44

1055 Words

“Tak apa kalau kau sudah tak tertarik dengan semua kemewahan dan kekuasaan ini” tambah Leonardo lagi. Ruangan itu mendadak terasa pengap. Matteo berdiri kaku, wajahnya yang tadi merah padam oleh amarah kini berubah pucat bagai mayat. Tangannya gemetar mengepal di sisi tubuhnya, kuku-kukunya menancap di telapak tangan sampai meninggalkan bekas bulan sabit yang kemerahan. Leonardo menyaksikan perubahan itu dengan puas. Kebenaran yang ia lontarkan bekerja seperti racun lambat - merayap dalam pembuluh darah, melumpuhkan logika, menyisakan hanya insting paling primitif: ketakutan. "Kau ingat, bukan?" Leonardo melanjutkan, suaranya sengaja dibuat rendah, hampir seperti bisikan. "Apa yang Riccardo katakan saat memaksamu menikahi Isabella?" Kilasan memori itu datang menghantam Matteo seperti p

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD