episode 18

1467 Words
Fani bergegas ke kamar mandi dan mandi untuk kedua kalinya, setelah mandi Fani mengambil asal bajunya di lemari, Fani tidak memakai make up di wajahnya bahkan ia juga tidak sempat menyisir dan mengeringkan rambutnya yang basah. Setengah jam lagi Fani harus segera tiba di kantor, sementara itu Dave masih tertidur karena kelelahan setelah percintaannya pagi ini dengan Fani. Fani mengambil tas kerjanya dan berlari menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa, Fani lalu berpamitan dengan Bi Imah yang kebetulan sedang menyapu lantai di teras rumah. "Bi, Fani berangkat kerja dulu ya," ucap Fani. "Loh...Bibi pikir Non Fani tidak masuk kerja hari ini," ucap Bi Imah bingung. "Tidak Bi, Fani harus masuk kerja hari ini kalau tidak nanti gaji Fani bisa di potong," ucap Fani sambil memakai kaos kaki dan sepatunya. Bi Imah hanya mengangguk-anggukkan kepalanya berusaha untuk mengerti, selama ini Bi Imah mengira kalau Fani bekerja di perusahaan tuan Dave. "Masak sih, Tuan Dave tega memotong gaji istrinya sendiri," guman hati Bi Imah. Fani segera keluar rumah dan mencari ojek agar ia lebih cepat sampai di kantor kalau ia menunggu taksi yang lewat pasti akan memakan waktu yang lebih lama. "Bang Ojek sini!" teriak Fani saat melihat tukang ojek di seberang jalan. Tukang ojek itu lalu memutar sepeda motornya dan menghampiri Fani. "Iya Neng, mau naik ojek?". "Iya Bang, antari saya ke jalan cempaka sekarang ya!". "Iya Neng," jawab Bang Ojek. Tukang ojek itu memberikan helm untuk Fani, Fani segera memakainya dan naik ke atas sepeda motor. tukang ojek itu lalu menghidupkan kembali motornya dan mengantar Fani, sepanjang perjalanan Fani berulang kali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Mudah-mudahan aku tidak terlambat," guman hati Fani. Sebelum sampai di kantor Fani, tiba-tiba saja motor tukang ojek yang di tumpangi Fani berhenti mendadak. "Kenapa berhenti Bang?" tanya Fani sambil turun dari motor. "Ini Neng, sepertinya ban motornya bocor," jawab Bang Ojek sambil mengecek ban motornya yang kempes. "Ya sudah kalau begitu saya turun di sini aja Bang, ini uangnya Bang untuk ganti ban motornya yang bocor," ucap Fani. "Terima kasih ya Neng,". "Iya Bang Ojek sama-sama, ya sudah saya jalan dulu ya Bang kebetulan kantor saya sudah dekat," ucap Fani. "Iya Neng, hati-hati di jalan," ucap Bang Ojek. Fani tersenyum lalu melangkahkan kakinya menuju kantornya, sesekali ia mengelap keringat yang menetes di dahinya. "Ini semua gara-gara Dave, bisa-bisanya dia minta jatah pagi-pagi, sekarang aku jadi terlambat ke kantor," gerutu Fani sambil terus berjalan. Tidak lama kemudian Fani tiba di kantor, Fani melihat Siska dan teman kerja lainnya sedang tertawa, Fani merasa bingung ia lalu mendekati Siska. "Siska ada apa, kenapa kalian semua terlihat sangat senang hari ini?" tanya Fani penasaran. Siska tidak langsung menjawab pertanyaan Fani, Siska menarik tangan Fani masuk ke dalam ruangannya. Siska lalu memperhatikan Fani dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, ia merasa Fani terlihat sangat berbeda hari ini. "Siska kenapa diam saja!" teriak Fani. "Fani kenapa kau seperti ini lihat dirimu, kau terlihat sangat berantakan, wajahmu tidak memakai make up, baju kusut tidak di setrika, dan rambutmu masih basah gak disisir lagi," jawab Siska. Fani terdiam sambil melihat dirinya sendiri, Fani baru menyadari kalau saat ini dirinya memang terlihat berantakkan. "Fani apa kau habis bercinta dengan suamimu sebelum berangkat ke kantor pagi ini?" Tanya Siska menyelidik. Fani menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil mencari alasan yang tepat agar Siska tidak tahu yang sebenarnya. "Tidak, tadi pagi aku bangun tidur kesiangan Sis, karena takut terlambat makanya aku buru-buru mandi dan mengambil asal bajuku, aku tidak tahu kalau bajunya belum di setrika dan juga tidak sempat memakai make up tadi," jawab Fani. "Fani, apa kau pikir kau bisa membohongiku," ucap Siska sambil menyipitkan matanya. "Aku tidak berbohong Sis," ucap Fani dengan wajah serius untuk meyakinkan Siska. "Kalau begitu ini apa?". Siska menunjuk beberapa tanda Kissmark di leher Fani, tanda itu sangat terlihat di kulit Fani yang putih, Fani langsung memegang lehernya dan bercermin di layar ponselnya. Fani melihat ada Banyak tanda Kissmark di lehernya. "Ini semua pasti ulah Dave, bisa-bisanya dia buat tanda di leherku begitu banyak," guman hati Fani kesal,". Fani tersenyum kecil di hadapan Siska, sekarang ia sudah tidak bisa mengelak lagi. "Jadi, benarkan apa yang aku katakan," ucap Siska. Fani menganggukkan kepalannya, Siska menghela napasnya lalu memberikan sapu tangannya dan mengikatnya membentuk seperti dasi pramugari di leher Fani untuk menutupi tanda merah itu. "Terima kasih Sis," ucap Fani tersenyum. "Iya sama-sama, sekarang kau lagi beruntung Fani, karena Bos hari ini tidak masuk kalau sampai dia masuk dan tahu kau terlambat habislah kau Fani," ucap Siska. "Apa, Bos tidak masuk hari ini!" teriak Fani tidak percaya. "Iya, makanya tadi aku sama yang teman lainnya merasa senang karena kita bisa pulang cepat hari ini karena Bos tidak masuk," ucap Siska. "Ya sudah, nanti sehabis pulang kerja kita bisa jalan dulu ke toko buku kayak waktu jaman kuliah kita dulu Gimana!" ajak Fani. "Ide bagus itu Fani, Oke kalau begitu nanti kita kesana," ucap Siska. "Oke, ya sudah aku ke ruangan kerjaku dulu ya Bye," ucap Fani melambaikan tangannya. ******* Di sisi lain Dave terbangun dari tidurnya, ia meraba mencari Fani yang berada di sebelahnya dengan mata tertutup. karena tidak merasakan ada Fani, Dave membuka matanya dan turun dari ranjangnya untuk mencari Fani. "Sayang, kamu dimana!" Panggil Dave. Tetapi tidak ada jawaban, Dave mencari Fani di dalam kamar mandi tetapi Fani tidak ada di sana. Dave lalu turun ke bawah mencari Fani, tapi ia juga tidak menemukannya. "Tuan mencari Non Fani ya?" tanya Bi Imah. "Iya Bi, apa Bibi melihatnya?" tanya Dave balik. "Iya Tuan sudah satu jam yang lalu Non Fani berangkat ke kantor Tuan," ucap Bi Imah. "Apa ke kantor!" Ucap Dave sedikit keras. "Iya Tuan, kata Non Fani ia harus ke kantor kalau tidak nanti gajinya di potong," ucap Bi Imah. Dave menggeleng-gelengkan kepalanya ia tidak habis pikir, Fani nekat pergi ke kantor sendiri tanpa dirinya karena takut nanti gajinya di potong padahal Fani bisa meminta uang darinya berapa pun yang ia inginkan. "Fani, Fani, dasar gadis pekerja keras," guman hati Dave. "Ya sudah Bi, saya juga mau ke kantor Bibi siapkan sarapan ya,". "Iya Tuan," jawab Bi Imah. Dave kembali ke kamar dan bersiap ke kantor karena siang ini ia akan rapat tahunan bersama seluruh kepala pegawai dari semua Divisi, Dave juga mengirim alamat melalui via pesan kepada Reyhan di mana nanti ia akan bertemu dengan perwakilan perusahaan AF Group. Setelah sarapan Dave mengendarai mobilnya menuju kantornya, Dave masuk ke dalam kantornya semua karyawan dan karyawati menundukkan kepalanya saat Dave masuk. mereka masih takut melihat pak Dave, karena mereka masih teringat kejadian beberapa hari yang lalu saat Pak Dave marah besar. Dave masuk ke ruangannya dan duduk di kursi kebesarannya, ia lalu mengambil ponselnya dan menelepon video cal dengan Fani. "Tut. Tut...tut," ponsel Fani bergetar. Fani mengambil ponselnya dan melihat satu nama 'Dave suamiku' Fani lalu menggeser tanda hijau di ponselnya, Fani mengarahkan wajahnya ke depan ponselnya dan terlihat wajah Dave di dalam ponselnya. "Halo, Assalamualaikum sayang," ucap Dave. "Wa'alaikum salam," jawab Fani. "Sayang, kenapa tadi berangkat kerjanya tidak sama aku?" tanya Dave. "Gimana mau berangkat bersama, tadi kau masih tidur Dave kalau aku menunggumu bangun aku bisa terlambat," ucap Fani. "Hhmmm...Sayang, sudah sarapan belum tadi pagi?" tanya Dave lagi. "Belum," jawab Fani singkat. "Sayang kamu kenapa, wajahmu sepertinya terlihat sedang kesal?" "Iya memang saat ini aku sedang kesal, kau mau tahu kenapa?" tanya Fani. Dave menganggukkan kepalanya, Dave merasa penasaran apa yang sudah membuat istrinya kesal hari ini. "Tadi aku berangkat ke kantor naik ojek tapi di jalan tiba-tiba bannya bocor jadi aku harus jalan kaki sampai ke kantor," ucap Fani cemberut. "Ha...Ha...Ha, Sayang jadi kau jalan kaki ke kantormu!" ucap Dave. Dave terus tertawa setelah mendengar cerita Fani, Fani memutar kedua bola matanya ia sudah menduga kalau Dave pasti akan menertawakannya. "Sudah puas tertawanya," ucap Fani kesal. "Maaf sayang," ucap Dave menghentikan tawanya. "Tapi hari ini kau juga sudah membuatku kesal Dave!" ucap Fani sedikit keras. "Apa! aku, memangnya apa yang aku lakukan Sayang?" tanya Dave. "Kau sudah membuatku malu Dave, bagaimana bisa kau membuat tanda merah begitu banyak di leherku, aku kan malu kalau sampai orang lain melihatnya," ucap Fani kesal. Fani lalu membuka sapu tangan yang terikat di lehernya dan memperlihatkannya kepada Dave. "Kenapa malu Sayang, itu kan hasil karya suamimu yang tampan ini," ucap Dave terkekeh. Fani membulatkan matanya mendengar ucapan Dave. "Jadi maksudmu aku harus membiarkan orang lain melihat tanda merah ini,". Dave menganggukkan kepalanya, sedangkan Fani menggelengkan kepalanya ia tidak mengira Dave berpikir seperti itu. Fani lalu mengikat kembali lehernya dengan sapu tangan itu. "Dave tutup teleponnya, sekarang aku harus kembali bekerja," ucap Fani. "Baiklah Sayang, nanti pulang aku jemput ya, eemmuuaachh". "Assalamualaikum Sayang,". "Wa'alaikum salam,". Fani lalu mematikan teleponnya dan melanjutkan pekerjaannya, setiap Fani sedang kesal dengan Dave ia tidak akan memanggil Dave dengan panggilan sayang, sementara itu Dave mempersiapkan berkas untuk rapat nanti siang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD