Aku dengan tergesa mendekati Kak Dia yang kembali berbalik memunggungiku. Berdiri di belakangnya, aku sedikit membungkuk dan menempelkan daun telingaku pada smartphone Kak Dia.
”Hallo, Kak.”
Aku reflek memejamkan mataku ketika suara Alika di seberang sana terdengar sangat jelas. Masuk dengan sopan ke dalam indera pendengaranku. Kenapa suara dia menjadi merdu begini, ya? Aku mengernyit. Ini benar Alika, mantanku? Atau Alika yang lain, ya? Tapi … ada berapa Alika yang Kak Dia kenal?
”Iya, kenapa Al?”
Ish! Geli. Aku memundurkan kepalaku sedikit ke belakang, lalu aku singkirkan rambut Kak Dia yang menggelitik area wajahku ke arah berlawanan dengan posisi aku berdiri. Aku kembali menempelkan daun telingaku pada smartphone Kak Dia, kali ini sampai membuat kepalanya Kak Dia miring ke kiri.
A
