“Terima kasih kau sudah datang, Ris.” Raaj mengatakannya dengan suara pelan dan lemah. Tubuhnya terbaring, di lengannya melekat selang infus yang sejak kemarin berhasil membantunya merasa lebih baik walau masih merasakan mual. Ia tahu kedatangan Riska yang tidak bisa berlama-lama di rumah sakit, selain wanita itu membenci bau obat dan rumah sakit, Riska memiliki banyak kesibukan seperti halnya wanita karier lainnya. Senyum Riska menggembang tipis, menggenggam dan mengusap tangan Raaj. “Cepatlah sehat, Raaj. Jika kau mau, aku bisa menyuruh orang untuk menjemputmu melewati masa pemulihan di resort. Aku akan menyiapkan kamar khusus untukmu. Kau tidak perlu memikirkan biayanya. Free untukmu,” tawarnya yang akan melakukan salah satu hal yang menurutnya baik dan bermanfaat untuk orang lain, sep

