Akhir Dari Sebuah Kebohongan

1461 Words
Setelah memamtikan mesin mobil dan memarkirkannya dengan benar, Arman pun melangkah masuk kedalam rumah yang langsung di sambut pertanyaan dari Marisa. Bahkan Silla pun ternyata masih berada di rumahnya. “ Arman, kamu itu darimana saja. Sejak tadi siang Silla menunggu kamu, coba buka hati kamu untuk Silla sedikit saja, kasian dia menunggu dan menunggu tanpa ada sedikit pun perasaan kamu padanya. Pokoknya, mama gak mau tahu, minggu depan kalian harus segera menikah. Dan mama harap kamu jangan membantah,” ucap Marisa setengah kesal dengan sikap Arman yang masih saja acuh dengan kehadiran Silla. “ Ada apa ini? kenapa kalian rebut – rebut?” tanya seorang Wanita berusia tujuh puluh tahunan itu sambil keluar dari dalam kamar menghampiri Arma dan juga marisa yang tengah cekcok. “ Oma!, kapan oma datang?” Seketika wajah Arman berubah ceria. Selama ini Arman selalu merindukan kehadiran sang nenek yang begitu sangat menyayanginya itu. “ Ini bu, Arman masih saja menolak untuk menikah dengan Silla, padahal Silla itu begitu baik dan nurut apa pun yang dikatakan oleh aku. Dan sudah bisa dipastikan kalau Silla akan menjadi istri yang baik buat Arman tidak seperti perempuan kampung itu yang sudah berani selingkuh,” jawab Marisa sambil mencoba memasukan pengaruh buruk tentang Aleksa. Memang sejak oma Rahma tiba, Marisa langsung meneceritakan kejadian yang dialami Arman. Marisa langsung melemparkan perkataan buruk tentang Aleksa yang diharapkan oma Ratna percaya dan ikut membenci menantu kesayangannya itu. Oma Rahma adalah orang yang paling mendukung pernikahan Arman dengan Aleksa waktu itu Bersama Hamran ayah Arman. “ Tapi bukan berarti Amran harus mengikuti keinginanmu ma, biarkan dia memilih sendiri calon istrinya. Kalau memang Arman menyukai Silla, papa tidak akan melarangnya. Tapi kalau tidak, papa harap mama jangan memaksanya,” timpal Hamran yang baru selesai mandi dan keluar dari kamar untuk bergabung dengan keluarhanya. “ Tapi pa, pilihan di aitu ternyata bukan perempuan baik – baik. Buktinya, Arman malah diselingkuhi oleh perempuan yang Bernama Aleksa itu yang dianggap mama baik dan solehah. Ternyata tidak lebih dari perempuan munafik, w************n,” ucap Marisa dengan nada begitu kesal. Karena baik mertua dan suaminya sama sekali tidak mendukung perjodohan Arman dengan Silla Wanita pilihan Marisa. “ Cukup ma! Sebaiknya sekarang mendingan mama jujur saja, mama katakana yang sebenarnya kalau Rekaman itu hanyalah rekayasa mama dan Silla untuk menghancurkan nama baik Aleksa, dan membuat Arman menceraikan Aleksa, iya kan?” Seketika raut wajah Marisa dan Silla pun berubah. Ada kepanikan diantara mereka berdua. Bagaimana bisa Arman mengetahui semua itu dengan begitu cepat? Siapa yang sudah membocorkan semua perbuatan Marisa dan Silla pada Arman? “ kamu ngomong apa Arman? Berani - beraninya menuduh mama dan Silla yang bukan – bukan. Apa kamu sudah buta sehingga tidak bisa melihat kalau Wanita yang ada dalam rekaman itu jelas – jelas istrimu? Istri yang dianggap baik dan setia oleh kamu,” Marisa mencoba menyembunyikan kekhawatirannya dengan menutupi dan mengatakan keburukan Aleksa. “ Apa yang dikatakan mama benar. Arman memang buta, sampai – sampai Arman tidak bisa melihat kebenaran dan kejujuran dimata Aleksa waktu itu. Mama tahu sifat Arman yang tidak bisa mengontrol emosi Ketika sedang marah. Kelemahan Arman itulah yang mama manfaatkan, sehingga dengan begitu mudah Arman langsung mempercayai begitu saja rekaman tersebut tanpa mencari tau terlebih dahulu tentang kebenarannya seperti yang dikatakan oleh Aleksa waktu itu. Arman memang bodoh, benar benar bodoh,” Arman dengan begitu frustasi mengacak rambutnya sambil sesekali memukul kepalanya. Arman begitu tertekan jiwanya. Rasa bersalah dan penyesalan terus dirasakannya bahkan semakin menyakitkan. Apalagi saat Arman mengetahui kalau Aleksa pergi dalam keadaan hamil. Rasa sakit pun semakin terasa menyedakan dadanya. Jiwanya hancur, benar – benar hancur. Arman tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya saat ini. “ Tenang sayang, bicaralah yang tenang. Jangan terbawa emosi seperti itu,” bujuka oma Rahma sambil memeluk Arman. Oma Rahma terkejut saat menegetahui kalau cucu kesayanganya itu tengah menangis. Sejak kapan Arman menjadi sosok laki – laki cengeng? Batinya sambil tetap mengelus rambut cucuknya dan menepuk punggung Arman untuk memberikan ketenangan. Sementara Hamran memandang wajah Marisa dengan tajam. Ada rasa penasaran denga napa yang dikatakan oleh Arman barusan. Hamran tidak mengerti dengan maksud dari perkataan putranya itu. “ Kenapa papa melihat mama dengan tatapan seperti itu? Apa papa juga setuju dengan perkataan Arman yang menuduh semua itu adalah rekayasa?” tanya Marisa ada rasa takut melihat sikap dan tatapan Hamran yang tidak biasa. Sementara Silla wajahnya semakin memucat. Kepanikan pun terus menghapirinya. Silla takut kalau Arman benar – benar mengetahui kejahatannya dengan membuat adegan m***m Wanita yang mirip dengan Aleksa. Kalau sampai itu terjadi, maka tidak ada harapan lagi baginya untuk bisa mendapatkan Arman. “ Sebaiknya kamu duduk dulu nak. Setelah itu ceritakan semuanya pada oma. Kenapa kamu tiba – tiba meyakini kalau yang ada di rekaman itu bukan Aleksa? Dari mana kamu tahu tentang hal itu?” ajak oma Rahma sambil membawa Arman duduk. Dan kemudian menanyakan tentang rekaman itu yang dianggap Arman hanyalah rekayasa. Arman menarik nafas Panjang untuk mencoba menenangkan kembali pikirannya. “ Tadi disaat Arman bertemu dengan sahabat – sahabat Arman sewaktu SMA dulu, Ridwan yang tahu tentang Aleksa melihat dan meneliti rekaman tersebut. Dan hasilnya, Ridwan memberikan gambaran perbedaan antara Aleksa dengan Wanita yang ada dalam rekaman viseo itu.” “ Memang begitu banyak perbedaanya oma, walau pun wajahnya begitu mirip, tapia da bagian – bagian penting yang tidak mungkin bisa sama dengan Aleksa.” Arman mengelurakan poncelnya dan memperlihatkan rekaman itu pada oma Rahma. “ Coba oma perhatikan. Wanita ini memiliki enam jari di tangan kanannya. Sementara Aleksa tidak memilik jari sebanyak itu. Jari tangan kanan Aleksa tetap normal seperti kita oma. Jadi kesimpulannya sudah cukup jelas. Bahwa Wanita itu bukanlah Aleksa, melainkan orang lain yang memiliki wajah mirip Aleksa,” jelas Arman yang membuat oma Rahma pun akhirnya mengerti dan memahami kenapa Arman begitu depresi karena sudah mengambil keputusan yang salah. “ Lantas masalah Arman menuduh mama dan Silla pelakunya, karena rekaman ini Arman dapat dari Silla itu yang perama. Dan yang kedua, disini hanya mama dan Silla yang begitu membenci Aleksa. Jadi bukan tanpa Alasan Arman menuduh mama dan Silla yang sengaja memfitnah Aleksa agar Arman cerai dengan Aleksa,” Oma Rahma semakin mengerti dengan Apa yang dikatakan Arman. Memang benar, kalau di perhatikan, hanya Silla dan Marisa yang tidak menyukai kehadiran Aleksa dalam hdup Arman. Dan mengenai siapa yang lebih dulu mengetahui rekaman itu. Oma pun meyakini kalau memang mereka berdua bersekongkol untuk memfitnah Aleksa. Cuma sayang, rekayasa itu tidaklah sempurna. Karena masih ada celah yang bisa mementahkan semua tuduhannya terhadap Aleksa. “ Oma tahu kamu sangat kecewa dengan kejadian ini, tapi semua sudah terjadi. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan saat ini. Aleksa sediri pun tidak tahu berada dimana sekarang. Biarlah yang sudah terjadi biarlah terjadi. Sebaiknya kamu jadikan ini pelajaran berharga agar suatu saat kamu tidak lagi seceroboh ini mengambil keputusan. Sekarang sebaiknya kamu istirahat,” hibur oma sambil terus mengelus rambut Arman dengan penuh kasih sanyang. “ Arman tahu oma, dan Arman akan mencari Aleksa sampai ketemu. Arman ingin meminta maaf dan mengajaknya rujuk kembali,” ucap Arman. “ Gak bisa, pokonya kamu gak boleh rujuk lagi dengan perempuan kampung itu. Mama sudah putuskan kamu akan segera menikah dengan Silla secepatnya.” Dengan nada tegas Marisa langsung menolak keinginan Arman untuk mencari dan menemukan Aleksa. “ Aku tidak mau ma, sampai kapan pun aku tidak akan pernah menikahi Wanita yang sama sekali tidak aku cintai. Dan keputusan ku sudah bulat. Aku akan tetap mencari Aleksa dan membawanya pulang kembali kerumah ini Bersama denga calon anakku yang kini masih ada di Rahim Aleksa,” Perkataan Arman membuat Oma Rahma, Hamran dan Marisa juga Silla terkejut. “ Kamu tau dari mana kalau Aleksa hamil? Terus apa hubungannya dengan kamu? Mama gak yakin kalau itu adalah darah daging ka-“ “ Cukup ma, jangan pernah lagi mengatakan kalau Aleks aitu selingkuh. Aku sudah membuktikannya kalau rekaman yang Silla kirim itu adalah sebuah Fitnah. Aku gak akan mempermasalahkan dan mencari tahu Wanita ini, asalahkan mama dan Silla tidak ikut campur dengan urusanku,” potong Arman yang membuat Marisa langsung terdiam Ada ketakutan diantara mereka berdua. Acaman Arman bukan tidak mungkin dilakukannya. Sementara Hamran yang dari tadi mendengarkan Arman pun kini terlihat marah terhadap Marisa. “ Sebaiknya kamu jujur sekarang, ma. Apa betul kamu yang sudah membuat rekayasa video itu?” tabya Hamran sambil melangkah menghampiri Marisa yang kini tidak bisa lagi berkutik. “ A-ku,” Marisa begitu gugup dengan pertanyaan suaminya itu. “ Apa benar kamu yang membuat rekayasa ini?” kembali Hamran pun bertanya dengan nada yang sedikit meninggi, “ Kenapa sih pa, kamu selalu tidak percaya sama mama? tentu saja mama tidak tahu menau soal itu. Rekaman itu di dapat dari temannya Silla. Karena kasihan melihat Arman dikhianati Aleksa pun Silla memberitahukannya sama Arman. Apakah salah jika Silla merasa perduli dengan Arman?” Marisa
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD