Akhir dari Takdir

1416 Words
    “Bulannya sudah berganti merah,” gumam Olevey sembari melihat langit malam yang dihiasi oleh bulan sempurna yang berpendar merah. Terasa sangat misterius bagi Olevey, melihat bulan yang berganti berwarna semerah darah ini. Tentu saja, ini kali pertama bagi Olevey melihat bulan yang berwarna merah.     Merah darah atau merah rubi? Olevey tidak bisa memisahkan dan membedakannya. Hanya saja, warna merah itu membuatnya teringat dengan warna netra Diederich. Olevey tanpa sadar menyentuh bibirnya dengan jemari lembutnya. Olevey pun menggigit bibirnya saat teringat kembali kejadian beberapa hari yang lalu, di mana Diederich dengan tanpa tahu malu mencium dan mengulum bibirnya. Olevey menghela napas panjang. “Kenapa aku memikirkan hal memalukan itu?” tanya Olevey pada dirinya sendiri.     Olevey berpikir, jika dirinya tidak boleh memikirkan atau bahkan merasakan hal ini terhadap Diederich. Benar-benar aneh dan tidak masuk akal bagi Olevey. Untuk kesekian kalinya, Olevey menghela napas panjang dan hal itu membuat Jannet yang masih berada di dalam kamar Olevey menatap nona muda tersebut dengan pandangan penuh tanda tanya. “Beberapa hari ini, Nona terlihat seperti memiliki sesuatu yang berat untuk dipikirkan. Sebenarnya, apa yang mengganggu Nona sampai seperti ini?” tanya Jannet.     Olevey menoleh pada Jannet yang rupanya baru selesai mengganti seprai. Jannet kini tidak lagi terlihat berpenampilan sempurna seperti manusia. Menurut penjelasan Jannet, karena efek bulan merah yang berpendar sempurna, tubuh Jannet akan bereaksi alami dengan cahaya bulan merah yang kabarnya memberikan energi kehidupan bagi para iblis. Saat ini, kuku dan gigi Jannet tampak meruncing. Telinganya juga meruncing dan sedikit memanjang. Tentu saja, tampilan Jannet cukup jauh dari tampilan biasanya yang ia tunjukkan pada Olevey.     Namun, Olevey tidak merasa jika penampilan Jannet ini menakutkan. Karena sebelumnya, Olevey sudah lebih dulu melihat tampilan yang berkali-kali lipat mengerikan daripada tampilan Jannet ini. Menurut Olevey, Jannet malahan masih terlihat cantik. Saat ini, Olevey sudah tidak membatasi dirinya seperti sebemulnya dengan Jannet. Ia sadar, jika Jannet adalah satu-satunya orang yang bisa membantunya. “Jannet, bisakah aku bertanya satu hal padamu?” tanya Olevey sembari duduk di kursi yang menghadap tepat pada pintu balkon yang terbuka.     “Tentu saja, Nona. Memangnya apa yang ingin Nona tanyakan?” tanya Jannet sembari mendekat pada Olevey.     “Dari salah satu buku yang pernah kau berikan, aku mengetahui satu fakta yang perlu konfirmasi darimu. Kabarnya, di salah satu hari di bulan merah ini, aka nada saatnya di mana para iblis berada di titik terlemahnya. Apa itu benar?” tanya Olevey.     Jannet terdiam. Ini adalah masalah sensitif bagi kaum iblis, tetapi Jannet tidak bisa menolak untuk memberikan jawaban atas pertanyaan Olevey barusan. Ia sudah ditugaskan secara resmi untuk menjadi pelayan Olevey yang sudah menjadi sosok penting dan mengundang banyak perhatian para iblis. Semenjak raja Diederich membinasakan ratusan iblis yang hadir dalam pesta bulan perak di mana Olevey sang gadis persembahan hadir, semua orang bertanya-tanya. Atas dasar apa sang raja yang berhati dingin, seakan-akan melakukan perlindungan ketat pada Olevey. Bahkan, sang raja tidak segan-segan untuk membinasakan bawahannya hanya untuk melindungi identitas sang gadis persembahan.     Karena alasan itulah, Diederich selama ini melarang Olevey ke luar dari kamarnya. Sebagai gantinya, Diederich menyediakan segala fasilitas yang mungkin dibutuhkan oleh Olevey. Mungkin, karena sudah terbiasa selalu menghabiskan waktu di kediamannya sendiri, Olevey tidak merasa terkurung. Hanya saja, mengingat fakta jika ini bukanlah rumahnya sendiri, Olevey menjadi memiliki dorongan untuk ke luar dan melarikan diri dari sini. Olevey harus kembali ke dunianya sendiri karena ini bukan tempatnya. Ia yakin jika pasti ada jalan dan ada alasan kembali baginya. Diederich hanya memaksakan kehendaknya, dan pasti dewa akan mengirimkan bantuan dengan membukakan jalan bagi Olevey.     “Benar, ada satu hari di masa bulan merah di mana bulan yang tadinya berpendar terang, akan menghilang. Langit malam akan ditinggalkan oleh cahaya. Saat itulah seluruh makhluk di dunia iblis berada di titik terlemah mereka. Memang benar, bulan merah memberikan energi kehidupan sepanjang masa bulan merah berpendar. Namun, ketika bulan merah menghilang, saat itu para iblis tiba untuk mengolah energi yang diterima selama bulan merah. Di masa itu, konsentrasi dan kemampuan para iblis akan menurun,” ucap Jannet memberikan penjelasan.       **           “Yang Mulia Raja Diederich memanggil Anda,” ucap seorang pengawal dari ambang pintu. Tentu saja, ia juga seorang iblis, terlihat dari kedua netranya yang sepenuhnya berwarna hitam, dengan setitik warna putih di tengah netranya.     Olevey yang semula tengah menikmati buku yang tengah ia baca, tentu saja mengernyitkan keningnya. Ia sama sekali tidak ingin bertemu dengan iblis satu itu. Apalagi setelah kejadian memalukan, di mana dirinya tidak bisa melepaskan diri dari pelukan Diederich dan menerima ciuman memabukkan yang diberikan raja iblis itu. Olevey berdeham untuk mengenyahkan pikiran memalukan yang tengah memenuhi benaknya. “Tunggu di luar, aku harus berganti pakaian,” ucap Olevey.     Jannet tentu saja segera bergerak untuk menyiapkan gaun ganti bagi Olevey. Namun, saat Jannet akan meriasnya, Olevey menolak. “Cukup, Jannet,” ucap Olevey lalu bangkit untuk melangkah menuju Diederich yang tengah menunggunya.     Sepanjang perjalanan, Olevey dan Jannet sama sekali tidak berpapasan dengan siapa pun. Bahkan, pengawal yang tadi menyampaikan pesan dari Diederich pun sudah tidak lagi terlihat. Awalnya, Olevey berpikir jika pengawal itu menunggu dirinya. Namun, saat ini Olevey merasa jika ini adalah hal yang menguntungkan baginya. Meskipun terlihat hanya memandang lurus ke depan, dari sudut mata Olevey kini ia sibuk mengamati ke sekeliling jalan, menelisik kemungkinan jalan yang bisa membawa dirinya ke luar dari kastil dan membawanya kembali ke perbatasan dunia iblis dan dunia manusia.     “Nona, sepertinya Yang Mulia Raja menunggu Anda di taman istana raja,” ucap Jannet sembari menunjukkan jalan yang harus dilalui oleh Olevey.     Olevey memuji keindahan kastil milik Diederich ini, meskipun terkesan kelam dan misterius, tetapi kesal elegan dan keindahannya tidak bisa diabaikan. Jika saja Olevey tidak mengetahui jika pemilik istana ini adalah seorang iblis, Olevey mungkin tidak akan segan-segan untuk memuji siapa pun yang sudah membangunnya. “Tolong ke mari, Nona,” ucap Jannet.     Lalu Olevey terlihat begitu terpukau dengan keindahan taman—ah, bukan. Ini tidak seperti taman. Rasanya lebih cocok disebut sebagai padang bunga. Selain karena areanya yang luas, rasanya berbagai bunga indah terlihat tumbuh dengan subur di sana. Di taman bunga tersebut, ada juga dua buah gazebo yang berdiri. Salah satunya ada di dekat Olevey, sementara yang satunya letaknya agak di tengah. Jika ingin menuju gazebo itu, Olevey perlu untuk menyeberangi sebuah danau buatan melalui jembatan melengkung yang indah.     Olevey menoleh saat merasakan Jannet sudah tidak berada di sampingnya. “Jannet?”     “Ya, Nona?” tanya Jannet yang rupanya berpindah ke sisi lain.     “Aku kira kamu pergi. Sekarang aku harus pergi ke mana?” tanya Olevey.     “Mari Nona, kita harus menuju gazebo yang berada di tengah taman.” Jannet lalu memberikan jalan pada Olevey. Tentu saja Olevey melangkah dengan anggun sesuai dengan arah yang ditunjukkan oleh Jannet.     Namun ketika berada di ujung jembatan, Olevey mengernyitkan keningnya. “Tidak ada siapa pun di gazebo,” ucap Olevey.     “Sepertinya, Nona harus menunggu,” jawab Jannet.     Meskipun merasa aneh dengan situasi saat ini, Olevey pun melangkah kembali. Tentu saja Olevey tidak mau membuat masalah, apalagi Diederich sendiri yang sudah memberikan perintah padanya untuk ke luar dari kamar dan menemuinya. Namun, begitu Olevey tiba di tengah jembatan melengkung tersebut, Olevey merasakan hawa dingin menerpa punggungnya yang dibalut gaun indah sederhana. Olevey tidak bisa menolak dorongan untuk menoleh, berniat untuk menanyakan sesuatu lagi pada Jannet.     Hanya saja, betapa terkejutnya Olevey saat melihat sosok Jannet sudah digantikan oleh sosok iblis mengerikan yang tidak pernah Olevey temui sebelumnya. Belum sempat Olevey bereaksi, tubuhnya yang ramping dengan kasarnya di dorong hingga membentur sisi pengaman jembatan. Namun, karena pagar tersebut tidak terlalu tinggi, itu tidak bisa menahan Olevey hingga Olevey yang kehilangan keseimbangan tidak lagi memiliki pegangan atau tumpuan hingga dirinya jatuh secara sempurna, tercebur ke dalam danau buatan yang tampak begitu gelap.     “Tolong!” teriak Olevey sembari berusaha untuk melawan rasa berat gaunnya yang basah dan mencoba untuk tetap berada di permukaan air. Olevey berusaha untuk mempertahankan konsentrasi dan kesadarannya. Sementara iblis yang mendorongnya sudah menghilang entah ke mana.     Olevey merasakan pergelangan kakinya ditarik oleh sesuatu. Olevey panik, tetapi begitu melihat Diederich yang berdiri di tepi danau, Olevey merasakan harapan menyusup ke dalam hatinya. Meskipun tampilan Diederich agak berbeda daripada sebelumnya, Olevey masih yakin jika itu adalah Diederich dan Olevey tidak membuang waktu untuk meminta pertolongan. “Tolong, tolong aku!” teriak Olevey.     Namun, Diederich sama sekali tidak beranjak dari posisinya. Ia malah memberikan tatapan dingin yang menusuk, membuat Olevey tersadar. Diederich adalah iblis, bahkan dia adalah seorang iblis. Rasanya mustahil jika Diederich memiliki rasa empati dan mau menolongnya. Olevey merasa putus asa. Ia tidak lagi bisa bertahan. Tubuhnya terasa berat, dan suhu dingin yang melingkupinya semakin menjadi. Tarikan pada kaki Olevey semakin kuat dan Olevey pun tertarik sepenuhnya ke dalam air. Samar-samar, sebelum tak sadarkan diri, Olevey mendengar bisikan-bisikan yang membuatnya semakin yakin, jika ini adalah akhir hidupnya.       “Kau akan mati.”     “Kau akan berakhir di neraka.”     “Kau akan menjadi bagian dari kami.”     “Ucapkan selamat tinggal pada keluargamu.”     “Ini adalah akhir dari takdirmu, sang Gadis Persembahan.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD