Aku bukan Xin Narra!

1084 Words
Alaska, kota C. Dua bulan kemudian. Xin Narra terbangun dari tidur panjangnya. Merasakan seluruh tubuhnya ringan bagai kapas. Namun itu sulit untuk digerakkan. Matanya menatap langit-langit ruangan yang berwarna putih. Keningnya mengerut dengan tatapan heran. Lalu berlanjut pada beberapa kabel dan peralatan medis yang terpasang diseluruh tubuhnya. Ingatannya berputar pada kejadian saat sebelum dia kecelakaan. Namun itu terasa asing dan entah kenapa ingatannya bertabrakan dengan ingatan lainnya. Ingatan yang dia tak pernah miliki sebelummya. Membuat rasa sakit kepala hebat hingga erangannya terdengar. "Nona, nona telah sadar? Nona benar-benar bangun?" Mata Xin Narra menyipit saat seorang perawat masuk dan terkejut melihatnya. Membuat tangannya menahan kepalanya refleks saat tiba-tiba ingatan asing itu terus saja masuk dan memutar seluruh ingatannya. Membuat tubuhnya mengejang saat tiba-tiba ingatan kecelakaan asing datang dan membuat tubuhnya pinsan. Seorang dokter datang dan memeriksa tubuh Xin Narra. Melepaskan banyak perlatan medis hingga menyisakan satu selang infus yang masih bekerja. Ada senyum tipis di wajah sang dokter saat melihat kondisi Xin Narra dalam keadaan baik-baik saja meski telah koma selama tiga bulan. Baginya bangunnya Xin Narra merupakan sebuah keajaiban karena kecelakaan hebat yang pernah gadis itu alami. Tanpa lelah, dia duduk menunggu Xin Narra membuka mata. Dan saat itu terjadi, dia tersenyum lebar. Tanpa menyapa, dia memilih memperhatikan Xin Narra dari dekat. "Nona Angel, akhirnya kau sadar kembali. Bagaimana perasaanmu? Apakah kau merasakan sakit di beberapa bagian tubuhmu? Beritahu kami, agar bisa melanjutkan pemeriksaan lebih." Xin Narra masih diam dan menatap sekelilingnya. Sudut matanya jelas melihat perawat yang sama tengah berdiri di samping tempat tidurnya, lalu juga seorang dokter yang tengah duduk memperhatikan dirinya. Merasa di perhatikan, dia mencoba bangun dan bersandar. Menatap kembali pada dua wajah yang asing namun terlihat familiar. "Ada dimana aku?" "Nona Angel berada di rumah sakit." Xin Narra menggeleng. "Tidak, maksudku, ada di mana tempat ini." "Kota C, di Alaska." "Alaska?" tanya Xin Narra terkejut. Membuat perawat yang berbincang dengannya merasakan keterkejutan yang sama. Xin Narra memegang kepalanya. Dia menggeleng pelan, saat ingatan lainnya datang. Dia sangat yakin bahwa dirinya tinggal di kota Z negara China. Tapi, kenapa dia ada di Alaska sekarang? Lalu ingatan asing itu, kenapa terus berulang hingga membuat seluruh emosinya teraduk. Seakan akan ingatan itu adalah bagian dari dirinya. "Apakah kepalamu sakit? Kau ingat siapa aku?" Xin Narra menyipit saat dokter yang awalnya memperhatikannya kini mendekat dan memeriksanya. Dia membuka matanya dan menatap wajah sang dokter. Lalu ingatan lainnya menyapa hingga membuat kepalanya mengangguk. "Paman Luke," jawab Xin Narra tanpa sadar. Merasa lega, Luke tersenyum. "Bagus. Tak ada masalah dalam ingatanmu. Kau merasakan pusing karena benturan keras saat kecelakaan mobil tiga bulan lalu. Tapi melihat kau mengingatku, kurasa ingatanmu tak memiliki masalah." "Tiga bulan lalu?" koreksi Xin Narra. Luke menggangguk. "Angel, aku tahu kau sulit dalam menentukan dirimu di keluargamu. Tapi, kau bisa meminta bantuanku." "Angel? Siapa Angel? Aku Xin Narra," tanya Xin Narra bingung. Ini kedua kalinya dia mendengar nama Angel disebutkan. Jadi dia berniat mengklarifikasi namanya secara baik dan benar. "Xin Narra? Hahaha, jangan bercanda. Itu tidak lucu," elus Luke di puncak kepala Xin Narra. "Istirahatlah, dan jangan berkecil hati karena orang keluarga Excel tak mengunjungimu meski kau telah sadar." Xin Narra jelas merekam semuanya. Matanya berkali-kali menyipit dan kemudian tanpa sadar tangannya terulur menahan tangan Luke. Membuat Luke menoleh simpati. "Paman, berapa lama lagi aku akan berada disini?" Luke tersenyum. "Tak lama. Mungkin saja satu minggu." Xin Narra menganguk dan membiarkan Luke pergi bersama perawatnya. Dia menatap ruangan kosong yang sunyi dan tersadar saat menyadari tangannya yang kurus. Berkulit putih pucat dan, yah, rambut panjangnya hilang? Tidak, dia yakin dia memiliki rambut sepinggang dengan warna golden brown yang cantik. Lalu dia tak sekurus dan warna kulitnya kuning langsat. Tapi ini, putih hingga pucat. Juga terlihat tak terawat. "Apa yang terjadi," ucapnya terkejut. Satu tangannya bergerak memeriksa rambutnya. Dan itu sebahu, berwarna hitam dengan potongan lurus tanpa model. "Ya Tuhan, apa yang terjadi. Bagaimana bisa aku memiliki model rambut seperti ini." Merasa panik, matanya megedar dengan langkah yang perlahan turun. Dia mengambil infusnya lalu berjalan pelan menuju kamar mandi. Mendapati sebuah kaca, dengan sangat hati-hati dia mulai mematutkan dirinya di depan cermin. "Siapa ka--" jari telunjuknya yang terrulur refleks saat sebuah bayangan di dalam cermin muncul. Namun suaranya tertahan saat dia melihat bayangan itu juga mengikuti hal yang dia lakukan. Itu berarti bahwa bayangan itu bukan milik orang lain. "Aku, aku, kenapa wajahku. Dan ini," tangan Xin Narra bergerak menyentuh pipi lalu seluruh wajahnya. Dia terpaku juga terpukul. Berdiri tanpa kata namun matanya meneliti wajah asing yang baru pertama kali dilihatnya. "Angel," ucapnya tanpa sadar. Bagai di hantam beban berat berkilo-kilo kesadaran kini benar-benar kembali. Ingatan asing yang pernah hadir hingga membuat kepalanya pusing adalah ingatan gadis dari tubuh yang ia tempati. Xin Narra terhuyung dan bersandar di dinding kamar mandi. Mulutnya terkunci dan hanya pikirannya yang bekerja secara baik. "Aku dilahirkan kembali. Tapi bukan sebagai Xin Narra yang seperti biasa. Tapi sebagai Angelique Excellin," Setelah beberapa saat semua informasi dari ingatan pemilik tubuh seakan terbayang di benaknya. Mengalirkan informasi-informasi penting yang dia butuhkan. Tubuhnya terasa lemas tak bertenaga. Dia hanya bisa menatap wajah polos cantik yang terlihat kurus dan memprihatinkan. Kembali berbaring, Xin Narra masih saja mengunci rapat bibirnua. Kali ini semua ingatan datang silih berganti. Menampilkan keseharian Angel dan berbagai masalah yang dia hadapi. Menbuat emosinya tersulut dan tersadar bahwa nasib dari pemilik tubuh yang dia tempati tidaklah jauh berbeda darinya. Sama-sama dihianati oleh orang-orang sekelilingnya. Merasakan amarah yang memuncak, membuat seluruh urat nadj di tubuhnya lebih menonjol. Rasa sakit dari kematian yang datang juga hancurnya dunia yang pernah memberikan mereka harapan, membuatnya tersadar. Bahwa dia dilahirkan kembali untuk sebuah kesempatan balas dendam. Tak peduli sebagai Xin Narra ataupun Angelique, dia akan membalas dendamnya pada orang-orang yang menyakitinya. Tapi dia juga tidak bodoh. Dia tahu, bahwa sekarang dia hidup sebagai Angel. Sang pemilik dari warisan keluarga Excel yang cukup kaya di kota Alaska. Memiliki sebuah hubungan manis namun dia melihat pengkhianatan hingga akhirnya Angel merasa putus asa lalu tabrakan mobil itu terjadi. Karena tak memiliki keinginan hidup, Tuhan menjawab permohonan Xin Narra untuk hidup kembali sebagai Angel dan memerbaiki segalanya. "Baiklah, aku mengerti sekarang. Untuk apa aku dilahirkan kembali. Itu untuk memperbaiki kehidupan Angel juga membalaskan dendam kami." Senyum tipis terukir, kali ini fitur wajahnya yang halus tampak sedikit berkharisma dengan aura dingin yang tenang. Wajahnya yang halus dan tirus terlihat sedikit lebih memiliki guratan emosi yang telah menyala-nyala. "Mulai sekarang, aku Angelique Excelin. Pemilik keluarga Excel yang kedua orangtuaku tinggalkan. Aku akan menperbaiki semuanya dan meletakkan semua pada yang semestinya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD