Chapter 04 - Cemburu

1915 Words
"Kak Davon itu seperti mawar. Mawar menyakiti orang yang memegangnya dengan duri nya, namun tetap disukai oleh semua orang." (Albilla) Davon dan Albilla baru saja sampai di rumahnya. Davon mematikan mesin mobilnya. Davon menatap Albilla yang masih tertidur di pundaknya. Tangannya mengusap rambut Albilla, satu detik kemudian ia tersadar dan menjauhkan tangannya. "BANGUN!" Ucap Davon dengan keras seperti membentak. Albilla tersadar dengan wajah terkejutnya. Ia menatap Davon dengan jantung berdetak karena ucapan keras dari Davon. "Kak Davon kenapa keras banget suaranya. Billa juga pasti bangun kalau dibangunin dengan cara halus." Ucap Albilla. "Lo ngga pantas buat dihalusin." Ucap Davon dengan mata tajamnya. Tak banyak bicara lagi Davon langsung keluar dari mobil meninggalkan Albilla yang terdiam. "Ngga papa Bil, Billa harus kuat demi cinta Billa ke kak Davon." Ucap Albilla menguatkan dirinya. Namun, matanya telah berair ingin menangis. Albilla menarik napasnya dalam lalu keluar dari mobil mengikuti Davon. ***** "Assalamu'alaikum Mamah." Ucap Albilla memasuki rumah. Davon hanya diam mendengarnya. Elma yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah miliknya tersenyum ke arah gadis cantik yang telah ia anggap sebagai anaknya sendiri itu. "Wa'alaikum salam. Kalian udah pulang? Gimana MOS nya?" Tanya mamah Elma. "Kacau mah." Ucap Albilla lesu duduk di samping Elma. "Kenapa sayang?" Tanya mamah Elma. "Billa dihukum." Jawab Albilla. "Sama siapa? Biar mamah hukum orangnya. Berani-beraninya dia hukum mantu mamah yang cantik." Ucap mamah Elma membuat pipi Albilla memerah sedangkan Davon hanya diam mendengarnya. "Sama ketua OSIS nya." Ucap Albilla sambil melirik ke arah Davon yang berdiri dengan wajah datarnya. Mamah Elma menatap Davon dengan tatapan menyelidik. "Dia ngobrol sama temennya waktu upacara." Ucap Davon menjelaskan kepada mamah nya. "Tapi kan ini semua juga karena kak Davon." Ucap Albilla. Davon yang tau arah pembicaraan Albilla mencoba mengalihkan pembicaraan nya. "Yaudah besok lo ngga gue hukum." Ucap Davon. "Yeyyy yuhuuuu. Makasih kak Davon." Ucap Albilla sambil memeluk tubuh Davon. Mamah Elma tersenyum melihatnya. "Lepas" Ucap Davon. Albilla melepaskan pelukannya. Davon langsung pergi menuju kamarnya. "Mah, Albilla ke kamar dulu ya." Pamit Albilla. Mamah Elma menganggukan kepala nya. Albilla pergi menuju ke kamarnya. ***** "Gue bener-bener gila. Kenapa gue nyium dia." Ucap Davon sambil mengacak rambutnya. Drtttt.... Drtttt.... From : Dara Davon kamu kok ngga kesini? Aku kangen Davon mengetik membalas pesan dari Dara. To : Dara Nanti malem. "Gue selalu bentak billa, ketus sama billa, tapi kenapa dia ngga pernah jauhin gue dan malah semakin deketin gue." Ucap Davon. Ceklek Davon menatap pintu kamarnya yang terbuka. Dan menampilkan seorang gadis cantik dengan rambut tergerai. Tubuhnya telah dilapisi piyama bergambar kartun. Gadis itu tersenyum manis ke arahnya. "Kak Davon." Ucap Albilla yang masih berdiri diambang pintu sambil tersenyum. "Ngapain?" Tanya Davon ketus. "Pengin sama kak Davon." Ucap Albilla mendekati Davon yang duduk di ranjangnya. "Pergi sana, gue capek." Ucap Davon dengan ketus. "Kalo kak Davon mau tidur juga ngga papa. Billa disini aja liatin kak Davon." Ucap Albilla. "Ck, keras kepala." Ucap Davon. Albilla hanya tersenyum. "Kak Davon...." Panggil Albilla. "Hmmmm." Ucap Davon dengan malas. "Billa cantik ngga kak?" Pertanyaan Albilla membuat Davon menatap heran gadis itu. "Ngapain nanya hal ngga penting kayak gitu." Ucap Davon membuat Albilla mengerucutkan bibirnya. "Billa cuma pengin tau jawaban dari Kak Davon." Ucap Albilla. Davon menatap dengan mata elangnya itu. "Jadi, Billa cantik ngga Kak?" Albilla mengulang pertanyaannya. "Namanya perempuan pasti cantik. Kalau cowok baru ganteng." Jawaban Davon asal. "Ihhh bukan itu Kak, maksudnya Billa cantik ngga di mata Kak Davon?" Ucap Albilla. Davon menatap Albilla dari atas sampai bawah kemudian kembali ke atas lagi disambut dengan senyuman manis Albilla. "Ngga." Jawab Davon membuat senyuman Albilla luntur. Hening. Baik Davon maupun Albilla tidak ada yang mulai percakapan lagi. Albilla masih memandangi Davon yang duduk di ranjang sedangkan Albilla berdiri di hadapan Davon. Nada dering ponsel membuat keduanya mengalihkan tatapan. "Halo" "Sayang kamu dimana?" Tanya seorang gadis di seberang sana. "Di rumah. Habis ini aku kesana." Jawab Davon. "Jangan lama-lama ya, i love you." Ucap Dara. "Iya" Ucap Davon. "Kok ngga dibales sih." Ucap Dara dengan nada manja. "Iya, i love you too." Ucap Davon mematikan telponnya. Deg. Mata Albilla mulai memanas mendengar ucapan Davon. Matanya berkaca-kaca. Davon beranjak dari duduknya dan mengambil jaket lalu memakainya. "Kak Davon mau kemana?" Tanya Albilla dengan mata yang berkaca-kaca menahan air matanya jatuh. "Pergi." Jawab Davon singkat. Davon mengambil kunci mobil nya. "Billa ikut." Ucap Albilla. Davon menatap ke arah Albilla. "Di rumah aja." Ucap Davon tegas. Albilla menundukan kepalanya karena air matanya mulai menetes. "Udah malem, lo di rumah aja." Ucap Davon yang melihat Albilla menundukkan kepala nya. Albilla hanya diam. Davon mengabaikannya dan meninggalkan Albilla yang masih di kamarnya. "Kenapa tadi kak Davon ngomong romantis banget, siapa orang itu? Kak Davon ngga pernah kayak gitu ke Billa hiks... Hiks..." Ucap Albilla sambil menangis. ***** Davon mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Hari yang malam namun jalanan tetap terlihat ramai. Sedari tadi Davon melamun memikirkan gadis itu yang tak lain adalah Albilla. Mata nya fokus menatap depan namun pikirannya dipenuhi oleh Albilla. "Gue ingin lo jauh dari gue Bil." Ucap Davon yang fokus terhadap jalanan. "Gue bakal tetep menolak perjodohan ini." Ucap Davon. Setelah beberapa menit menempuh perjalanan akhirnya Davon sampai di rumah Dara. Davon keluar dari mobilnya. Dengan langkah panjangnya, Davon mendekati pintu rumah Dara. Ting... Tong... Davon menekan bel rumah itu. Ceklek "Sayang." Ucap Dara langsung memeluk tubuh Davon. Davon hanya diam tidak membalas pelukan itu. "Aku kangen sama kamu." Ucap Dara menghirup aroma tubuh Davon yang sangat ia rindukan. Dara melepaskan pelukannya dan menatap wajah tampan Davon. Davon hanya membalas dengan senyuman tipisnya. "Aku juga." Ucap Davon. "Ayo masuk, aku udah masak buat kamu. Kamu pasti suka." Ucap Dara. Dara memeluk lengan Davon untuk memasuki rumah itu. Dara merupakan seorang gadis yang hidup sendiri, kedua orang tuanya telah meninggal dunia karena kecelakaan. Davon dan Dara duduk di ruang makan. Dara mengambilkan makanan untuk Davon lalu duduk di sampingnya. "Aku suapin ya." Ucap Dara lalu mulai menyuapi Davon. Davon menerima suapan itu. "Aku senang kamu kesini." Ucap Dara dengan wajah bahagianya. "Gimana sekolah kamu?" Tanya Davon setelah menelan makanannya. "Baik kok, cuma aku pengin satu sekolah sama kamu." Ucap Dara dengan nada manja. "Ngga usah pindah, kan bentar lagi juga lulus." Ucap Davon. Dara menganggukan kepalanya. "Gimana masakan aku enak kan?" Tanya Dara menatap Davon. "Enak." Balas Davon singkat. "Aku ingin kamu kenalin aku ke keluarga kamu Von." Ucap Dara. Davon hanya diam menatap gadis itu. Bagaimana ia akan mengenalkan Dara pada keluarganya? Ini sangat mustahil. "Aku ngga mau bahas ini dulu." Ucap Davon. Dara menundukkan kepalanya. Davon selalu seperti itu padanya. Davon yang melihatnya langsung menarik Dara ke pelukannya. "Jangan dipikirkan. Yang penting aku akan selalu ada buat kamu Ra." Ucap Davon yang dibalas anggukan oleh Dara. ***** Albilla duduk termenung di ranjang milik Davon. Matanya masih meneteskan air mata. Daritadi Albilla menelpon Davon namun tidak ada jawaban. "Hiks... Kak Davon kemana? Udah malem tapi kak Davon belum pulang. Hiks... Hiks... " Ucap Albilla terisak. "Apa kak Davon punya pacar. Hiks... Hiks..." Ucap Albilla. "Billa takut Kak Davon punya perempuan lain hiks...hiks...." ****** Saat ini Davon dan Dara sedang menonton televisi. Dara menyandarkan kepalanya pada lengan Davon sedangkan tangannya memeluk pinggang Davon erat seolah tak ingin jika lelaki itu pergi. "Aku seneng banget kamu disini. Aku pengin kita bareng-bareng terus." Ucap Dara. "Aku akan ada buat kamu Ra." Ucap Davon. "Kamu janji Von? Kamu akan selalu buat aku?" Ucap Dara mendongakkan kepalanya menatap Davon. Davon hanya diam berpura-pura fokus melihat televisi. Davon melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 23.30. "Dara, aku pulang dulu ya udah malem." Ucap Davon berdiri dari duduknya. Dara ikut berdiri berhadapan dengan Davon. "Yaudah, kamu hati-hati ya. Besok kesini lagi. Aku pasti kangen sama kamu." Ucap Dara. Davon hanya menganggukan kepalanya. "Yaudah, aku balik dulu." Ucap Davon berjalan menuju pintu. "Davon." Panggil Dara membuat langkah kaki Davon berhenti. Dara melangkah mendekati Davon. Cup Dara mencium pipi kanan Davon. "I love you." Ucap Dara setelah mencium pipi Davon. Davon diam menatap Dara. "Aku pulang dulu." Ucap Davon keluar dari rumah dan meninggalkan Dara. Davon masuk ke dalam mobilnya, ia masih belum melajukan kendaraannya. Matanya menatap ke arah Dara yang masih menunggu kepergiannya. Ia memejamkan matanya sejenak dan membukanya kembali. Hidupnya sangatlah rumit. Ia harus merelakan sesuatu demi yang lainnya. Entah apa keputusannya benar atau tidak. "Gue benar-benar ngga tau." Ucap Davon mengusap wajahnya frustrasi. "AGHHHHHHH." Davon membenturkan kepalanya pada setir mobil. Dara yang melihat Davon tidak menjalankan mobilnya mulai khawatir. Ia mendekat ke arah mobil itu. Tok... Tok... Tok... Dara mengetuk kaca mobil Davon. Davon menatap ke arah Dara yang terlihat khawatir. Ia menurunkan kaca mobilnya sehingga wajah Dara terlihat jelas. "Kamu kenapa Von?" Tanya Dara. Davon menggelengkan kepalanya pelan. "Kamu jangan bohong sama aku Von. Kamu lagi ada masalah?" Ucap Dara terus mendesak Davon. Davon tersenyum dan mengusap pipi Dara. "Aku ngga papa Ra, kamu tenang aja." Ucap Davon. Dara memegang tangan Davon dan mengecupnya. "Iya Von." Ucap Dara sambil tersenyum. "Yaudah Ra, aku pulang dulu ya. Kamu langsung tidur udah malam." Ucap Davon. "Siap pak bos. Kamu hati-hati di jalan Von, jangan ngebut bahaya." Ucap Dara yang dibalas anggukan oleh Davon. "Dah Ra." Ucap Davon kemudian menginjak gas mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Dara. "Dah Davon." Dara melambaikan tangannya menatap kepergian mobil Davon. "Davon romantis banget sih." Ucap Dara tersenyum mengingat Davon yang sangat perhatian padanya. ***** Davon menghentikan mobilnya. Kemudian ia keluar dari mobil dan berjalan ke arah pintu rumahnya. Davon membuka pintu rumahnya, ia menatap jam dinding tepat pukul 00.30 WIB. Davon langsung memasuki rumahnya karena ia memiliki kunci rumahnya. Davon menaiki tangga menuju kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya. Ceklek Mata Davon membulat melihat seorang gadis sedang tidur di ranjangnya. Davon mendekati Albilla yang tertidur. Davon duduk di tepi ranjang menatap Albilla dengan dalam. Davon memegang pipi Albilla yang membekas oleh air mata. "Apa lo nangis?" Tanya Davon kepada Albilla yang tertidur. Davon mengusap pipi Albilla hingga Albilla merasa terganggu dan mulai membuka matanya. "Kak Davon." Ucap Albilla langsung memeluk Davon yang duduk di tepi ranjang. "Kak Davon darimana?" Tanya Albilla dengan mata yang berkaca-kaca. "Bukan urusan lo." Ucap Davon singkat. Albilla tersenyum miris mendengarnya. Albilla melepaskan pelukannya dan menatap lekat wajah Davon. Kedua tangannya terulur mengusap rahang Davon. "Kak Davon, Billa akan selalu kuat dengan sikap kak Davon. Billa akan selalu menanti saat-saat terindah. Menanti kak Davon yang akan melihat ke arah Billa, ngomong lembut ke Billa." Ucap Albilla dengan air mata yang telah jatuh di pipinya. Davon hanya diam mendengar ucapan Albilla. "Kak Davon itu seperti mawar. Mawar menyakiti orang yang memegangnya dengan duri nya, namun tetap disukai oleh semua orang." Ucap Albilla. "Begitupun Billa yang akan selalu suka sama kak Davon meskipun sering disakiti dengan ucapan kak Davon." Lanjut Albilla. Davon masih diam menatap ke arah Albilla dan mencerna ucapannya. Albilla mendekatkan wajahnya ke arah Davon dan mencium pipi kanan Davon. Cup "Billa merasa ada yang habis nyium kak Davon disini." Ucap Billa setelah mencium Davon. Albilla turun dari ranjang dan keluar dari kamar Davon. Davon memegang pipinya yang dicium oleh Albilla. Dengan wajah terkejut karena ucapan terakhir dari Albilla seolah gadis itu merasakan sesuatu. Apa gadis itu mengetahuinya? Apa cinta Albilla sangat besar untuk Davon sehingga Albilla dapat merasakan semuanya? Kalimat yang diucapkan Albilla terus-menerus terulang di telinga Davon. Menyakiti? Tentu saja Davon menyakiti Albilla. Tapi mengapa Albilla masih mencintai dirinya. Itulah yang dibenci oleh Davon. Ia sangat ingin Albilla menjauh dari kehidupannya. TBC YUHUUUU JANGAN LUPA KOMEN DAN YG BELUM TEKAN LOVE, JANGAN LUPA DI TEKAN BIAR BISA MASUK KE LIBRARY KALIAN. LOVE YOU ALL?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD