Bab 2

1714 Words
Langit sudah merangkak menuju malam, suara burung hantu berkicau silih berganti dan sekarang Nesapun masih tak sadarkan diri. Suasana jalan yang memang sepi apalagi sekarang sudah menjelang adzan maghrib membuat orang-orang tak menyadari suara ledakan mobil. 15 jam lamanya Nesa tak mendapatkan pertolongan. Sampai pada seorang Mamang yang memang bekerja mencari ranting pohon datang. Betapa terkejutnya Mamang saat melihat mobil hancur bahkan terdapat potongan tubuh mayat, yah, tubuh Dika dan Naysilla bahkan hancur berserakan akibat ledakan tersebut. Buru-buru Mamang mencari bantuan. "Tolong... tolong ada yang mat.. ti.." Teriak Mamang memecah kehingan kampung dipagi hari. Ia berjalan terseyok-seyok nafasnya tersenggal. Ia ingat melihat beberapa potongan mayat, membuat bibirnya keluh, ini kali pertama ada kecelakaan didekat kampung tersebut. Semua orang yang melihat pasti akan merasakan syok yang sama dengan yang Mamang rasa. Sebentar saja sudah banyak orang yang berdatangan. "Kumaha, Mang?" Tanya penduduk kampung yang memang sudah mengenal sang Mamang. "Itu... di... utan.. ada yang mat.. ti...mati " Jelas Mamang bersungguh-sungguh. Ia berusaha menyampaikan apa yang ia lihat dengan baik, namun rasa takut membuatnya hanya bicara seadanya. "Apa...! dimana Mang, Ya Allah" Reaksi para orang kampung secara bersamaan. Tanpa menunggu mereka berjalan mengikuti Mamang yang bertugas menjadi petunjuk jalan. Sekitar 10 menit mereka berjalan sampailah pada tempat kejadian. Semua orang yang melihat langsung menangkup mulut dengan tangannya prihatin. Ada beberapa orang yang tak berani melihat potongan mayat yang berserakkan, Bahkan ada yang sampai muntah. "Itu ada mayat anak kecil" Sahut seorang warga. Ia sungguh tak tega dengan kondisi Nesa yang seluruh bajunya bersimbah darah, darahnya maupun darah kedua orangtuanya yang menempel dibajunya. "Ya Allah kasihan sekali anak itu" Sahut warga lainnya. Mereka hanya saling memandang keadaan Nesa dan kedua orangtuanya, tanpa ada yang sedikitpun membantu. Mereka terlalu takut dijadikan tersangka bila mana jejak tangan mereka menempel pada korban. Setelah beberapa lama datanglah pak RT setempat, ia sudah memanggil pihak kepolisian demi menyusut kejadian yang ada di lingkungannya. Ia juga tak berani menolong Nesa karena Nesa sama sekali tak menunjukan pergerakan, Nesa terlalu lemah saat itu. sekitar 2 jam waktu yang dibutuhkan pihak kepolisian beserta bareskim dan pihak rumah sakit menyisir jalan menuju tempat kejadian. Dengan profesional mereka memeriksa dan memberikan tanda kepolisian disekitar area. Pihak rumah sakit telah mengumpulkan potongan tubuh dalam satu kantung mayat. Sementara Nesa masih dalam tahap pemeriksaan cepat. Denyut nadi yang masih terasa menandakan anak tersebut selamat dari maut. Namun dengan jauhnya jarak kejadian dan rumah sakit terdekat membuat kebanyakan orang pesimis. "Dia masih hidup, namun detak jantungnya sangat lemah" Interupsi petugas medis ke pihak polisi. "Segera bawa dia kerumah sakit, mungkin dari dia kita akan tahu penyebab kecelakaan ini" Sahut pihak polisi tegas. --- Di tempat lain terdengar tawa kepuasaan dari Roy dan Rini, bahkan mereka bersulang untuk kemenangan mereka karena telah berhasil menyingkirkan Dika sekelurga. "Selamat sayang, kau memang suami yang bisa ku andalkan" Rini kemudian mengecup pipi suaminya dengan mesra. "Terima kasih sayang, aku pastikan tak akan ada yang meremehkan keluarga kita" Sinis Roy, ia merasa telah melakukan hal yang benar. "Kau benar Roy. Kini tak ada lagi orang yang akan meremehkan keluarga kita" Tambah Rini dengan liciknya, tawa mereka bergema seiring kemenangan yang mereka rasakan. Namun Roy tak tahu, jika dalam hati Rini mempunyai misinya sendiri. --- Kini sudah 1 minggu Roy secara otomatis memperkasai dirinya sebagai pengganti Dika. Meski semua pemilik saham tak setuju. Mereka tahu jika Roy orang yang gegebah dalam mengambil keputusan. Tapi Roy yang sudah sangat digilai harta dapat melakukan apa saja agar ia menjabat menjadi CEO perusahaan. 'Sialan! Dika, Dika terus. Bahkan saat sudah matipun aku masih tak bisa mengalahkannya.' Geram Roy setelah rapat pemengang saham yang tak terima jika Roy menjadi pengganti Dika. Mereka masih berharap ada keajaiban sehingga Dika berhasil ditemukan dalam keadaan selamat. Setelah kepergian Dika banyak sekali orang yang mencarinya, mengingat Dika seorang yang hangat, ia selalu dekat dengan siapapun. Banyak para karyawan yang merasa kehilangan. Apalagi penggantinya Roy orang yang tak sepadan dengan Dika, Roy memang masih muda sama seperti Dika, tapi Roy selalu dikuasai emosi, ia sering kali bertindak tanpa berfikir lebih dulu. Berbeda dengan Dika yang selalu dewasa disetiap keadaan. Roy mengempaskan tubuhnnya dengan kasar ke sofa yang berada diruang kerjanya. Roy lalu mulai menyalakan televisi berniat mencari penghiburan untuk dirinya. Namun tayangan berita di televisi membuatnya terfokus. Yah, berita tentang kecelakaan yang melibatkan keluarga Mahardika sedang ditayangkan sebagai jawaban untuk semua orang yang selama ini mencari Dika. Roypun tiba-tiba saja merasa panik, bagaimana jika seandainya ada seseorang yang menyadari ini ulahnya. Ini kali pertamanya Roy melakukan kejahatan apalagi sampai menghabiskan nyawa orang lain. Berbeda dengan Reno yang memang terbiasa melakukan kejahatan, bahkan tindakan membunuh Dika sekeluarga juga karena hasutan Reno dan Rini. Gugup membuatnya bolak-balik maju mundur mengitari ruang kerjanya. Ia bahkan mengigit kuku-kukunya, ia takut jika polisi dapat mencium siapa dalang dibalik kecelakaan tersebut. Tetapi ia mencoba menyakinkan dirinya sendiri jika tak akan ada yang bisa polisi lakukan. Ia telah mencuci bersih semua jejak-jejak yang menjurus ke dirinya, kecuali jika ada keajaiban. 'Gak, gak tenang Roy gak akan ada yang tahu kecuali istri lo dan si Reno itu. Kamu pasti akan aman.' Gumamnya mencoba melerai kegugupan hatinya. saat Roy keluar sudah banyak karyawan yang menangis mendengar berita tentang Dika, memang diperusahaan Dika mengijinkan para karyawan menonton televisi khususnya berita sebagai bahan referensi ide baru. "Pak, Pak Dika kecelakaan" Ucap Bu Rahma, Sekertaris Dika, ia telah lama bekerja dengan Dika, dan ia tak dapat menahan rasa sedihnya. "Iyah saya tahu, tadi saya sudah melihat ditelevisi. Lalu kenapa?" Jawab Roy angkuh. Semua karyawan saling menatap curiga. Bagaimana bisa Roy setenang itu menghadapi kematian Dika, sahabatnya sendiri. laki-laki itu memang sudah gila. Pikir mereka. Melihat tatapan mata karyawan yang heran membuat Roy tersadar jika sikapnya yang seolah sudah tahu lama bisa dicurigai dengan cepat ia menyelak perkataannya. "Tapikan belum tentu Dika dan keluarga yang menjadi korban. Bisa saja itu mobil orang lain" Sahutnya kembali berusaha meredam kecurigaan para karyawan. 'aku tak boleh bertindak mencurigakan' Bathinnya mengingatkan dirinya sendiri. Sepulangnya Roy dari kantor, ia langsung mencari Rini. Ia melepaskan jas yang digunakan dengan kasar ke lantai. "Rini. Sayang..Rin..." Pekik Roy diruang tamu. Sementara Rini dan Reno yang tengah b******u mesra nampak kaget dengan kehadiran Roy. Mereka segera menggunakan pakaiannya masing-masing. "Pergilah lewat jendela. jika Roy tahu ia pasti akan membunuhmu" Bisik Rini ke kekasih gelapnya. Rini segera menemui Roy diruang tamu setelah ia memakai lengkap pakaiannya. "Ada apa, Sayang?" Tanyanya berpura-pura. Ia tahu kondisi Roy sekarang pasti karena berita siang tadi. Maka dari itu Rini mengundang Reno kerumah demi merayakan keberhasilan mereka. "Dika sudah ditemukan" Jawab Roy resah, ia tak berusaha memandang Rini disebelahnya. Rini kemudian tersenyum "Kau tenang saja, tak akan ada yang tahu semua ini ulah kita" Rini mencoba menyakinkan Roy. Ia mulai mengelus d**a bidang Roy dengan gerakan yang menggoda. "tapi aku takut, bisa saja Tuhan tak senang dengan ulah kita. Sehingga Ia memberikan keajaibanNya untuk keluarga Dika." Sela Roy yang kini menatap lekat Rini. "Hahahhaaa... Roy, Roy.. apa kamu masih takut akan Tuhan. Ia sudah lama tertidur jika memang benar masih ada keajaiban maka pastinya keluarga Dika tak akan bisa kita lenyapkan." Roy menatap Rini dalam diam. Ia memang suami Rini tapi sebenarnya ia belum terlalu mengenal Rini dengan baik. Ia bahkan menikah dengan Rini setelah satu bulan bertemu. Ia begitu tergila-gila dengan kecantikan dan kemolekan Rini. Membuatnya begitu mengabaikan mengenal Rini lebih jauh. dalam hati Roy tak menyangka jika Rini memiliki dendam. Bahkan dengan Tuhan. Apakah tak cukup bermusuhan dengan manusia. Sampai Tuhanpun ditantangnya?. --- Benar saja keajaiban itu datang dari Nesa setelah 5 hari tak sadarkan diri Nesa terbangun dari komanya. Segera dokter menelpon pihak kepolisian. dokter meminta polisi untuk menunggu sampai Nesa bisa ditanya-tanya, bagaimanapun juga Nesa hanya gadis kecil. Kejadiaan ini pasti membuat trauma dalam dirinya. 2 hari waktu yang diberi pihak kepolisian berakhir. Kini Nesa siap ditanya-tanya dibantu dengan seorang dokter psikiater anak menemani Nesa. "Nak, seperti yang tante bilang sekarang didepan kamu ada beberapa om polisi mau bertanya-tanya sedikit, apa boleh Nesa?" Tanya dokter Marta sambil merangkul tubuh mungil Nesa. Sejak awal tersadar Nesa sudah memberi tahu namanya, maka dari itu dokter Marta tahu dan yakin jika Nesa anak yang kuat. "Boleh tante, Om polisi boleh nanya apa ajah sama Nesa" Jawab Nesa ramah. Anak itu selalu diajarkan sopan santun oleh Naysilla, Bundanya. "Nak.. apa kamu ingat apa yang terjadi sebelum kecelakaan tersebut" Tanya Dokter Marta lagi hati-hati. Ia takut jika Nesa mengalami amnesia. "Ingat tante, aku, Ayah dan Bunda berniat pergi liburan" Jawab Nesa dengan polosnya. Dokter Marta tersenyum menanggapi ucapan Nesa. Ia bersyukur Nesa baik-baik saja. "apa kamu ingat mengapa sampai mobil ayahmu meledak" Tanya seorang polisi. "Tidak Om, yang Nesa tahu kalau mobil Ayah tiba-tiba saja mengeluarkan asap tebal. Setelah itu Nesa tak ingat sama sekali" Jawab Nesa sebenarnya gadis kecil itu bingung mengapa kedua matanya ditutup perban. Lalu kemana kedua orangtuanya. "Tante, Ayah sama Bunda Nesa mana?" Tanya Nesa tangannya berusaha menggapai baju sang dokter. "Ayah dan Bunda Nesa ada" Jawab sang dokter. Ia belum berniat memberitahu yang sebenarnya ke Nesa. "Terus kenapa mata Nesa ditutup perban, Tante?" kembali Nesa bertanya. Pihak kepolisian dan dokter Marta bergantian saling pandang. Mereka tak tega mengatakan jika kornea mata Nesa hancur akibat kecelakaan tersebut. Sebenarnya 3 hari yang lalu telah dilakukan operasi mendadak menyelamatkan mata Nesa. Namun kerusakan pada kornea matanya terlalu parah sehingga tak mungkin diselamatkan. "kamu sedang diobati sayang" Jawab seorang polisi yang lebih tua. "Sekarang beri tahu Om. Apa kamu ingat atau mempunyai sebuah petunjuk dimana kamu tinggal ?" "ahk, ada Om. Kemarin malam bunda menaruh secarik kertas disaku celanaku. Bunda bilang aku harus menyerahkan kertas ini jika aku tersesat saat liburan." Jawab Nesa ceria. Naysilla yang sejak awal merasa curiga memutuskan untuk menaruh nomor telepon rumah dan telepon genggamnya disaku celana Nesa. Nesa kemudian mencoba mencari kertas tersebut disaku celananya. Ia kemudian memberikan kertas tersebut ke arah polisi. Dengan sigap diraihnya kertas tersebut. Sedikit tak terbaca juga kumal karena percikan darah. "Cari tahu No telepon ini" Perintahnya kepolisi bawahanya. "Baik Pak" "Nak, Om pulang dulu. Kamu harus baik-baik saja yah nak, kamu anak yang kuat" Ucap polisi tersebut sambil membelai lembut surai Nesa. Ia merasa melihat cucunya sendiri saat melihat Nesa. Perlahan air matanya turun. Suatu hal yang belum pernah terjadi sejak 20 tahun masa jabatannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD