Tiga

700 Words
Bagaimana pun caranya Alex harus menahan Senja agar tidak pindah sekolah, dia tidak ingin membiarkan adiknya itu menjadi orang pengecut yang lari dari masalah. Patah hati saat remaja itu wajar, bukan berarti hidup akan berakhir. Satu-satunya cara adalah Alex kasih tahu orang tuanya tentang rencana Senja, karena kalau Alex yang ngomong Senja tidak akan peduli. Saat ini sedang makan malam, semuanya sudah terkumpul di meja makan. Alex menghela napas. "Ma, Pa, Senja mau pindah sekolah karena patah hati." Bukan hanya orang tuanya, tapi juga Senja kaget, karena rencana Senja akan kasih tahu orang tuanya nanti saat dia sudah resmi dapat surat pindah dan namanya sudah resmi dicoret dari SMA ini. Wisnu menatap Senja. "Betul itu, Senja?" Mau tidak mau Senja mengangguk, dia tahu sekeras apa papanya ini, pria yang memiliki tatapan tajam, kalau sudah ngomong tidak ada yang boleh bantah. "Senja, jangan gila! Papa nggak pernah ajarin anak-anak Papa untuk jadi pecundang. Kalau ada masalah hadapi, bukan lari dari masalah, kamu kira dengan kamu pergi semuanya akan kelar?" Senja tidak bisa berkutik, lidahnya terasa kelu untuk mengeluarkan sepatah kata. "Apa masalahnya? Cinta bertepuk sebelah tangan? Kalau itu yang kamu alami, kamu harus buktiin ke cowok itu you are the best girl, kamu harus buat dia nyesel karena pernah nyia-nyiain kamu!" Dian yang sedari tadi diam saja, akhirnya angkat bicara. "Senja, apa yang Papamu bilang adalah benar." "Tapi kalian nggak pernah tahu gimana rasanya dikhianati oleh sahabat sendiri!" "Apa pun alasannya, kalau kamu nekat pindah sekolah, jangan pernah injakkan kaki ke rumah ini atau minta duit ke sini," tegas Wisnu. Senja melirik Alex yang asyik mengunyah makanannya, kalau tahu dia bakal ember ke orang tunya, lebih baik Senja tidak usah cerita ke Alex, tapi nasi sudah jadi bubur. ••• Saat ini Kia dan Bintang sedang duduk di salah satu kafe di kawasan Jakarta, ada banyak hal yang ingin Kia sampaikan. Kia meraih tangan Bintang, lalu menggenggamnya. "Ntang, are you love me?" Bintang terkekeh pelan. "Of course." "Kalau aku minta satu permintaan kamu bakal turuti?" "Apa sayang, to the point aja." Kia menghela napas. "Aku mau kita putus, dan kamu jadian sama Senja." "Nggak, itu nggak bisa, Kia, perasaan nggak bisa dipaksa." "Sayang, hidup ini adalah pilihan, aku sadar aku salah karena udah sakiti Senja dengan memilih kamu, dan sekarang aku mau kamu pilih Senja biar dia nggak sakit lagi." Bintang terkekeh pelan. "Dan kamu yang bakal sakit hati?" "Aku bakal berusaha move on, aku nggak mau kehilangan sahabat aku." "Dan kamu mau kehilangan aku?" "Kalau itu yang terbaik untuk kita, kenapa enggak?" Bintang melepas tangan Kia. "Oke, kalau itu yang kamu mau." Bintang beranjak dari tempat itu. "Kita putus!" Setelah itu dia berbalik dan meninggalkan Kia. Tanpa sadar setetes air mata di pipi Kia jatuh. Aku sayang kamu, Ntang. Sangat! Tapi aku nggak mau kehilangan Senja, dia sahabat aku, maafkan aku yang lebih milih sahabat daripada pacar karena aku tahu dibenci sama sahabat lebih menyakitkan daripada putus sama pacar. Lagipula kalau aku terus sama kamu nggak baik buat diri aku, karena aku semakin ngerasa bersalah sama Senja. Tak lama kemudian muncul chat dari Bintang. Bintang Ki, thanks buat tiga bulan ini, semoga kamu bisa dapatin cowok yang lebih baik dari aku. Love you... Kia menyeka air matanya lalu membalas. Kia Iya, makasih juga. Semoga kamu bahagia sama Senja. Love you too untuk yang terakhir kalinya Kia beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari kafe ini seorang diri, ini jauh lebih baik daripada terus bersama Bintang hanya akan menyakiti perasaan Senja lebih lama. Di luar kafe Kia menatap langit malam yang penuh dengan taburan bintang. "Kalau aku kangen kamu, aku cukup natap bintang di langit, karena kalian sama-sama indah," gumamnya. Baru saja Kia hendak berjalan tiba-tiba sebuah motor berhenti di hadapannya, ternyata Bintang. Kia kira Bintang sudah pulang. "Ki, gue antar lo pulang." "Gue bisa sendiri." "Plis jangan nolak, gue aja nggak nolak lo pengen putus." "Oke deh, untuk yang terakhir kali." Bintang memberikan helm, setelah itu Kia naik ke atas motor Bintang, cowok itu sengaja memperlambat laju motornya agar dia bisa lebih lama bersama Kia, rasanya dia ingin menghentikan waktu akan dia tetap bersama Kia selamanya. "Love you, Kia," bisik Bintang yang masih dapat didengar oleh Kia, tapi cewek itu tidak membalasnya. •••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD