Diri Sendiri

1012 Words
Angin malam yang berhembus masuk menusuk ke dalam tulang belulang siapa pun yang dilewatinya. Namun, tidak sama dengan isi gedung yang berada tepat di hotel AL, suasana malam yang ada di dalam gedung tersebut terasa begitu berbeda, hal itu dikarenakan adanya lautan manusia didalamnya disertai dengan penuh semaraknya pesta yang sedang diselenggarakan didalamnya. Berbagai macam minuman dan makanan tersedia disetiap sudut ruangan, di titik pusat ruangan pun penuh diisi dengan berbagai macam hadiah dari para tamu undangan. Terlihat begitu meriah pesta yang sedang diselenggarakan di hotel AL, pesta tersebut tak lain adalah acara ulang tahun perusahaan R2, yaitu perusahaan tambang terbesar di negara Vedelwish yang ke-40 tahun. Di acara yang kian meriah itu, terlihat di tingkat atas gedung seorang pria dengan maskernya memperhatikan bagaimana pesta itu berlangsung, pria itu tak lain adalah Zaflan, si pemilik perusahaan R2 yang sangat besar tersebut. "Kita tidak akan menutup pestanya Tuan?" tanya Raiyan yang merupakan sahabat sekaligus Sekretaris Zaflan. "Biarkan para lintah itu menghabiskan isi kantongnya." jawab Zaflan kemudian mempebaiki maskernya dan berjalan pergi keluar dari gedung, diikuti oleh Raiyan dibelakangnya. Raiyan mengemudikan mobilnya melaju menuju jalanan, membawa Zaflan pergi mengikuti angin malam yang melewatinya. Zaflan menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi mobil sambil memejamkan matanya. "Bawakan pakaianku ke villa, sudah cukup basa basiku tadi siang datang kerumah." ucap Zaflan tanpa membuka matanya. Kebiasaan yang selalu Zaflan lakukan, pulang sekali kerumah di hari peringatan ulang tahun perusahaan yang bersamaan dengan hari ulang tahun Ibunya. Jadi, yang membuat Zaflan pulang bukan karena keluarganya, tapi karena ingin memperingati hari ulang tahun Ibunya. *** Aretha bergegas memasuki mobilnya ke samping rumah, langsung masuk ke dalam rumah dengan membawa tas kerjanya. Aretha menyalami kedua orang tuanya dan mencium kedua pipi, kening kedua orang tuanya. "Kenapa telat pulangnya nak?" tanya Ibu kepada Aretha. "Banyak laporan yang harus diserahkan Bu, Are sholat dulu ya Bu." jawab Aretha kemudian pergi setelah mendapatkan izin Ibunya. setelah selesai sholat isya, Aretha langsung mandi dan ikut makan malam dengan kedua orang tuanya. Mereka makan dengan tenang tanpa ada suara, sibuk menyelesaikan makan malam mereka masing-masing. Setelah selesai makan, Aretha memijit kaki Ayahnya bersama dengan Ibunya yang sibuk menonton acara ceramah yang ada di Televisi. "Are, jangan sering pulang malam nak, kalau nanti harus pulang malam lagi kabari Ayah, Ayah yang akan jemput, bahaya wanita pulang malam-malam sendirian." ucap Ayah. "Nggak apa-apa Yah, Are baik-baik aja, setelah masa UAS nya anak-anak, Are bisa pulang dengan normal lagi." jawab Aretha. Ayah hanya bisa diam dan menikmati pijitan dari tangan anak kesayangannya itu. Setelah selesai memijit, Ayah bangun dan berjalan menuju kamar untuk mengistirahatkan tubuh yang sudah digerakkannya seharian. Begitu pula dengan Ibu, ikut berjalan memasuki kamar untuk tidur bersama suaminya. Are membereskan beberapa bantal sofa yang terjatuh kemudian masuk ke kamarnya, Are mengambil wudhu dan melaksanakan sholat witir, membaca al-Qur'an kemudian bersiap untuk tidur. Disubuh harinya, Aretha bangun dan langsung membuatkan sarapan untuk kedua orang tuanya setelah selesai melaksanakan sholat shubuh. Gadis itu kemudian kembali kekamarnya untuk bersiap-siap berangkat ke kampus untuk mengajar. *** Gluk.. Glukk...  Terdengar jelas bunyi s*s* mengalir di menggosokkan Zaflan di tengah keheningan villa, tidak seorang pun yang ada disana kecuali dirinya. Ting tong!! Ting tong!!  Zaflan memencet tombol untuk membuka pintu dan membiarkan Raiyan masuk. Raiyan langsung merapikan meja makan dan menyerahkan beberapa berkas kepada Zaflan yang duduk di sofa. Selembar, dua lembar, tiga lembar, Zaflan terlihat sibuk memperhatikan isi berkas yang ada ditangannya. "Apa ini? Kenapa ada penggusuran?" tanya Zaflan kepada Raiyan. "Itu yang dilakukan Ibu tirimu, kau menyuruhku mencari informasi mengenai desa terpencil yang pernah didatangi Ayahmu kan, dan aku menemukan ini. Ayah mu menggusur paksa tanah orang lain, dan itu semua karena hasutan Ibu tirimu, yang mereka gusur sebuah rumah tetua disana, mereka hampir di amuk oleh warga tapi si pemilik tanah menghentikan nya dan memutuskan untuk pergi." jawab Raiyan sambil duduk dihadapan Zaflan. "Bagaimana nasib mereka sekarang? " "Entahlah, yang pasti Ayahmu sudah memulai proyek disana, karena disana sumber besar tambang terletak dan kau pasti juga tau, mereka membutuhkan itu." "Ayah melakukannya? " "Hmm, dan Ibu tirimu yang menghandle semuanya." Zaflan menarik nafas panjang kemudian berjalan menuju kamarnya untuk mengganti pakaian. Setelan jas rapi berwarna hitam sudah melekat disetiap sisi tubuh Zaflan, Raiyan yang masih duduk sofa tercengang menatapnya. "Apa yang kau tunggu? Kau tidak akan pergi? " ucap Zaflan, membuat Raiyan langsung berdiri dan mengikutinya. Raiyan melajukan mobilnya menuju jalanan untuk tiba dirumah orang tua Zaflan. Ini pertama kalinya Zaflan menginjak rumah itu dua kali dalam setahun. Semua pengawal langsung menunduk hormat ketika mobil Zaflan masuk, Zaflan berjalan keluar dari mobil untuk memasuki rumah. Tepat di ruang tamu, Ayahnya, Ibu tirinya serta Alzam adik tirinya duduk sambil menikmati teh pagi mereka. Zaflan mengambil teh yang ingin diminum Alzam dan menghirupnya pelan, membuat Alzam menatap tajam ke arah Zaflan. "Kenapa? Kau marah? Padahal semuanya adalah milikku dan kau mengambilnya dariku." ucap Zaflan tanpa berkedip membuat Alzam mengalihkan pandangannya dan membiarkan Zaflan duduk di hadapan Ayah. "Tumben sekali kamu datang kerumah nak, ada perlu apa? " tanya Naifa, ibu tiri Zaflan. "Apa aku harus punya alasan untuk mengunjungi rumahku sendiri? " jawab Zaflan membuat bungkam Ibu tirinya. Zaflan menarik berkas yang ada di tangan Raiyan kemudian melemparnya ke atas meja. "Apa ini? Kenapa ada pemaksaan penggusuran hak milik orang lain? Apa perusahaan ini benar-benar bermain kotor? " ucap Zaflan. Ibu tirinya langsung membuka matanya lebae ketika melihat berkas yang dilemparkan Zaflan ke hadapannya, dia benar-benar tidak tahu kalau Zaflan akan mengungkit hal yang sudah lama terjadi, 5 tahun yang lalu. Ayah langsung membacanya ke arah istrinya. "Ibumu meminta membuka proyek disana, karena katanya disana penghasilan tambangnya Bagus." jawab Ayah. "Aku tau, tapi tidak dengan jalan memaksa. Apa Ayah akan bermain kotor karena wanita ini? " "Zaflan!! Dia Ibumu, jaga ucapanmu. Ayah sudah memberikan mereka ganti ruginya." "Apa mereka menerimanya?" Ayah langsung menatap istrinya, seakan bertanya apakah mereka menerimanya. "Ah tentu saja, Ibu memberikan mereka ganti rugi yang pantas." "Tapi dari data dan pengakuan yang didapat anda tidak mengeluarkan biaya sepeser pun Nyonya." sahut Raiya sambil memberikan lembaran berkas ke hadapannya, membuat Ibu tirinya menelan ludah untuk menahan malu dan rasa takutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD