Batu Rubi

1213 Words
    Dua minggu berlalu dengan cepatnya. Persiapan untuk persembahan bagi sang Iblis berakhir, dan hari ini tiba saatnya Olevey menjalankan tugasnya sebagai seorang gadis persembahan. Olevey menghela napas panjang untuk kesekian kalinya. Ia memandangan pantulan dirinya pada cermin, masih ada dua orang perias kerajaan yang kini tengah bertugas merias dirinya sesuai dengan standar yang biasanya digunakan untuk merias gadis persembahan. “Rambut dan wajah Nona sudah selesai kami rias, sekarang mari kami bantu untuk berganti pakaian dan menggunakan perhiasan,” ucap salah satu perias dan membantu Olevey untuk berganti pakaian.     Olevey menahan napas saat dirinya harus menggunakan korset yang selama ini menjadi musuh bubuyutannya. Meskipun dirinya hanya akan duduk semalaman di tempat persembahan, Olevey tetap harus berpakaian secara lengkap dan sesuai dengan standar wanita bangsawan di kerajaan Xilen tersebut. Olevey bahkan merasa jika gaun yang disiapkan oleh istana terasa sangat mewah. Selama ini, meskipun Olevey adalah putri bangsawan, bahkan putri dari keluarga Duke, Olevey sangat-sangat jarang menggunakan gaun mewah apalagi gaun semewah itu. Karena jujur saja, gaun seperti itu tidak sesuai dengan selera Olevey.     Katia muncul dengan membawa sebuah kotak kecil. Katia memasang senyumannya, saat melihat Olevey yang memang sudah selesai dirias, dan tampak begitu cantik. Namun, Katia tentu saja mengerti dengan perasaan Olevey yang saat ini terlihat tidak nyaman dengan pakaian yang ia kenakan. Katia pun melangkah mendekati Olevey yang kini dibantu untuk menggunakan sepatu cantik yang tentu saja dibuat khusus untuknya, sebagai seorang gadis persembahan bagi sang Iblis.     “Nona, Nyonya Ilse meminta saya memberikan hadiah ini untuk Nona,” ucap Katia sembari membuka kotak kayu kecil tersebut.     Seketika, wajah Olevey yang sebelumnya berekspresi muram, terlihat mengembangkan senyum manis. Ya, Olevey terihat sangat senang dengan apa yang diberikan oleh ibunya. Olevey menguurkan tangannya. Jemarinya yang lentik menyentuh sebuah kalung yang disebut sebagai tanda mata. Kalung itu, memang akan diberikan kepada seorang putri bangsawan setelah menginjak usia dewasa. Tanda mata juga diberikan sebagai perwujudan doa dan harapan yang dimiliki oleh kedua orang tua.     Sebelumnya, Olevey memang sudah memiliki tanda mata. Namun, karena berbagai alasan, tanda mata tersebut tidak lagi bisa digunakan olehnya. Olevey tidak menyangka, jika dirinya akan mendapatkan tanda mata kembali dari kedua orang tuanya. “Bukankah ini sangat cantik? Apa Nona ingin memakainya sekarang?” tanya Katia. Pelayan satu itu memang sengaja menanyakan apa Olevey ingin mengenakannya atau tidak, karena kebetulah Olevey belum menggunakan kalung yang sudah disediakan oleh istana.     Olevey mengangguk. Ia tidak merasa jika keputusannya untuk menggunakan kalung sebagai tanda mata tersebut. Toh permata kalung tersebut serasi dengan warna gaun yang ia kenakan saat ini. Katia pun membantu Olevey untuk menggunakan kalung tersebut. Beberapa saat kemudian, Olevey pun sudah sepenuhnya siap. Dibantu oleh Katia dan yang lainnya, Olevey pun turun dari kamarnya untuk segera berangkat menuju istana. Tentu saja, Ilse dan Walfred selaku orang tua Olevey akan mengantarkan putri mereka ke istana.     Tak membutuhkan waktu lama, rombongan Olevey tiba di istana yang memang sudah dipenuhi oleh rakyat yang diundang untuk menghadiri upacara pemberkatan yang akan dipimpin oleh sang Raja secara langsung. Tentu saja, anggota keluarga kerajaan Xilen juga hadir di sana. Olevey melangkah dengan begitu anggun dan membuat semua orang yang melihatnya terpukau dengan mudahnya. Karena itu pulalah, semua orang yakin jika desas-desus mengenai dirinya yang terpilih secara mutlak oleh kupu-kupu agung, adalah kabar yang benar adanya. Sosoknya memang menawan, hingga membuat semua orang yang melihatnya terpukau.     “Aku, Karl de Hartman sebagai seorang Raja di kerajaan Xilen memberkati Lady Olevey Meinhard sebagai gadis persembahan tahun ini. Semoga keselamatan senantiasa menyertaimu, hingga kamu kembali dengan membawa kebanggaan bagi keluarga dan negrimu,” ucap Karl sembari menyentuh puncak kepala Olevey yang saat ini berlutut di hadapannya.     Setelah mendapatkan pemberkatan tersebut, Olevey dibantu berdiri  dan dengan sopan menunduk di hadapan sang raja yang kini memasang senyum pada Olevey. Karl lalu menatap Walferd dan berkata, “Aku sudah lama tidak bertemu dengan Olevey, semenjak pesta debutande dirinya. Sekalinya bertemu, Olevey sudah tumbuh menjadi gadis cantik yang sudah siap untuk menikah.”     Walferd tentu saja mengerti dengan apa yang ingin disampaikan oleh Karl. “Olevey masih terlalu manja, jika harus menanggung tanggung jawab sebagai seorang istri dan nyonya sebuah kediaman bangsawan,” ucap Walferd.     Karl pun tertawa. “Begitukah? Sepertinya, para pria bangsawan yang berniat meminang putrimu akan kecewa saat mendengar apa yang kamu katakan,” seloroh Karl sembari melirik Leopold yang tak lain adalah putranya yang menduduki posisi putra mahkota.     Tak lama, kini Olevey segera diarahkan untuk menuju kereta kuda dan kereta barang yang akan menuju tempat persembahan yang berada di sebuah lembah yang berada di daerah paling ujung kerajaan Xilen ini. Daerah itu selalu saja terasa dingin, dan agak gelap meskipun siang hari yang cerah. Sejak dahulu kala, dipercaya jika para iblis yang murka dan mengacaukan tatanan kehidupan manusia, selalu muncul di sana. Karena itula, lembah gelap tersebut disebut sebagai portal penghubung antara dunia manusia dan dunia iblis. Lembah Darc, itulah namanya. Lembah yang juga dinobatkan sebagai tempat persembahan dari tahun ke tahun.     Olevey tentu saja berpamitan pada kedua orang tua, anggota keluarga kerajaan, hingga Katia. Hal itu terjadi, karena pada akhirnya, Olevey akan ditinggalkan sendirian selama semalaman. Sebelum keeseokan harinya, ia akan dijemput kembali setelah tugasnya sebagai gadis persembahan selesai. Saat akan naik ke kereta kuda, Olevey dibantu oleh Leopold sang putra mahkota yang bisa dibilang sebagai teman masa kecilnya. Olevey menyunggingkan senyum manis saat dirinya sudah berhasil menaiki kereta kuda atas bantuan Leopold. Namun, Leopold terlihat sangat enggan untuk melepaskan genggaman tangannya pada Olevey.     “Ada apa?” tanya Olevey. Ia dan Leopld memang sudah terbiasa berbicara dengan santai saat mereka berbicara secara pribadi.     “Berjanjilah padaku, jika kamu akan kembali dengan selamat,” jawab Leopold dengan penuh keseriusan.     Mendengar ucapan Leopold tersebut, Olevey tidak bisa menahan diri untuk terkekeh dengan anggunnya. Hal tersebut membuat orang-orang yang melihat interaksi Olevey dan Leopold merasa terpukau. Keduanya, tampak begitu serasi jika menjadi pasangan. Mungkin, keduanya bisa dinobatkan sebagai pasangan paling memesona di kerajaan Xilen ini. Leopold mengetatkan genggaman tangannya dan berkata, “Vey, aku sama sekali tidak tengah bercanda. Berjanjilah padaku agar kamu kembali dengan selamat tanpa kekurangan suatu apa pun. Bagaimanapun caranya, kamu harus kembali karena ada hal yang ingin aku katakan padamu.”     “Ah, maafkan aku, Leo. Karena jujur saja, apa yang kamu katakan terasa sangat lucu bagiku. Bukankah kamu sendiri tau, tidak ada satu pun gadis yang kembali dengan keadaan terluka? Maka, aku pun akan melakukan hal yang sama. Aku akan kembali dengan keadaan selamat. Kamu tidak perlu ragu akan hal itu. Tentu saja aku harus kembali, karena aku ingin mengetahui apa yang ingin kamu katakan padaku.”     Setelah mengatakan hal tersebut, Leopold pun menghela napas dan mencium punggung tangan Olevey sebagai sebuah etika, lalu melepaskan tangan lembut tersebut. Tak menunggu waktu lama, rombongan kereta kuda yang membawa Olevey dan semua persembahan berangkat menuju lembar Darc, diiringi dengan doa dan harapan yang dipanjatkan oleh semua rakyat kerajaan Xilen. Tentu saja, semua orang berdoa agar Olevey bisa kembali dan membawa batu rubi indah yang menunjukkan kepuasan sang Iblis atas persembahan tahun ini. Itu artinya, negeri ini tidak akan dihinggapi oleh wabah atau malapetaka lainnya, karena sang iblis tidak akan menunjukkan kemurkaannya.     Namun, keesokan harinya tersiar kabar yang menggemparkan seantero kerajaan Xilen. Olevey menghilang! Ya, Olevey menghilang dengan semua harta yang masih tertata rapi di lembah Darc. Hanya saja, di mana sebelumnya Olevey duduk sebagai gadis persembahan, posisi tersebut sudah digantikan oleh bongkahan batu rubi yang begitu berkilau dan indah. Batu rubi terbesar dan terindah yang pernah dilihat oleh seluruh rakyat kerajaan Xilen. Batu rubi yang menjadi pertanda, betapa Olevey menjadi persembahan yang sangat dihargai oleh sang Iblis.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD