Rencana Pernikahan

1046 Words
Airani duduk menikmati senja di kebun belakang rumah. Tak jauh darinya, terdapat sederet pot tanaman mawar, anggrek, dan melati yang berjajar rapi. Tapi daun-daunnya mulai layu perlahan, kelopak bunganya jatuh satu demi satu. Seperti hidup Airani. Tumbuh, menghasilkan kuncup, berbunga, kemudian gugur diterpa angin. "Bu, Sena rewel!" Ida, baby siter yang Airani sewa untuk mengasuh bayinya, datang mendekat dengan seorang anak perempuan berusia satu tahun dengan dua kuncir kecil di kepala berbentuk kupu-kupu. "Masih demam, ya?" Airani meraih putrinya, menyentuh tengkuk sang putri yang terasa panas. Sejak lima bulan lalu, tepatnya setelah Arya meninggal, Sena sering sakit-sakitan. Entah demam, flu yang tidak mudah sembuh, batuk lama, lemas, dan gejala-gejala serupa. Tak terhitung jumlahnya berapa kali Sena dibawa ke dokter anak. Biasanya setelah mengonsumsi beberapa obat, sakitnya pulih untuk sementara waktu. Tapi setelah itu, dia jatuh sakit lagi. Dokter bilang Sena memiliki daya tahan tubuh yang rendah, sehingga Airani harus lebih hati-hati dalam mengatur pola makan dan aktifitas harian Sena. Tapi beberapa orang bilang Sena terpengaruh oleh kematian Arya. Entah yang mana yang benar dari kedua opini tersebut. "Ida, kamu istirahat dulu. Sena biar aku bujuk tidur siang!" Airani yang melihat wajah lelah Ida, tak tega untuk tetap membiarkan wanita muda itu menjaga Sena. "Ya, Bu." "Sayang, tidur dulu sama Bunda, yuk. Kemarin Bunda beliin Sena boneka beruang besar. Mau nggak liat lagi beruangnya? Kita main sebentar sama beruang terus tidur, ya!" Sena menatap Airani dengan mata memerah karena sakit, menggeleng dua kali, menyusupkan kepalanya ke bahu Airani dengan malas. Anak ini jarang sekali tertarik dengan mainan yang Airani belikan untuknya. Banyak mainan yang dibeli Airani terbengkalai di gudang. "Kalau gitu, main sama si Chozy dulu sebelum tidur mau?" Chozy adalah nama kucing jenis Mainecoon dengan ukuran tubuh besar berwarna cokelat kepirang-pirangan yang Airani pelihara. "Toto … Toto … Toto!" Karena belum bisa melafalkan nama Chozy, Sena memanggil kucing itu dengan panggilan "Toto". "Iya, main dulu sama Chozy, ya!" Sepasang anak dan ibu kemudian sibuk bermain dengan seekor kucing, sebelum akhirnya Sena kelelahan dan tertidur di pangkuan Airani. Menatap wajah anak yang lugu dalam pelukannya, hati Airani terasa terpelintir. Rambut pendek Sena selembut sutra, pipinya masih memiliki jejak lemak khas anak kecil, dengan bulu mata yang amat lentik. Namun, tubuh anak ini lebih kurus dari kebanyakan anak lain. Lima bulan ini adalah waktu yang terberat bagi anak itu untuk tetap tumbuh dalam kondisi sakit-sakitan. "Sayang." Keira menyentuh lembut putrinya, hati-hati agar tak membangunkannya. Sena adalah satu-satunya warisan yang paling berharga dari Arya. Putri yang menjadi jejak cinta mereka. Putri yang menjadi bukti kebersamaan mereka yang singkat. Sayangnya, Arya tidak hidup lama. Sena akan tumbuh tanpanya, tidak bisa mengenal Arya sebagaimana layaknya seorang anak. Kelopak mata Keira bergetar, menyembunyikan kesedihan yang mendalam. Hidup terlalu sulit untuk mereka. Masa depan tak lagi seterang sebelumnya. … "Kita akan menikah dua bulan lagi. Aku akan melakukan lamaran minggu depan!" Nevan duduk di kursi restoran hotel bintang lima dengan dagu ditopang tangan, sikapnya malas dan penuh arogansi. Siang ini Nevan mengenakan setelah hitam dengan kemeja krem. Dasi hitamnya ditarik sembarangan beberapa saat lalu untuk memudahkan Nevan makan dengan lebih leluasa. Di bawah kerah, tampak kulit dadanya yang tersingkap berwarna tembaga. Keirani menatap makanan yang disuguhkan oleh pramusaji di hadapannya dengan tatapan suram, sama sekali tak tertarik untuk menyentuh makanan itu. Dia mendongakkan kepala, mengamati sosok Nevan yang tersenyum hangat. Keirani mengerutkan bibir, tahu dengan baik semunafik apa senyum itu sesungguhnya. "Ya." Keirani menundukkan kepala, menatap lantai restoran yang bermotif garis-garis. Dalam beberapa hal, kita harus memilih. Dan dalam beberapa pilihan, ada batasan-batasan tertentu. Inilah pilihan yang telah Keirani ambil dengan segala batasan yang ada. Tanpa pernikahannya dengan Nevan, Keirani hanya akan menemukan kehancuran. Di dunia ini, yang kuat adalah hukum. Yang lemah adalah pihak yang dituntut untuk tunduk. Faktanya, hukum rimba ini masih tetap berlaku meskipun dunia telah berkembang ke modernisasi gila-gilaan. "Aku tidak peduli masa lalumu. Aku tidak peduli dengan semua kisahmu yang telah lalu. Tapi kuingatkan, Kei! Saat kamu menikah denganku, aku ingin pernikahan yang sebenarnya! Bukan pernikahan tempelan di mana ada larangan-larangan di antara kita!" Nevan mengingatkan dengan tajam, matanya menyipit saat ia mengamati keengganan dan penolakan kuat dari Keirani untuknya. Wanita itu terlalu angkuh. Wanita itu sangat dingin dan sok suci. Nevan penasaran akan sejauh mana harga diri Keirani mampu bertahan di hadapannya. Setelah mereka menikah, mau tak mau Keirani harus menundukkan kepala dan melayaninya sebagai seorang istri. Mungkin pada saat itu wanita itu akan memahami posisinya yang sebenarnya. "Jiwamu yang angkuh tak akan mengijinkanku menolakmu, 'kan?" Keirani tersenyum kecut, memahami dengan baik kesombongan Nevan yang telah menyatu bersama tulang-tulangnya. "Kamu adalah orang yang selalu terpancing oleh tantangan. Semakin tinggi objek yang kamu taklukkan, semakin besar hasratmu untuk menundukkan. Dan aku adalah objek itu." Mata cokelat muda Keirani yang biasanya menyiratkan kelembutan, kini dipenuhi ekspresi permusuhan yang mendalam. Saat ini Keirani seperti kelinci kecil yang terjebak. Hanya bisa mengulurkan tangan, meminta bantuan pada orang terdekat yang bersedia menyelamatkannya. Namun, pada hakikatnya, orang menyelamatkan kelinci kecil hanya untuk dijadikan mangsa. Nasib hidup kecilnya jelas tak ada jaminan mampu bertahan seberapa lama. Di masa lalu, Keirani adalah satu-satunya wanita yang berani meninggalkan Kevan tanpa ragu-ragu. Menjadi satu-satunya wanita yang mematahkan hati Nevan tanpa menoleh ke belakang. Fase itulah yang mungkin melahirkan obsesi bagi Nevan untuk menaklukkannya lagi, seperti seorang pemburu yang ingin mengejar rusa yang dulu pernah lolos dari genggaman tangannya sendiri. "Pernahkah kamu ingat, Kei?" Bibir Nevan tersenyum angkuh, matanya berkilat saat memori masa lalu melayang ke dalam benaknya. "Dulu kau adalah satu-satunya wanita yang membuatku berlutut memohon agar tetap berada di sisiku. Menemani hidupku hingga akhir usia. Tetapi hatimu tercipta dari kutub es. Menolak mencair tanpa ampun. Saat itu aku bersumpah di masa depan, kau pasti akan datang menjadi milikku! Sekarang lihat situasi kita. Bukankah takdir itu adil? Dia mengembalikanmu lagi untukku!" Kevan memainkan korek kecil di tangan, menatap Keirani penuh kepuasan. Pada akhirnya, wanita itu tetap jadi miliknya. Tidak berdaya dan lemah. Bersedia menerima sikap apa pun yang Nevan berikan padanya. "Ya. Takdir mengembalikan aku lagi padamu. Statusku akan menjadi istrimu secara utuh. Tapi kamu melupakan satu hal!" Keirani mengingatkan Nevan dengan senyum dingin yang menyiratkan kesombongan kuat. "Kamu tak akan pernah bisa menaklukkan hatiku, tak peduli seberapa banyak kamu mencoba!" Hati adalah satu-satunya sesuatu yang merdeka dari Keirani, menolak tunduk meskipun raganya ditaklukkan hingga berdarah-darah. …

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD