"Hot Vampire”
Author by Natalie Ernison
Bibi Su berteriak terkejut, saat melihat luka di bagian atas lutut milik Qiana. Hal itu membuat Hazel berlari kembali, namun para pelayan menahan niat Hazel untuk melihat.
"Mansion Kediaman Keluarga Axton"
"Tuan Hazel, mohon tahan sejenak. Nona muda harus dibersihkan terlebih dahulu."
"Tetapi keamanan nona Queen menjadi tanggung jawabku!" Tukas Hazel cemas.
"Tenanglah tuan Hazel. Nona muda akan baik-baik saja."
Hazel terpaksa menuggu di depan pintu kamar pribadi Queen. Sejak sekian tahun lamanya, Queen selalu aman bersamanya. Namun kali ini, Hazel tidak tahu apa yang harus ia perbuat. Semua diluar kemampuannya, Hazel sedih atas apa yang menimpa Queen.
Setelah beberapa hari kemudian...
~ ~ ~
Queen lebih banyak menghabiskan waktunya untuk pergi ke tempat usaha bisnis yang ia kelola. Ia sudah lupa akan keinginannya untuk pergi ke kelas music.
Melawan rasa trauma dan takutnya. Sesuatu hal yang lebih mengherankan lagi, Queen sudah tidak mengingat peristiwa yang terjadi di dalam toilet pada malam itu. Ingatannya seakan menghilang seketika ia kembali terbangun.
Hazel pun terlihat sedang merahasiakan sesuatu dari Queen, karena Hazel juga tidak lagi membahas perihal kelas musik yang biasa Queen ikuti.
Perusahaan XXX
Queen berkeliling untuk melihat pekerjaan para pegawainya. Ia terlihat sibuk dengan kegiatannya, dan Hazel pun cukup lega akan hal itu.
Dirasa puas berkeliling, Queen duduk sejenak di ruangan khusus miliknya.
"Nona, setelah ini apakah ada kegiatan lain yang harus kita lakukan?" Tanya Hazel, yang sebenarnya menjurus ke arah kelas music yang selama ini Queen jalani.
"Sepertinya kita harus pergi berbelanja untuk kebutuhan." Balas Queen, sembari menyeruput teh hangat miliknya.
"Bukankah itu tugas para pelayan, nona?"
"Tidak tuan Hazel. Aku ingin melakukannya, aku sangat jenuh dengan rutinitasku."
"Baiklah Nona."
Hazel bersama Queen pergi menuju super market, untuk membeli segala jenis kebutuhan di mansion mereka.
***
Setelah dua bulan kemudian...
Queen benar-benar telah melupakan kisah menakutkan didalam hidupnya. Ia bahkan melupakan sosok guru music kesayangannya, guru Neils.
Apa sebenarnya yang telah terjadi pada Queen, dan siapa yang telah membuat ingatannya menghilang...
Pergi melihat perusahaan dan juga usaha-usaha lainnya. Kemudian kembali ke mansion, melakukan kegiatan seperti biasanya.
"Mansion kediaman keluarga Axton"
Seperti biasanya, sejak masa kecilnya, Queen hanya makan seorang diri di meja makan. Terkadang, Queen meminta Hazel untuk makan bersamanya, walaupun sebenarnya hal itu sangat bertentangan dengan peraturan mansion.
Hanya keluarga Axton saja yang layak makan di meja makan kehormatan. Akan tetapi, beberapa tahun belakangan, Queen selalu sendiri.
"Jika nona telah menyelesaikan makan malam, maka aku akan mengatakan sesuatu informasi pada nona." Ucap Hazel.
"Aku sudah selesai, katakan saja." Balas Queen dengan tersenyum manis.
"Di sisi kota ada acara yang dibuka sedari petang hingga menjelang subuh. Jika nona merasa bosan, aku akan mengajak nona kesana."
"Aku ingin pergi sekarang!" Tukas Queen antusias.
"Nona yakin?"
"Yah, tentu saja ada tuan Hazel yang akan selalu menjagaku." Ucap Queen girang, ia pun bergegas bersiap-siap menuju kamar miliknya.
***
Tidak lama bagi Queen untuk pergi bersiap-siap. Ia pun sudah siap pergi bersama Hazel, pengawal yang selalu bersamanya.
Mengenakan pakaian kasual, begitu pula dengan Hazel yang juga sedikit formal, untuk menghormati Queen.
Mereka pergi menuju sisi kota tersebut. Suasana ramai dan terlihat menyenangkan. Queen sangat gembira, ia sesekali membeli kuliner yang tersedia di sana.
Hazel memandangi wajah ceria Queen dengan puas hati. Sekian lama, ia baru kali ini melihat ekspresi bebas juga bahagia dari Queen.
"Tuan Hazel, makanlah ini!" Queen menyodorkan sebilah tusukan daging panggang yang ia beli.
"Nona, jaga kebersihan makanan yang nona beli," ucap Hazel kuatir.
"Tidak masalah, semuanya bersih, silakan!" Queen memberikan satu tusuk. Ia terlihat begitu menikmati suasana bebas malam ini.
Dari seberang kedai makanan tempat Queen berdiri, Neils bersama Dareel juga berdiri menghadap ke arah mereka.
"Tuan Neils, bukankah itu nona yang
kemarin diganggu oleh putri Airaa?" Dareel menunjuk ke arah Queen.
"Sepertinya dia sudah benar-benar melupakan semuanya." Ucap Neils. Neils dengan sengaja melangkah mendekat, saat itu Hazel sedang sibuk melihat pernak pernik.
Queen melihat kehadiran Neils, namun ia bersikap acuh, seakan tidak mengenali Neils, pria yang sangat ia kagumi. Neils masih berdiri di sana, menatap kea rah Queen, Queen hanya membalas dengan senyuman tipis, layaknya orang asing.
"Nona, sudah selesai? Kita bisa kembali." Ucap Hazel, mengajak Queen pulang bersama.
"Hm.. aku sudah puas, selanjutnya aku ingin kembali lagi." Ucap Queen, lalu melangkah pergi bersama Hazel.
~ ~ ~
Neils duduk di area pinggiran tempat tersebut, ia terdiam seakan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Apakah tuan menyesali keputusan tuan malam itu?" Tanya Dareel, lalu memberikan daging setengah matang pada Neils.
"Tidak ada yang perlu disesali, sudah seharusnya seperti itu. Itu terbaik baginya." Neils masih bersikap dingin seperti dirinya yang biasa.
***
"Mansion kediaman keluarga Axton"
"Mengapa pria itu seakan pernah kutemui sebelumnya.. apakah kami pernah saling mengenal?" Queen teringat akan pertemuannya dengan Neils, namun ia tidak lagi mengingat sosok Neils.
Hari lepas hari, Queen menjalani kehidupan normalnya, bahkan sudah tidak ada lagi gangguan seperti malam sebelumnya. Apakah hal itu karena ia sudah kehilangan memori bersama si guru music nan tampan, Neils...
Terkadang Queen pergi memeriksa keadaan perusaan, terkadang juga ia menyibukan diri dengan melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.
"Nona Queen, kita mendapat undangan untuk menghadiri pembukaan restoran di pusat kota A."Ucap Hazel sembari memberikan sebuah undangan resmi pada Queen.
"Ada acara pertunjukan music?" gumam Queen.
"Benar nona, bukankah nona sangat menyukai music?"
"Baiklah, besok malam segera persiapkan untuk kepergian kita. Aku ingin tuan Hazel menjadi pendampingku."
"Bukankah ada tuan muda Imanuello?"
"Aku tidak sudi pergi dengannya, aku akan pergi bersama tuan Hazel."
Apa pun yang Queen katakan, ialah perintah istimewa bagi Hazel. Tentu saja, Hazel akan melakukannya dengan sepenuh hatinya.
Drrtt... Daddy memanggil...
Queen: "Hallo, dadd!"
Mr. Axton: "Minggu depan, daddy dan mommy akan kembali ke kota A. Jadi, kau bisa meminta bantuan Hazel, apapun yang ingin kau lakukan."
Queen: "Baik, dadd.. aku..—"
Belum selesai Queen berbicara, ayahnya sudah mengakhiri panggilan dengannya. Yah, Queen sudah terbiasa dengan keadaan semacam ini, jadi ia tidak merasa aneh lagi.
~ ~ ~
Malam untuk menghadiri undangan ke acara pembukaan restoran di pusat kotapun tiba. Queen hadir sebagai pengganti kedua orang tuanya. Mr. Axton dan Mrs. Axton selalu menjadi tamu kehormatan. Kali ini, Queen akan menggantikan posisi kehormatan itu.
"Tuan Hazel, apakah pakaian ini cukup bagus?" Queen baru saja turun dari anak-anak tangga Hazel sudah menantinya di lanti dasar.
Menatap ke arah Queen dengan tatapan penuh kekaguman. "Nona sangat anggun.." puji Hazel, Queen membalasnya dengan senyuman bahagia.
Dari balik tangga, bibi Su melihat ekspresi Hze yang terlihat begitu bangga, karena menjadi pendamping bagi Queen malam ini.
"Semoga saja, kalian mendapat titik kebahagian.." ucap bibi Su terharu. Ia tahu betul, bagaimana Hazel mempertaruhkan kehidupannya untuk dapat selalu melindungi Nyonya mereka.
***
Pusat kota A
Hazel hanya pergi berdua bersama Queen, tanpa ada satupun pengawalan khusus lagi. Karena Hazel sudah mendapatka kepercayaan sepnuhnya dari kedua orang tua Queen.
"Selamat datang, Nona muda Queen.. apakah Tuan dan Nyonya sedang di luar negeri?" Tanya sang tuan rumah, yang mengundang mereka.
"Benar paman, daddy dan mommy menitipkan ini untuk paman." Queen menyerahkkan paper bag berisikan bingkisan hadiah yang ia telah persiapkan.
"Baiklah, silakan masuk nona dan tuan."
Baru saja melangkah masuk, Queen mendengarkan alunan music piano yang begitu merdu. Entah mengapa, Queen merasa tidak asing dengan permainan piano tersebut.
Queen duduk di kursi kehormatan, bersama Hazel. Menatap ke arah tim music di sisi ruangan.
Matanya terfokus pada pria yang sedang duduk memainkan alunan music indah, pria dengan rambut sedikit gondrong hampir mendapai bahunya.
Sejenak, pria itu berbalik, menatap ke arah Queen. Namun, pria itu sedang bersama seorang wanita seksi, merangkulnya dengan mesra.
Rasa didada seakan tertikam pisau, sungguh sesak hingga membuat Queen menangis tanpa sebab.
"Apa yang terjadi padaku.." lirih hati Queen sembari mengusap air matanya pemandangan ini sangat memilukan.
****