heran sebenarnya itu ulah siapa? Apakah itu ulahnya Tuan Morgan? Tapi kurasa mustahil, buat apa Tuan Morgan melakukan itu? Lagipula, sebelumnya ketika perutku dipukul dan aku secara refleks membuta kelopak mataku, aku sama sekali tidak melihat Tuan Morgan telah melakukan itu, dia masih berdiri jauh di depanku dengan matanya yang memandangiku tajam dari sana, dia sama sekali tidak melakukan apapun padaku dan aku sangat yakin pada hal itu. Mungkin saja, itu adalah perbuatan energi sihirku sendiri, yang mencoba memberontak dan melawan ketika aku sedang berusaha fokus menguasainya. Tapi kalau begitu, energi sihir itu hidup? Entahlah, aku tidak mengerti, itu Cuma prediksi yang kupikirkan secara sembarangan. Aku perlu menanyakan soal ini pada Tuan Morgan agar dia bisa menjelaskan penyebab dari semua yang kurasakan ini, pasti ada sebabnya dan solusinya dibalik itu semua. “Tanpa membuka matamu, jawab pertanyaanku.” “Baik, Tuan Morgan!” ucapku dengan semangat, meski aku sedang gelisah sekalipun, energiku tetap membara dan aku masih sangat bersemangat dalam menanggapi segala yang Tuan Morgan katakan. Setidaknya, sekarang tidak ada lagi keheningan karena Tuan Morgan mulai mengawali pembicaraan dengan sesi pertanyaan, dan aku yakin itu juga bagian dari latihan. “Siapa namamu dan nama temanmu itu, nak?” “Namaku Yuuji Flamingo! Dan temanku bernama Luna! Tuan!” jawabku dengan sangat antusias, dan saat itulah aku mulai menyadari kalau aku ini murid yang tidak sopan karena tidak memperkenalkan diri dengan baik pada Tuan Morgan sampai-sampai beliau sendiri yang menanyakan namaku. Sungguh, aku jadi sangat malu sekarang pada Tuan Morgan, menyadari kurang ajarnya diriku pada beliau. “Baiklah, Yuuji, sekarang, bagaimana kondisimu sekarang? Jawablah dengan jujur.” “Kondisiku sejauh ini baik-baik saja, Tuan. Meski sebelumnya aku merasa perutku seperti dipukul dan seluruh tubuhku digelitiki oleh banyak tangan, itulah yang sedikit membuatku gelisah, Tuan. Tapi aku yakin, itu adalah bagian dari latihan, jadi aku bisa menahannya sekuat mungkin.” “Begitu rupanya, kau benar-benar kuat dan pemberani,” kata Tuan Morgan, yang kuyakini dia sekarang sedang tersenyum bangga padaku. Aku senang sekali jika itu benar, karena artinya aku telah menciptakan kesan yang bagus pada Tuan Morgan sehingga dia dapat menganggapku salah satu muridnya yang hebat. Aku sangat bahagia dengan pencapaianku saat ini. “Terima kasih, Tuan Morgan, aku senang mendengar itu dari Anda.” “Tapi, kau masih tampak begitu lemah dan hijau di mataku, bahkan sebelumnya, kau berani membuka mata tanpa seizinku, apakah kau tahu? Itu adalah tindakan yang sangat menghinaku, artinya, kau tidak percaya pada pelatihmu sendiri.” Disitu aku benar-benar kaget, sungguh, aku terkejut Tuan Morgan berpikir begitu padaku, aku benar-benar tidak menyangkanya. Kalau begitu, artinya pemikiranku salah, Tuan Morgan tidak menganggapku sebagai muridnya yang hebat, melainkan orang asing yang tidak becus mengikuti prosedur latihannya, dan itu membuatnya kesal. Bagaimana ini, aku bahkan jadi tidak bisa meresponnya, aku bingung bagaimana caraku menjawabnya, aku takut salah kata saat melakukannya dan dapat membuat situasi jadi semakin canggung dan tegang. “Kenapa kau diam saja? Tidak adakah hal yang ingin kau katakan, Yuuji?” tanya Tuan Morgan saat menyadari bahwa aku tidak merespon perkataannya sama sekali dan mungkin itu membuatnya terheran-heran. “Apakah sekarang kau putus asa dan menganggapku orang yang kejam?” “T-Tidak! Tuan! Aku tidak berpikir begitu, malah sebaliknya, aku merasa bersalah karena telah membuat Anda marah, itu memang kesalahanku dan aku bertanggung jawab untuk menerima segala kemarahana Anda, tetapi aku sama sekali tidak berpikir bahwa Anda kejam, aku lebih merasa kalau Anda sangat tegas dan aku sangat mengagumi ketegasan Anda, Tuan Morgan,” jawabku dengan pelan. “Yang membuatku tidak merespon ucapan Anda, itu karena aku masih mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab perkataan Anda, jika aku salah bicara, itu bisa berkakibat fatal, itulah alasanku, Tuan Morgan.” “Berhentilah membuat-buat alasan, Yuuji,” tukas Tuan Morgan dengan nada yang halus tapi mematikan. “Kalau kau memang sedang putus asa, ketakutan, dan menganggapku sebagai orang yang kejam, itu normal dan tidak masalah. Justru, dengan segala alasan yang kau katakan barusan, itu menambah buruk penilaianku terhadapmu, kau benar-benar penuh dengan kepalsuan. Kau tidak cocok menjadi muridku, kau terlalu kurang ajar.” “M-Maafkan aku, Tuan Morgan.” “Sekarang, aku ingin bertanya padamu, kenapa kau memilihku sebagai gurumu? Dari ribuan guru di kota ini, kenapa kau memilihku? Jujur saja, aku tidak sanggup melatih murid yang kurang ajar sepertimu. Kenapa kau tidak pilih saja orang lain untuk melatihmu, aku yakin salah satu dari mereka ada yang mampu menampung sifat kurang ajarmu itu. Tapi untukku, aku tidak mampu dan tidak menginginkannya.” Setelah mendengar segala ucapan yang Tuan Morgan katakan, aku hanya terdiam dan menundukkan kepalaku, mataku masih terpejam, tapi aku tidak bisa menahan air mataku, aku menangis, benar-benar menangis dalam hening. Aku tidak menyangka Tuan Morgan sebegitu bencinya padaku, sampai mengatakan hal-hal yang menyakitiku, jujur, menurutku itu terlalu berlebihan. Padahal, aku berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi murid yang patuh, tapi ternyata itu sia-sia. Nilaiku sudah buruk, bahkan sebelum memulai latihan dengannya. Sepertinya dari awal bertemu, Tuan Morgan sudah menganggapku kurang ajar dan tidak berguna. Tapi itu wajar, karena saat pertama kali bertemu saja, kami bertemu di depan gerbang rumahnya dan tidak diizinkan masuk sebentar ke dalam rumahnya, dan dia juga terlihat sedang sibuk dan tidak punya waktu untuk berkenalan dulu denganku. Padahal itu sudah jelas, mengisyaratkan bahwa Tuan Morgan tidak tertarik padaku, tapi aku malah beranggapan bahwa dia mau melatihku dan bisa-bisanya aku pernah sangat terobsesi padanya. Itu tidak masuk akal, sangat tidak masuk akal. Rasanya, aku jadi ingin mati. Seperti tidak ada sesuatu yang bisa kubanggakkan di dunia ini. Setiap perkataan Tuan Morgan memang benar, aku ini sangat kurang ajar dan b*****h. Aku tidak lebih seperti serangga yang mengganggu. Seharusnya aku tidak perlu datang dan mengganggu waktu istirahatnya Tuan Morgan. Seharusnya aku tidak perlu terobsesi pada Tuan Morgan. Seharusnya aku tidak perlu berambisi ingin menjadi penyihir. Seharusnya dan lebih dari seharusnya, orang sepertiku, tidak perlu dilahirkan ke dunia ini. Diperintahkan untuk menutup matamu rapat-rapat sambil berdiri tegak, juga merasakan ada sesuatu yang mengganggu seluruh tubuhmu dari sebuah pukulan di perut sampai gelitikan di seluruh badan, tentu tidak mudah untuk terus bertahan, tapi bagaimana pun, aku harus melalui latihan ini agar aku bisa mengeluarkan dan mengendalikan energi sihirku sendiri, dan itu sangat wajib. Meskipun di pertengahan latihan aku jadi merasa gelisah sebab Tuan Morgan masih belum memerintahkanku untuk membuta mata, maksudku, aku cemas mau sampai kapan aku terus-terusan menutup mataku? Jujur, itu tidak membuatku nyaman, aku merasa ketakutan. Aku khawatir sesuatu yang lain setelah pukulan dan gelitikan muncul lagi menggangguku. Jujur, aku masih heran sebenarnya itu ulah siapa? Apakah itu ulahnya Tuan Morgan? Tapi kurasa mustahil, buat apa Tuan Morgan melakukan itu? Lagipula, sebelumnya ketika perutku dipukul dan aku secara refleks membuta kelopak mataku, aku sama sekali tidak melihat Tuan Morgan telah melakukan itu, dia masih berdiri jauh di depanku dengan matanya yang memandangiku tajam dari sana, dia sama sekali tidak melakukan apapun padaku dan aku sangat yakin pada hal itu. Mungkin saja, itu adalah perbuatan energi sihirku sendiri, yang mencoba memberontak dan melawan ketika aku sedang berusaha fokus menguasainya. Tapi kalau begitu, energi sihir itu hidup? Entahlah, aku tidak mengerti, itu Cuma prediksi yang kupikirkan secara sembarangan. Aku perlu menanyakan soal ini pada Tuan Morgan agar dia bisa menjelaskan penyebab dari semua yang kurasakan ini, pasti ada sebabnya dan solusinya dibalik itu semua. “Tanpa membuka matamu, jawab pertanyaanku.” “Baik, Tuan Morgan!” ucapku dengan semangat, meski aku sedang gelisah sekalipun, energiku tetap membara dan aku masih sangat bersemangat dalam menanggapi segala yang Tuan Morgan katakan. Setidaknya, sekarang tidak ada lagi keheningan karena Tuan Morgan mulai mengawali pembicaraan dengan sesi pertanyaan, dan aku yakin itu juga bagian dari latihan. “Siapa namamu dan nama temanmu itu, nak?” “Namaku Yuuji Flamingo! Dan temanku bernama Luna! Tuan!” jawabku dengan sangat antusias, dan saat itulah aku mulai menyadari kalau aku ini murid yang tidak sopan karena tidak memperkenalkan diri dengan baik pada Tuan Morgan sampai-sampai beliau sendiri yang menanyakan namaku. Sungguh, aku jadi sangat malu sekarang pada Tuan Morgan, menyadari kurang ajarnya diriku pada beliau. “Baiklah, Yuuji, sekarang, bagaimana kondisimu sekarang? Jawablah dengan jujur.” “Kondisiku sejauh ini baik-baik saja, Tuan. Meski sebelumnya aku merasa perutku seperti dipukul dan seluruh tubuhku digelitiki oleh banyak tangan, itulah yang sedikit membuatku gelisah, Tuan. Tapi aku yakin, itu adalah bagian dari latihan, jadi aku bisa menahannya sekuat mungkin.” “Begitu rupanya, kau benar-benar kuat dan pemberani,” kata Tuan Morgan, yang kuyakini dia sekarang sedang tersenyum bangga padaku. Aku senang sekali jika itu benar, karena artinya aku telah menciptakan kesan yang bagus pada Tuan Morgan sehingga dia dapat menganggapku salah satu muridnya yang hebat. Aku sangat bahagia dengan pencapaianku saat ini. “Terima kasih, Tuan Morgan, aku senang mendengar itu dari Anda.” “Tapi, kau masih tampak begitu lemah dan hijau di mataku, bahkan sebelumnya, kau berani membuka mata tanpa seizinku, apakah kau tahu? Itu adalah tindakan yang sangat menghinaku, artinya, kau tidak percaya pada pelatihmu sendiri.” Disitu aku benar-benar kaget, sungguh, aku terkejut Tuan Morgan berpikir begitu padaku, aku benar-benar tidak menyangkanya. Kalau begitu, artinya pemikiranku salah, Tuan Morgan tidak menganggapku sebagai muridnya yang hebat, melainkan orang asing yang tidak becus mengikuti prosedur latihannya, dan itu membuatnya kesal. Bagaimana ini, aku bahkan jadi tidak bisa meresponnya, aku bingung bagaimana caraku menjawabnya, aku takut salah kata saat melakukannya dan dapat membuat situasi jadi semakin canggung dan tegang. “Kenapa kau diam saja? Tidak adakah hal yang ingin kau katakan, Yuuji?” tanya Tuan Morgan saat menyadari bahwa aku tidak merespon perkataannya sama sekali dan mungkin itu membuatnya terheran-heran. “Apakah sekarang kau putus asa dan menganggapku orang yang kejam?” “T-Tidak! Tuan! Aku tidak berpikir begitu, malah sebaliknya, aku merasa bersalah karena telah membuat Anda marah, itu memang kesalahanku dan aku bertanggung jawab untuk menerima segala kemarahana Anda, tetapi aku sama sekali tidak berpikir bahwa Anda kejam, aku lebih merasa kalau Anda sangat tegas dan aku sangat mengagumi ketegasan Anda, Tuan Morgan,” jawabku dengan pelan. “Yang membuatku tidak merespon ucapan Anda, itu karena aku masih mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab perkataan Anda, jika aku salah bicara, itu bisa berkakibat fatal, itulah alasanku, Tuan Morgan.” “Berhentilah membuat-buat alasan, Yuuji,” tukas Tuan Morgan dengan nada yang halus tapi mematikan. “Kalau kau memang sedang putus asa, ketakutan, dan menganggapku sebagai orang yang kejam, itu normal dan tidak masalah. Justru, dengan segala alasan yang kau katakan barusan, itu menambah buruk penilaianku terhadapmu, kau benar-benar penuh dengan kepalsuan. Kau tidak cocok menjadi muridku, kau terlalu kurang ajar.” “M-Maafkan aku, Tuan Morgan.” “Sekarang, aku ingin bertanya padamu, kenapa kau memilihku sebagai gurumu? Dari ribuan guru di kota ini, kenapa kau memilihku? Jujur saja, aku tidak sanggup melatih murid yang kurang ajar sepertimu. Kenapa kau tidak pilih saja orang lain untuk melatihmu, aku yakin salah satu dari mereka ada yang mampu menampung sifat kurang ajarmu itu. Tapi untukku, aku tidak mampu dan tidak menginginkannya.” Setelah mendengar segala ucapan yang Tuan Morgan katakan, aku hanya terdiam dan menundukkan kepalaku, mataku masih terpejam, tapi aku tidak bisa menahan air mataku, aku menangis, benar-benar menangis dalam hening. Aku tidak menyangka Tuan Morgan sebegitu bencinya padaku, sampai mengatakan hal-hal yang menyakitiku, jujur, menurutku itu terlalu berlebihan. Padahal, aku berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi murid yang patuh, tapi ternyata itu sia-sia. Nilaiku sudah buruk, bahkan sebelum memulai latihan dengannya. Sepertinya dari awal bertemu, Tuan Morgan sudah menganggapku kurang ajar dan tidak berguna. Tapi itu wajar, karena saat pertama kali bertemu saja, kami bertemu di depan gerbang rumahnya dan tidak diizinkan masuk sebentar ke dalam rumahnya, dan dia juga terlihat sedang sibuk dan tidak punya waktu untuk berkenalan dulu denganku. Padahal itu sudah jelas, mengisyaratkan bahwa Tuan Morgan tidak tertarik padaku, tapi aku malah beranggapan bahwa dia mau melatihku dan bisa-bisanya aku pernah sangat terobsesi padanya. Itu tidak masuk akal, sangat tidak masuk akal. Rasanya, aku jadi ingin mati. Seperti tidak ada sesuatu yang bisa kubanggakkan di dunia ini. Setiap perkataan Tuan Morgan memang benar, aku ini sangat kurang ajar dan b*****h. Aku tidak lebih seperti serangga yang mengganggu. Seharusnya aku tidak perlu datang dan mengganggu waktu istirahatnya Tuan Morgan. Seharusnya aku tidak perlu terobsesi pada Tuan Morgan. Seharusnya aku tidak perlu berambisi ingin menjadi penyihir. Seharusnya dan lebih dari seharusnya, orang sepertiku, tidak perlu dilahirkan ke dunia ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD