Memulai Pencarian

1352 Words
    Di tempat lain, Lusy yang dikenal sebagai sekretaris Derek terkejut ketika bos nya menghubunginya. Semakin terkejut setelah mendengar perintahnya. Bayangkan bos yang tidak pernah makan siang di ruang kerjanya tiba-tiba menyuruhnya untuk membeli makan siang untuknya. Luar biasa…angina pa sampai seorang Derek menyuruh sekretarisnya menyiapkan makan siang untuknya.     “Ada apa Lus?  Apa bos minta kamu kembali kerja? Jam istirahat masih cukup lama,” kata Alma heran.     “Bukan. Bos minta dipesankan makan siang,” jawab Lucy yang langsung pergi dan memesan makan siang untuk Derek.     “Aku sudah selesai dan aku harus antar pesanan big bos dulu ya,” kata Lusy menjelaskan pada rekan-rekannya yang hanya mengangguk. Mereka tahu tidak ada yang bisa membantah bila bis bos sudah bersabda.     Lusi berjalan dengan cepat jangan sampai Derek menghubunginya kembali. Tiba di depan pintu ruang kerja Derek, Lusi mengatur napas yang tersengal. Tarik napas kemudian mengetuk pintu dengan mantap.     “Permisi Pak. Makan siangnya saya letakkan dimana?” tanya Lusi sembari melangkah masuk setelah mendengar jawabab dari Derrek.     “Kamu letakkan di sana saja!” perintahnya menunjuk meja tempat dia biasa menerima tamu.     “Baik Pak.”     Dengan cekatan Lusi segera menyiapkan makan siang untuk bos nya. Walaupun heran dengan pesanan Derek, Lusi tetap melakukannya sampai semuanya siap.     “Semuanya sudah siap Pak,” beritahunya yang hanya dijawab dengan gumaman.     “Hm.”     Lusy melirik Derek yang masih sibuk bekerja dengan pandangan maklum.     “Saya permisi dulu Pak,” katanya sebelum pergi meninggalkan ruang kerja Derek.     Setelah Lusy pergi, Derek menuju meja besar tempat sekretarisnya mengatur makan siangnya.     “Aku ingin lihat apakah makan siang di ruang kerja rasanya sama atau tidak ketika makan di restoran yang ramai,” kata Derek pelan.     Derek tidak mengerti mengapa dia harus memesan makanan dan menikmatinya di ruang kerja. Apakah karena dia melihat Andara yang begitu menikmati makan siang di pantry.     “Bodoh.”     Derek segera mendorong makan siangnya setelah dia tidak merasakan kenikmatan seperti yang dia lihat pada Andara.     “Lusy … Kamu rapikan kembali makan siang ini.” Perintah Derek melalui intercom di ruangannya.     “Baik Pak.”     Lusy merapikan makan siang Derek dengan pandangan bersalah yang tertangkap jelas oleh Derek.   “Bukan kesalahanmu Lusy. Aku tadi ingin menikmati makan siang di ruang kerjaku. Ternyata aku tidak menyukainya,” beritahu Derek sehingga Lusy merasa tenang dan tidak khawatir melakukan kesalahan karena makanan yang sudah dia pesan.     “Lusy … Apa kamu mengenal sekretaris di lantai 6?” tanya Derek tiba-tiba saat Lusy baru akan meninggalkan ruang kerjanya.     “Maksud bapak, Laila Jhonson?” tanya Lusy heran.     “Bukan. Asistennya.”     “Saya minta maaf Pak. Terus terang saya tidak mengetahuinya. Apakah saya perlu mencari informasi tentang dirinya?”     “Hm. Aku ingin mengetahui datanya secara menyeluruh. Aku yakin kamu mengerti.”     “Baik Pak. Saya permisi.”     Lusy meninggalkan ruang kerja Derek dan segera menuju pantry hanya untuk melihat bahwa makanan yang dia pesan tadi hanya satu bagian yang disentuh oleh Derek sementara yang lainnya hanya dibiarkan saja.     “Bos memang aneh. Sejak kapan dia makan siang di ruang kerja. Apalagi pesan makanan dari restoran  karyawan. Ada-ada saja. Apa mungkin bos mau memberikan kenaikan uang makan?” katanya tertawa dengan isi pikirannya sendiri.     Lusy adalah sekretaris yang sudah lama bekerja menjadi sekretais Derek sehingga dia tahu kebiasaan yang dilakukan bosnya. Waktu 10 tahun cukup buat dia mengerti setiap kebutuhannya. Lusi cukup berbangga hati karena dia tidak dilupakan oleh bos nya saat menggantikan posisi ayahnya untuk menjabat sebagai Presiden Direktur Knigh Gold Corp.     Buat Lusy, Derek adalah atasan yang sangat royal terlepas dari kegemarannya berganti-ganti teman kencan dan Lusy tidak pernah memikirkan apakah para wanita tersebut pernah benar-benar menguasi hatinya. Sudah menjadi rahasia umum kalau wanita yang dikencaninya akan berakhir di ranjangnya menambah jumlah wanita yang ditaklukkan sebelum ditinggalkan dengan segala fasilitas yang diimpikan para wanita.         Lusi masih duduk di depan komputernya untuk melakukan tugas yang diperintahkan oleh Derek. Wajahnya menyiratkan kalau dia tidak mengerti dengan perintah Derek tentang asisten Laila. Wanita yang bekerja sebagai sekretarisnya Aldwin. Direktur perencanaan yang berada di lantai 6.     “Mengapa bos ingin tahu asistennya Laila? Mungkinkah dia berhasil membuat bos tersinggung? Atau justru bos sudah tertarik?” Suara tawa terdengar dari mulut Lusi. Siapa pun akan menilainya bodoh dan ceroboh bila tahu yang dipikirkan Lusi tentang seorang pegawai yang berhasil membuat Dirut tertarik.     Selama ini wanita yang menjadi teman kencan Derek selalu berasal dari kalangan selebritis. Dan tidak pernah yang berasal dari dunia kerja. Derek pernah mengatakan bahwa dia tidak akan pernah mengijinkan wanita yang bekerja padanya atau rekan kerja menjadi teman kencannya.     “Siapa gadis ini yang membuat bos berubah. Bahkan dia berusaha mencari tahu,” kata Lusy mengangkat pundaknya geli.     Lusy tidak perlu waktu lama untuk mencari tahu tentang asistennya Laila. Sebagai sekretaris Derek Wiliam West dia mempunyai kekuasaan untuk mendapatkan semua data karyawan. Tanpa harus menjelaskan kepentingannya.     “Andara Sasmita? Nama yang tidak umum.” Gumamnya saat mengetik id pegawai yang diberikan bagian HRD padanya.     “Melihat dari usianya, Andara ini adalah gadis yang sangat pintar dan berprestasi di bidang akademik. Dengan bergabung dibidang perencanaan pembangunan dia telah melakukan pilihan yang tepat. Aku rasa perusahan sangat beruntung bisa merekrutnya menjadi karyawan KG,” gumam Lusy.     Lusy terus mencari informasi tentang Andara. Saat dia memberikan laporan pada Derek, maka semuanya harus lengkap dan tidak membuat celah yang mengharuskan dia menjawab dan mengulang-ngulang informasi yang dia berikan. Sementara Derek adalah atasan yang mengharapkan kesempurnaan terhadap tugas yang sudah dia berikan.     Berbekal dengan nomor telepon yang tertera di berkas kepegawaian, Lusy segera menghubungi nomor telepon rumah Andara untuk mengetahui informasi pribadi yang tidak tertera di berkasnya.     “Halo selamat Siang. Saya dari Perusahaan WilG. Apakah bisa berbicara dengan Nona Andara Sasmita?” tanya Lusy setelah sambungan telepon terhubung dengan mengatasnamakan anak perusahaan KG.     “Oh Maaf. Andara sedang berada di luar. Maaf ada yang bisa saya bantu?” terdengar suara wanita yang menjawab telepon Lusy.     “Maaf, saya bicara dengan siapa?”   “Saya ibunya Andara dan nama saya Sarah. Ada apa ibu mencari Andara?”     “Perusahaan kami sudah menerima berkas dari Nona Andara dan kami ingin mengetahui datanya. Karena di sini Andara tidak menuliskan semua data yang kami perlukan,” beritahu Lusy.     “Apakah saya bisa menjawabnya? Terus terang putri saya memang sudah cukup lama mengirim cv ke WilG,” katanya.     “Baiklah. Di sini Nona Andara tidak menuliskan nama kakaknya. Apakah kami boleh mengetahuinya?” tanya Lusy sambil menggigit bibirnya. “Mudah-mudahan ibunya tidak curiga. Dimana ada perusahaan membutuhkan nama kakaknya. Dasar bodoh,” omelnya dalam hati.     “Nama kakaknya Andara? Apakah ada keharusan?” tanya Sarah curiga.     “Untuk perusahaan lain memang tidak perlu Bu. Tapi perusahaan kami adalah perusahaan yang bergerak di bidang hiburan. Kami tidak ingin bila tiba-tiba ada saudara pegawai kami mengaku-ngaku telah di kontrak oleh WilG,” jawab Lusy dengan memutar matanya.     “Oh. Andara memang mempunyai kakak perempuan. Namanya Selina Thomas. Tapi …,” suara Sarah terputus ketika mulai menyadari kalau Andara tidak pernah mengirimkan cv ke perusahaan yang bergerak di bidang hiburan.     “Maaf. Saya rasa ibu salah telah menghubungi. Andara putri saya tidak pernah mengirimkan cv ke WildG karena setahu saya dia hanya mengirim ke KG dan saat ini sedang magang di perusahaan itu,” beritahu Sarah dengan nada suara yang sepenuhnya merasa curiga.     “Benarkah? Tapi mengapa berkasnya ada di kami? Di sini tertulis nama ayahnya adalah Mark Thomas dan ibunya adalah Sarah Indrajit,” jawab Lusy dengan senyum di bibirnya.     “Memang benar yang Nyonya katakan. Tapi saya benar-benar ingat kalau Andara tidak pernah mengirim cv ke WilG,” jawab Sarah bersikeras.     “Baiklah. Kalau begitu akan saya hubungi langsung Nona Andara. Jam berapa biasanya Andara tiba di rumah?”     “Andara biasanya sampai di rumah sekitar jam 8 malam,” jawab Sarah ragu-ragu.     “Malam sekali. Melihat alamatnya saya rasa tidak memerlukan waktu lama untuk sampai dirumah setelah jam pulang KG,” kata Lusy. “Kalau begitu sampaikan kepada Andara kalau WilG menghubunginya,” kata Lusy sebelum menutup teleponnya.     “Aneh sekali. Jelas-jelas tadi aku mendengar dia mengatakan dari WilG. Tapi bagaimana dia tahu jam pulang KG,” gumam Sarah dengan wajah bingung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD