Bab 1

1134 Words
Ini adalah kisahku, sebelumnya perkenalkan namaku adalah Titah, aku menikah dengan anak sultan (anak pengusaha ternama) di jakarta. Orang-orang bilang aku adalah perempuan yang paling beruntung karena menikah dengan anak sultan (Irfandi). Aku & Irfandi menikah karena terpaksa, tidak saling kenal, & juga tidak saling cinta, aku & Irfandi menikah ada sebabnya, sebabnya adalah calon istri Irfandi (Adel) memilih untuk kabur & menikah dengan dengan laki-laki yang di cintainya, Adel adalah anak dari teman budeku & juga teman kuliahku. Dan dengan seiring berjalannya waktu aku & Irfandi pun saling mencintai & kami pun dikaruniai dua orang anak kembar yang satu perempuan & yang satunya lagi laki-laki, yang bernama Zidan & Fandi Junior. Pasti banyak yang bertanya-tanya kan bagaimana saya bisa menikah dengan Irfandi ?, mari simak ceritanya. Inilah kisah ku..!!. Di rumah Krisna, Di meja makan.. "Bi Darmi", kata Titah. "Inggih cah ayu, mangga sarapan ne sampun jagi" (Iya cah ayu, silahkan sarapannya sudah siap), sambung Darmi. "Oh inggih bi, mangke kemawon tengga pakde ugi bude, oh nggih bi wonten tamu, tolong bikak lawange nggih" (Oh iya bi, nanti saja tunggu pakde dan bude, oh ya bi ada tamu, tolong buka pintunya ya), kata Titah lagi. "Inggih cah ayu" (Iya cah ayu), sambung bi Darmi. "Pagi nduk..", kata bu Dewi. "Pagi juga bude, loh pakde mana bude ?", tanya Titah. "Pakde ada di kamar, sedang siap-siap, sebentar lagi juga turun kok, Darmi mana nduk ?", tanya bu Dewi juga. "Bi Darmi pergi ke depan bude buka pintu", jawab Titah. "Oh ada tamu ternyata", kata bu Dewi lagi. "Inggih bude" (Iya bude), sambung Titah. "Sinten enjang-enjang kados niki bertamu dhateng griya mah ?" (Siapa pagi-pagi seperti ini bertamu ke rumah mah ?), tanya pak Krisna. "Kula ugi mboten mangertos yah, punika Darmi saweg membuka lawang ngajeng uga melihat tamunya yah" (Saya juga tidak mengerti yah, itu Darmi sedang membuka pintu depan dan melihat tamunya yah), jawab bu Dewi. "Oh mekaten..!!" (Oh begitu..!!), seru pak Krisna. "Emm sarapan sekarang yuk", kata bu Dewi lagi. "Iya mah..", sambung pak Krisna. "Iya bude", sambung Titah juga. Di depan rumah pak Krisna.. "Assalamu'alaikum", bu Sarah memberikan salam pada Darmi. "Wa'alaikumussalam", Darmi menjawab salam dari bu Sarah. "Eh ada bu Sarah, mari silahkan masuk ke dalam rumah bu, mau bertemu dengan bu Dewi ya ?", tanya Darmi. Di ruang tamu.. "Iya, bu Dewi nya ada kan bi Darmi ?", tanya bu Sarah juga. "Ada bu, tunggu sebentar ya, bu Dewi sedang sarapan", jawab Darmi. "Oh oke..!!", seru bu Sarah. Di meja makan lagi.. "Maaf ndara ibu, jadi ndara ibu yang siapkan minumnya", kata Darmi. "Tidak apa-apa mi", sambung bu Dewi. "Oh ya mi, ngomong-ngomong siapa sih tamunya ?", tanya pak Krisna. "Iya bi, siapa sih yang datang pagi-pagi untuk bertamu ?", tanya Titah juga. "Punika cah ayu, ndara romo, punika ing ngajeng enten.." (Itu cah ayu, ndara romo, itu di depan ada..), jawab Darmi. "Punika sinten mi, wangsul ingkang pertela gitu loh mi ?" (Itu siapa mi, jawab yang jelas gitu loh mi ?), tanya bu Dewi. "Bu sarah, ndara ibu, pados ndara ibu, apunten sadurunge kula karep menghidangkan cemilan uga inum konjuk bu Sarah, amit" (Bu Sarah, ndara ibu, cari ndara ibu, maaf sebelumnya saya ingin menghidangkan cemilan dan minum untuk bu Sarah, permisi), jawab Darmi lagi. "Inggih mi" (Iya mi), kata pak Krisna & bu Dewi. "Emm pakde, bude, Titah berangkat ke kampus duluan ya, takut telat", kata Titah. "Oh nggih ati-ati nduk" (Oh ya hati-hati nak), sambung bu Dewi. "Inggih bude" (Iya bude), kata Titah lagi. "Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada pak Krisna & bu Dewi. "Wa'alaikumussalam nduk", pak Krisna & bu Dewi menjawab salam dari Titah. Di depan rumah pak Krisna lagi.. "Mas Abdul Latief", kata Titah. "Inggih mbak Titah" (Iya mbak Titah), sambung Abdul Latief. "Duluan ya mas..", kata Titah lagi. "Inggih mbak.." (Iya mbak..), sambung Abdul Latief lagi. "Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Abdul Latief. "Wa'alaikumussalam", Abdul Latief menjawab salam dari Titah. Di meja makan lagi.. "Alhamdulillah", kata bu Dewi & pak Krisna yang mengucap syukur selesai sarapan. "Mah, ayah berangkat ke kantor ya", kata pak Krisna lagi. "Iya yah, hati-hati dijalan", sambung bu Dewi. "Iya mah, assalamu'alaikum", pak Krisna memberikan salam pada bu Dewi. "Wa'alaikumussalam yah", bu Dewi menjawab salam dari pak Krisna. "Sekarang saatnya bersihkan meja makan habis itu saya bisa santai, astaghfirullahalazim kan ada bu Sarah di depan kok bisa lupa gini ya aku, biar ini yang bersihkan Darmi saja deh, mi, Darmi..", kata bu Dewi lagi. "Inggih ndara ibu" (Iya ndara ibu), sambung Darmi. "Tolong ing bersihkan nggih, kula karep menemui bu Sarah riyen ing ruang tamu" (Tolong di bersihkan ya, saya ingin menemui bu Sarah dulu di ruang tamu), kata bu Dewi lagi. "Sae ndara ibu, jagi ujub kengken saking ndara ibu" (Baik ndara ibu, siap laksanakan perintah dari ndara ibu), sambung Darmi lagi. Di rumah pak Sunar, Di ruang keluarga.. "Tidak terasa ya Arfani, Irfandi sekarang sudah dewasa, sudah menjadi orang yang sukses dan mapan, seminggu lagi Irfandi juga akan menikah", kata pak Sunar. "Inggih pak" (Iya pak), sambung Arfani. "Tidak sabar bapak ingin menimang cucu dari Irfandi dan juga istrinya nanti, ah ada Iwan, bagaimana wan sudah siap kan semuanya, untuk pernikahan bos sekaligus teman kamu itu ?", tanya pak Sunar. "Alhamdulillah sudah siap dan beres semuanya pak Sunar", jawab Iwan. "Alhamdulillah", kata pak Sunar & Arfani. Seminggu kemudian.. Di rumah bu Sarah, Di kamar Adel.. "Gak, aku gak bisa menikah dengan dia, dengan orang yang tidak aku cintai, orang yang aku cintai itu cuma Farel, bukan Irfandi, aku harus cari cara untuk kabur dari sini, tapi bagaimana caranya ya ?", kata Adel yang sedang mencari cara untuk kabur dari pernikahannya. "Adel, bersiap ya nak, sebentar lagi calon suamimu dan keluarganya tiba di rumah dan kita akan segera melangsungkan akad nikah atau ijab kabul", kata bu Sarah. "Haduh.., saya gak punya cukup banyak waktu ini, caranya aku telepon Farel untuk membantu ku kabur dari sini", kata Adel di dalam hati. "Nak, kamu dengar kan apa yang ibu bilang ke kamu barusan ?", tanya bu Sarah. "Iya bu, Adel dengar kok bu", jawab Adel. "Ya sudah..", kata bu Sarah lagi. Tiga puluh lima menit kemudian.. Masih di kamar Adel.. "Yank, del, del..", kata Farel. "Itu dia Farel, bantu aku kabur dari pernikahan ini dan kita kawin lari ya sayang", sambung Adel. "Iya sayang..", kata Farel lagi. Di ruang tamu.. "Bagaimana apakah saudara Irfandi sudah siap untuk menikah dengan saudari Adel ?", tanya penghulu. "Sudah pak", jawab Irfandi. "Baik kalau begitu tolong bawa calon pengantin perempuan nya ke sini, karena acara ijab kabul akan segera di mulai", kata penghulu. "Baik pak, Surti bawa anakku ke sini ya", sambung bu Sarah. "Iya bu, permisi", kata Surti. Di kamar Adel lagi.. "Maaf, permisi, mbak Adel, saya masuk ya, waduh mbak Adel gak ada, gawat nih, harus lapor ibu nih..", kata Surti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD