Kebaikan Dewa Subrata

1336 Words
Setelah mendapat apa yang di carinya, Najwa pun bergegas menuju kasir untuk membayar. “ Sekalian mba totalin dengan punya saya, biar saya yang bayar semuanya,” ucap Fadil “ Gak usah, aku juga punya uang sendiri,” tolak Najwa sambil menyerahkan uang serratus ribu pada petugas kasir. “ Kamu itu jangan suka nolak rezeki pamali,” “ Suka – suka saya, yang jelas saya gak akan pernah mau di perhatikan cowok modus kaya kamu?” ucap Najwa sambil membayar duluan taku Fadil membayarin belanjaannya. “ Kalian berdua itu kaya Tom and Jerry, setiap ketemu pasti saja ribut…hari – hati nanji bisa berjodoh,” ucap petugas kasir. Memang sudah bukan pemandangan asing bagi bagi petugas kasir. Setiap kali mereka berdua ketemu, pasti ujung – ujungnya ribut. “ Enak saja, gak bakalan. Lebih baik jadi jomlo seumur hidup dari pada menikah sama cowok modus macam dia,” Mendengar ucapan Najwa seperti itu, Fadil hanya tersenyum. Keinginannya semakin kuat untuk mendekati Najwa dan mengambil hatinya. Selesai membayar Najwa pun begegas pergi meninggalkan Fadil yang masih melakukan pembayaran. Najwa berjalan setengah berlari agar tidak lagi dikejar oleh Fadil. “ Untung dia gak ngejar,” ucapnya dengan nafas terengah tangan Najwa pun mulai membuka Pintu, “ Kamu kenapa Najwa?” “ Eh…mba Zahira, anu, tadi ada cowok stress ngikut aku,” “ Cowok stress…cowok stress siapa?” “ Itu lo mba, doter modus yang kerjaannya gangguin aku terus,” jelas Najwa yang membuat Zahira pun tersenyum lucu. Zahira maksud dengan apa yang dimaksud Najwa sudah pasti Fadil. Karena hanya Fadil yang terus berusaha untuk negdeketin Najwa. “ Oh, mas Fadil, maksunya. Memangnya kenapa kok disebut dokter modus? Padahalkan orangnya baik lo, cocok banget buat kamu yang cantik,” “ Ck. Apaan sih mba, aku mana mau pacaran sama cowok macam dia. Lebih baik jomlo samapai tua dari pada jadi pacar dia,” Najwa berdecak kesal dengan ucapan Zahira. “ Hus gak boleh ngomong kaya gitu, kena pelet dia baru nyaho,” uacap Zahira terkekeh. “ Udah ah, aku masuk dulu mau pakai pembalut,” jawab Najwa sambil melangkah masuk rumah. “ ehmm patesan sensitiv, lagi datang bulan rupanya,” Zahira pun tersenyum. Kini dirinya baru mengerti kenapa Najwa begit cepat tersinggung. Sebagai semama Wanita pasti sudah tahu pengaruh bagi Wanita yang sedang datang bulan. Gak mau terlalu diambil pusing, Zahira pun masuk kembali kedalam rumah setelah tadi habis dari warung dan ketemu dengan Najwa didepan rumahnya. Zahira pun kembali meneruskan kegiatan memasaknya mengingat perutnya sudah mulai lapar. **** Setelah selesai mengurus pekerjaan di pabriknya, Arman pun memutuskan untuk sementara menerima tawaran Pak Dewa untuk tinggal dirumahnya, sampai Rumah yang akan ditempatinya selesai direnovasi. Arman pulang dengan Bersama dengan Pak Dewa. Karena belum sempat untuk membeli kendaraan yang ajan digunakannya kekantor. Tidak perlu waktu lama, Arman dan Pak Dewa pun tiba di rumah. Sebuah komplek perumahan sederhana, namun memiliki desain rumah modern membuat Arman pun berpikiran untuk mencari satu unit rumah disana. Sedangkan Rumah yang dibelinya akan dikontrakan atau hanya akan ditempati oleh keluarganya jika suatu hari nanti datang berkunjung. Memasuki jalanan komplek, Arman dikejutkan dengan sebuah penampakan. Arman melirik untuk memastikan wajah seorang gadis yang baru keluar dari dalam rumah, wajahnya seperti tidak asing baginya. Wajah gadis itu mirip seseorang yang dia pernah lihat, namun Arman pun tidak ingat dimana? “ Wajah itu? Megingatkanku pada seseorang,” gumamnya sambil terus memperhatikan wajah Gadis tersebut yang kini semakin dekat. “ Ada apa pak Arman?” tanya Pak Dewa heran melihat sikap atsannya yang tengah memperhatikan gadis tersebut. “ Gadis itu?” ucapnya pelan sambil kembali mengingat raut wajah yang pernah dia lihat sebelumnya. “ Masud pak Arman gadis yang pakai jilbab pink itu?” ucap Pak Dewa penasaran. Arman tidak menghiraukan peranyaan Pak Dewa. Matanya terus mengawaji gadis dengan memakai jilbab pink yang perlahan menghilang karena tertinggal jauh oleh mobil yang di tumpanginya. Setelah yakin kalau gadis itu sudah tidak terlihat lagi, Arman pun kembali menatap kedepan. Tak lama kemudiann, mobil pun memasuki sebuah rumah dua lantai yang merupakan kediaman Pak Dewa beserta istri dan putra tunggalnya Fadil. “ Silakan masuk pak Arman, biar barang – barang pak Arman nati Asisten Rumah tangga saya yang membawakannya masuk,” ucap Pak Dewa setelah mereka berdua turun dari mobil. Kedatangan Arman pun disambut oleh Haera istri Pak Dewa yang sudah diberitahu sebelumya kalau putra pemilik pabrik akan menginap dirumah mereka untuk beberapa hari kedepan. Tentu saja ini menjadi sebuah kehormatan mendapat kesempatan untuk kedatang putra dari pemilik perusahaan tempat dimana suaminya bekerja. “ Assalammualaiku,” sapa Arman sambil merapatkan kedua tangannya, “ Waalaikum Salam, silahkan masuk pak. Mbo... Mbo Darmi, tolong bawain barang – barang pak Arman,” jawab Haera sambil meminta tolong Asisten Rumah Tangganya untuk membawa barang – barang milik Arman. “ Baik bu,” Tanpa harus dua kali memerintah, mbo Darmi pun segera menegkuarkan barang – barang Arman dari dalam bagasi mobil, untuk dibawa masuk. Sementara Pak Dewa dan istrinya pun membawa masuk Arman dengan penuh rasa hormat. “ Beginilah suasan gubuk kami pak Arman, kami harap pak Arman bisa kerasan untuk tinggal disini. Anggap saja rumah sendiri, silahkan duduk pak,” ucap Haera setelah merekan berada didalam rumah. “ Aduh saya jadi ngerepotin pak Pak Dewa dan ibu,” ucap Arman sungkan. “ Ah pak Arman ini, justru sebaliknya, kami yang merasa mendapat kehormantan kedatang pak Arman kerumah kami, apalagi saya mendengar dari suami saya kalau pak Arman akan tinggal Bersama kami untuk sementara waktu,” jawab Haera, “ kalau mau istirahat silahkan pak, kamarnya ada dilantai dua.” Sambungnya sambil melangkah menuju dapur untuk membuat minuman buat Arman dan suaminya. “ Saya masih kepikiran gadis tadi,” ucapnya sambil kembali mengingat sebuah wajah yang sangat mirip dengan gadis berkerudung pink yang di jumpainya tadi. “ Maksud pak Arman gadis yang memakai kerudung warna Pink?” Arman pu mengangguk mengiyakan peranyaan Pak Dewa. “ Oh Itu Namanya Najwa, kebetulan rumahnya masih satu komplek dengan saya pak. Bahkan di aitu karyawan bapak juga, memagnya kenapa dengan Najwa? Apa pak Arman naksir sama Najwa?” jelas Pak Dewa sambil balik bertanya dan tersenyum. “ Tidak pak bukan itu, tapi wajahnya itu yang mirip sekali dengan seseorang yang pernah saya lihat, tapi saya juga tidak tahu siapa?” jawab Arman. “ Tidak pak bukan itu, tapi wajahnya itu yang mirip sekali dengan seseorang yang pernah saya lihat, tapi saya juga tidak tahu siapa?” jawab Arman. “ Tapi kalau pak Arman naksir pun wajar, Najwa itu selain canti, tapi sifatnya juga baik. Bahkan dia tergolong bukan gadis yang suka tebar pesona mencari perhatian laki – laki tampan dan kaya. Najwa adalah gadis yang selalu menjaga hatinya dia tidak mudah dirayu oleh ketampanan dan kekayaan. Bahkan putra saya saja sampai saat ini mencoba terus berusaha untuk mendapatkan hatinya. Namun tetap saja Najwa tidak tertarik,” “ Siapa yang tidak tertarik, jangan bilang papa punya cewek simpanan,” sahut Haera yang baru datang dari dapur membawa minuman untuk Arman dan suaminya. “ Hus, kalau ngomong tuh suka ngaco, mana mungkin papa punya cewek simpanan, sementra yang dirumah saja masih cantik kok,” ucap Pak Dewa sambil memuji sang istri,” ini lo ma, pak Arman tadi ketemu Najwa, papa bilang kalau Najwa itu gadis yang paling susah untuk ditaklukan. Bahkan Fadil pun sampai sekarang masih belum bisa mengambil hatinya,” “ Justru kareana itu, mama makin yakin kalau Najwa adalah gadis yang tepat untuk menjadi pendamping Fadil,” jawab Haerah sambil meletakan dua cangkir berisi kopi panas diatas meja. Mendengar perkataan mereka tentang Najwa, Arman semakin penasaran. Sebenarnya seperti apa sifat asli gadis itu. Yang lebih lagi adalah, Arman pingin tahu tentang keluarga gadis itu, kemiripan wajahnya membuat Arman merasa penasaran. Setelah merasa cukup berbincang – bincang, Arman pun pamin untuk istirahat. Pak Dewa pun mengantarnya untuk menunjukan kamar buat Arman di lantai dua. Setelah selesai melaksanakan Shalat isya, Arman keluar dari kamarnya, melangkah menuju lantai satu. Disana tampak Pak Dewa dan istrinya sedang berdiskusi. Melihat Arman datang Pak Dewa langsung menyambutnya dan memintanya duduk sambil menunggu makan malam yang sedang disiapin sama mbo Darmi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD