Baru saja pikiran Zidan melayang memikirkan seorang Hunter Angel. Lamunannya tiba-tiba dibuyarkan oleh sebuah getar ponsel yang ada di saku jasnya. Drrt… Drrt… Seketika kerutan muncul di sekitar keningnya. Ada perasaan kesal yang tidak bias di ungkapkan dengan kata-kata. “Brengsk! Tidak bisakah menunggu aku selesai berpikir?” sorot kelam mata Zidan sudah cukup menjadi saksi dia sedang kesal saat ini. Tanpa melihat siapa yang menelepon, Zidan mengangkatnya begitu saja. // Ada urusan apa kau menggangguku, brengsk! Dari nada bicaranya saja sudah di pastikan bahwa Zidan tengah murka //Maaf Tuan, saya Jane menghubungi anda karena ingin memberitahu bahwa Nyonya Nabila sudah sadarkan diri, Jane berbicara dengan sedikit gemetar. Padahal dia sudah bertahun-tahun berada disisi Zidan. Tapi