================================ Aku punya ragamu, tapi tidak hatimu. Ah, miris sekali, bukan? =========== Bagian 8 ::::::::::::::: Tergesa menuju parkiran kantor, aku benar-benar bersyukur telah selesai makan siang bersama Arisen dan juga Haru. Makan siang paling menegangkan karena ada Arisen di sana. Bekal yang aku bawa akhirnya kumakan bersama Haru dan Arisen memakan bekal yang Anya bawa. Katanya, sih, Anya sering memasak sendiri dan membawakannya untuk Haru. Em, tapi terserahlah. Mungkin Anya memang tidak memiliki kerjaan, beda denganku yang sibuk. "Makanannya rada asin," kata Arisen dengan begitu santai. Jelas perkataannya mengundang Haru untuk segera mencicipinya. Wajah Haru seketika menegang, mungkin karena tidak terima masakan Anya dikatakan asin atau malah malu karena

