BALADA PENGAGUM RAHMA

674 Words
Belum lepas urusan dengan Rahmad, beberapa lelaki datang, lelaki yang dikenalnya lewat akun media sosial beberapa orang benar-benar datang dan rata-rata dari mereka bukan orang sembarangan. Banyak dari mereka malah datang dari golongan akademisi, praktisi hukum bahkan pejabat. Sebut saja Tyo, seorang akademisi yang merupakan pimpinan Rahmad di tempatnya bekerja hari ini duduk tenang di depan restorant yang berhadapan tepat dengan toko buku ternama di Banjarmasin, ia meminta sopirnya untuk menjauh. Rahma turun dari angkutan online yang di sewanya demi bertemu Tyo, Mereka berbincang. Tyo yang berusia 20 tahun lebih tua dari Rahma dengan tubuh jangkung dan wajah ke bapak an sebenarnya demikian menawan. Perbincangan-perbincangan yang menarik membuat Rahma betah hingga Tyo ijin pulang dan tak lupa menyelipkan sebuah amplop besar bertuliskan ‘hadiah untuk Rahma’. “Ini apa ? “ tanya Rahma heran. “Kan sudah jelas itu hadiah untuk Rahma” jawab Tyo diplomatis. “Isinya ?” Selidik Rahma penasaran. “Kertas, “ “Rahma buka ya, “ “Nanti saja di rumah.” Tyo pamit pulang karena sore sudah menjelang, ada perjanjian yang mereka buat saat pertemuan tadi. ‘Tidak boleh jatuh hati’ itu pesan pertemanan mereka dan Rahma pun sepakat. Setibanya di rumah Rahma membuka bungkusan amplop panjang tadi. Betapa terkejutnya berlembar-lembar uang seratusan ribu nampak di dalam sana. Apa maksudnya? Batin Rahma menerka-nerka. Rahma melirik jarum jam di rumahnya, pukul 18 WITA pasti Tyo sudah tiba di rumah. Rahma tidak ingin mengirim pesan apapun karena itu akan sangat mengganggu kebersamaan Tyo dengan keluarga. Begitulah Rahma mungkin hal itu juga lah yang membuat banyak lelaki merasa betah, Rahma sama sekali tak akan menghubungi mereka selagi mereka berada bersama keluarga. ‘itu kode etik’ ucap Rahma pada teman-temannya suatu ketika. Gita sedang di kamar mandi saat Rahma menutup amplop dan meletakkannya dalam almari. Tiba-tiba suara senandung kecil dari tangga lantai tiga lamat-lamat terdengar. Hilda dan Lusi mendekati Rahma, Rahma mengerti. “Bu, kembaran pian kah bersenandung ?” “Entahlah, masak setan bisa nyanyi, “ “Ach ibu nie,” Gita keluar dengan menggosokkan handuk pada rambutnya yang basah. Gita langsung menatap kami bertiga yang berhadapan dengannya dari jarak yang tidak jauh, nampak Lusi menutup bibirnya dengan jari telunjuk, memberi isyarat pada Gita agar tidak bersuara. Gita diam... suara itu masih jelas menuruni anak tangga sambil bersenandung. Gita menjerit, ia menuju ke arah kami sambil berlari. Suara itu hilang... “Gita ah, “ seru ku padanya. “Haduh buk, nggak usah berurusan dengan hantu buk, susah. Bikin hidup sakit mati sulit “ ujar Gita. Jujur aku ingin tertawa menyaksikan reaksinya namun apa daya dia terlampau lucu bagiku. Suara siulan itu hilang dengan sendirinya. Selalu begitu, sungguh aku penasaran dengan wajahnya muncul tepat di hadapanku, apa yang akan dia lakukan bila kami berhadapan. Aku terus menggumam. Anak-anak kursus makin ramai di bawah, kami pun turun dan melupakan kejadian bodoh itu. Suara ponselku berdering keras, subhanallah aku lupa tadi tidak mematikannya sebelum mengajar. Aku mengambil ponselku dan betapa terkejutnya panggilan suara dari pak Tyo, untuk apa dia memanggilku. “Assalamualaikum, mas” “Waalaikumsalam, Ra” “Katanya nggak boleh telp kalau di rumah,”suaraku sigap. “Iya ini keluar sebentar, ijin istri beli rokok.” “Och, ada apa?” “Nggak hanya ingin memastikan kalau Rara baik-baik saja ujarnya.” Hanya itu yang kami bicarakan. Namun ternyata pertemuan hari itu membawa cerita panjang. Pak Tyo mengungkapkan isi hatinya bahwa ia jatuh hati pada Rahma, ia ingin mendengar Rahma bercerita setiap saat serta seribu satu cerita lainnya. Pak Tyo, orang hebat itu mengakui isi hatinya pada seorang Rahma. Pak Tyo yang lain pun mulai bermunculan dengan segala caranya yang penting bisa dekat dengan Rahma meskipun tidak untuk menikah. “Ra, aku mendapatimu berada di sampingku malam tadi “ Suara Yunan sang politisi. “Maksudnya?” tanya Rahma sampai ia tersedak. “Iya Ra, kamu beneran disampingku, nyata. Senyum kamu, tatapan kamu bahkan malam tadi ciumanmu juga ada.” “s**t, gila. Malam tadi aku di rumah. “ Suara Rahma meninggi. “Aku tahu Ra, aku tahu itu imaji ku tapi sungguh nyata sekali Ra, “ “Aku merasakannya, nyata sekali.” Yunan terus bercerita bahkan tentang cumbuan konyolnya. Rahma muak dan ingin muntah. Sesaat ia melihat wanita berkerudung hitam panjang yang mirip dirinya berdiri tegak di belakang Yunan. Rahma pun pingsan seketika.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD