4. Kanada

1592 Words
Aku pergi tapi bukan berarti aku tidak akan kembali, justru aku pergi dan akan kembali. Tapi bukan cinta yg akan aku bawa pulang tapi dendam. "Bagaimana dengan keadaanmu el,"tanya renata menatap seduh sahabatnya itu, yg tengah duduk di atas ranjang dengan kedua mata menahan air matanya. Ya renata berhasil membawa elina sampai di rumah sakit, tapi.....tapi sahabatnya saat ini hanya duduk diam di atas brankar pesakitan membuat d**a renata terasa sesak, melihat ketidakberdayaan sahabatnya itu membuat sudut mata renata mengeluarkan air mata. "El,"panggil renata lembut sambil menggenggam tangan elina membuat tatapan elina kini berpusat pada dirinya, membuat renata menatap elina dengan tatapan bersalah saat ini."maafkan aku el, maafkan sikapku hiks....hiks, aku berdosa padamu maafkan aku,"lirih renata mendekap tubuh lemah sahabatnya. "Aku tahu aku egois, aku tidak memikirkan perasaanmu hingga kini aku sungguh menyesal el, maafkan aku sahabatku. Maafkan aku,"berkali - kali renata mengucapkan maaf tapi naas sahabatnya tetap saja diam bagai patung di atas brankar pesakitan itu. Kedua mata elina kembali basah saat bayangan demi bayangan, yg telah ia dapat dari pria itu. Pria yg ia cintai tapi sayang cinta nya di balas dengan rasa sakit, bahkan demi tuhan elina ingin mati saja hari ini agar rasa bersalah dan rasa sakit tidak lagi ia rasakan. "El.....elina Kau dengar aku,"panggil renata lembut membuat wanita itu menatap seduh pada sahabatnya. "Aku hampir kehilangan bayiku ren hiks....hiks, aku hampir kehilangannya dan demi tuhan jika aku kehilangannya maka aku tidak akan sanggup lagi untuk hidup, aku hanya memiliki dia ren kau tau aku hidup sebatang kala tanpa sana saudara hiks...hiks,"ujar elina sambil terisak. Ya saat renata berhasil mencari bantuan Kedua nya memang sampai pada waktunya, untuk saja janin yg tengah elina kandung masih bisa di selamatkan walau sempat terjadi pendarahan tapi demi tuhan renata berucap syukur karna sahabatnya diberi kesempatan oleh tuhan untuk tetap mempertahankan janinnya. Jika saja kandungan sahabatnya tidak dapat di selamatkan maka renata akan merasakan rasa bersalah di hatinya, sungguh renata tidak pernah bermaksud untuk membunuh bayi yg tengah sahabatnya kandung ia hanya merasa bersalah. Ia sebagai sahabat tidak mampu menolong sahabatnya, yg saat ini telah hancur berkeping - keping karna ulah b***t pria itu. Sungguh renata ingin marah pada sahabatnya, boleh saja sahabatnya mencintai pria itu tapi demi tuhan pria itu suami orang dan lebih menyakitkan lagi sahabatnya hanya di anggap penghangat ranjang saja, sahabat mana yg bisa menerima nasib sahabatnya yg terlalu menyedihkan bahkan terlalu miris untuk di dengar. Tapi sekuat tenaga renata mengontrol dirinya untuk tidak marah pada sahabatnya, sebab sahabatnya dalam fase yg tidak baik saat ini. Sahabatnya juga tahu dia hampir kehilangan janinnya, jika saja dirinya lemah mungkin janin itu tidak akan bisa bertahan di dalam rahim sahabatnya itu. Tapi puji tuhan sahabatnya dan juga janin nya baik - baik saja saat ini meski sahabatnya harus selalu menjaga pola makanya. ***** "Kau yakin akan pergi sendirian, kau tidak ingin aku menemani dirimu,"tanya renata lembut pasalnya keduanya saat ini sudah berada di bandara. Ya selama seminggu renata merawat sahabatnya dengan baik dan hari ini elina mengambil sebuah keputusan. Bahwa ia akan meninggalkan kota yg telah membuat hati dan jiwanya hancur, karna penolakkan pria itu, karna sikap b******k pria itu membuat elina tidak dapat dan tidak akan mampu untuk tinggal dan bertahan di kota penuh rasa sakit seperti ini. Renata sempat menawarkan diri untuk ikut pindah tapi sahabatnya menolak niatnya, elina bukannya sombong ia masih mengingat jika sahabatnya sudah memiliki keluarga sendiri, ia tidak ingin sahabatnya ikut dengannya bagaimana dengan anak dan suaminya. Tidak mungkin kan sahabatnya meninggalkan keluarga kecilnya dan ikut dengannya, elina masih memiliki kesadaran, dirinya masih sadar jika sahabatnya sudah menikah dan bagaimana tanggapan suami sahabatnya nanti, jika sahabatnya lebih memilih ikut dengan nya. "Ren, kau adalah sahabat terbaikku tapi kau tidak bisa ikut denganku kau sudah memiliki sebuah keluarga, bagaimana perasaan anak dan suamimu. Aku tidak mau menjadi parasit di rumah tanggamu. Percayalah aku bisa menjaga diriku dengan baik, Jika kau merindukan aku kau bisa datang menemui aku,"ujar elina tersenyum tipis. Membuat renata menghela nafas lelahnya ia hampir lupa dengan status yg telah ia miliki, ia seorang istri tentu saja akan sulit baginya meninggalkan anak dan suami nya tapi mengingat sahabatnya yg hanya hidup sendirian membuat renata merasa tidak mampu melepas sahabatnya itu. Apa lagi berada jauh darinya, membuat renata sedikit cemas pada sahabatnya itu. Dia takut sesuatu terjadi pada sahabatnya, mungkin karna dia juga hidup sebatang kala dulu membuat ia memiliki ikatan bathin pada sahabatnya. "Baiklah el, ku mohon jaga dirimu di sana kau tidak mempunyai sana saudara atau sahabat yg bisa membantumu, tolong hubungi aku jika kau mendapatkan masalah aku siap menolongmu El. Selama jalan el, semoga kau selamat sampai tujuan,"ujar renata memeluk elina penuh rasa haru sungguh hati renata seakan tidak bisa melepaskan sahabatnya begitu saja, tapi ini pilihan sahabatnya dan ia sebagai sahabat hanya mampu mendukung semua keputusan sahabatnya itu. "Pasti ren, terima kasih. Kau adalah sahabat terbaikku,"lirih elina sambil menarik koper miliknya menuju koridor. "Selamat tinggal rasa sakit, aku akan mengingat setiap detilnya, dimana rasa sakit itu kau berikan padaku bram, lihat saja suatu hari aku akan mempermalukan dirimu dan juga istri jalangmu itu, demi tuhan tidak akan ada lagi maaf untukmu,"batin elina menoleh ke arah renata yg masih setia berdiri disana membuat sudut bibir elina berbentuk senyuman termanis. "Aku akan selalu mengingat dirimu renata hanya kau sahabat terbaikku,"batin elina melambaikan tangan sambil masuk kedalam koridor untuk segera melakukan penerbangan. Kanada Ibu kota Kanada adalah Ottawa tempat parlemen nasional, tempat tinggal Gubernur Jenderal dan Perdana Menteri. Merupakan bekas jajahan Prancis dan Britania Raya. Kanada adalah anggota La Francophonie dan negara Persemakmuran. Kanada merupakan negara terluas di Amerika Utara. Seorang wanita hamil yg tengah menatap suasana kota kanada di sebuah apartemen yg baru ia sewa 2 hari yg lalu, dirinya tengah menikmati suasana kota kanada yg cukup padat saat ini. "Sayang kita akan memulai hidup kita yg baru disini, hanya ada kau dan mama,"bisik elina sambil mengusap sayang perut setengah buncitnya. *** Disisi lain seorang pria tampan tengah sibuk dengan berkas - berkas perusahaan miliknya, Ini memang adalah rutinitas nya selama ini. Dia sangat mencintai pekerjaannya membuat ia tidak terlalu tertarik dengan dunia luar. Bukan berarti ia bodoh, tidak. Ia sibuk dengan perusahaan miliknya. Perusahaaan yg sudah ia bangun dengan hasil keringatnya sendiri. Membuat dirinya semakin kaya di setiap tahun bahkan cabang perusahaan miliknya sudah berada di negeri orang membuat dirinya semakin gila akan pekerjaannya itu. Hingga waktunya hanya ada pada berkas - berkas perusahaan miliknya tapi sayang di usianya yg sudah kepala 3 dirinya belum memiliki seorang pendamping. Bukan karna ia tidak tampan dan tidak menarik, hanya saja pria itu belum merasa tertarik pada semua wanita yg secara terang - terangan mendekatinya. Bahkan demi tuhan mama dan papa tercinta nya sering kali memaksa dirinya agar segara menikah tapi sayang pria itu tidak tertarik ia hanya tertarik pada pekerjaannya saja. "Tok....tok....tok..? Suara ketukan pintu menghentikan aktivitas pria itu, "Masuk,"ujar pria itu dengan wajah datar miliknya yg tidak ada sedikit pun senyuman di bibir tipisnya. "Permisi tuan Malven,"sapa seorang bawahan yg merupakan orang kepercayaannya. "Ada apa toni, apa kau sudah menemukan sekretaris yg baru untukku,"tanya pria yg di panggil malven itu sambil menatap bawahannya yg bernama toni. "Belum tuan, sekretaris yg tuan inginkan belum saya temukan karna percuma saya membawakan sekretaris jika nantinya tuan akan menolak mereka,"ujar toni sinis ia sangat tau sifat majikannya itu. "Kau ternyata sangat mengenal diriku ,"ujar malven sinis sambil kembali sibuk dengan berkas miliknya. "Tentu saja aku tau, kau sahabatku tapi sekarang kau adalah majikanku,"ujar toni duduk di hadapan malven yg merupakan majikannya. Malven dan toni adalah sahabat sejak semasa sekolah, tapi siapa yg tau jika sahabatnya akan menjadi majikannya tapi toni tidak pernah berkecil hati sebab sahabatnya memang di kenal adalah pria yg sangat hebat dalam berbisnis dan ia sudah cukup bangga menjadi orang kepercayaan sahabatnya itu. Meski keduanya adalah majikan dan bawahan tapi setidaknya sahabatnya tidak menganggap ia rendah maka dari itu toni cukup senang dengan pekerjaannya saat ini. "Aku bingung denganmu kenapa sekretaris yg kau inginkan adalah seorang gadis padahal banyak wanita yg ingin bekerja di perusahaanmu. Wanita janda, seorang istri dan seorang ibu apa yg membuatmu menolak mereka ven,"tanya toni memanggil sahabatnya dengan nama ven singkatan dari nama malven. "Aku menolak mereka karna aku tidak ingin urusan pribadi mereka, mereka bawa di saat mereka bekerja denganku. Denger aku paling tidak suka pekerjaan di campur dengan urusan pribadi. Maka dari itu hanya seorang gadis yg belum menikah saja yg akan aku terima, kau tidak ingat 2 bulan yg lalu seorang sekretaris yg berstatus istri orang, suaminya datang mencari keributan di depan relasiku ingin sekali aku membunuh suaminya karna hampir membuat aku kehilangan kerja sama itu,"ujar malven. Satu lagi yg perlu toni ketahui jika seorang Malven Ishara Alvito tidak menyukai sekretaris yg sudah menikah atau mempunyai anak karna sahabatnya ingin sekretaris hanya fokus pada pekerjaannya bukan malah sibuk dengan urusan pribadinya itu. Ya, pria itu adalah Malven Ishara Alvito berusia 32 tahun di usianya yg sudah memasuki kepala 3. Belum juga memiliki seorang pendamping di usianya yg sudah sangat matang itu. Tapi disisi lain banyak para wanita yg ingin bersanding dengan pria itu tapi sayang pria seperti Malven Ishara Alvito tidaklah mudah untuk di dekati bahkan banyak dari mereka memilih mundur. **** "Besok aku harus mencari pekerjaan jika tidak bagaimana caranya aku membayar uang sewa apartemen, biaya hidupku dan juga bayiku nanti,"pikir elina merasa bingung bagaimana caranya melamar pekerjaan dalam kondisi hamil seperti ini. Memikirkan semua itu membuat kepala elina terasa sedikit pusing saat ini. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD