121. Sudah Waktunya Bertemu 3

1055 Words

Mobil hitam yang dikemudikan oleh David pergi meninggalkan pelataran Rumah Sakit XX dengan keadaan hening. Tak ada percakapan diantara keduanya, bahkan David yang biasanya antusias berbicara pada Nabila memilih diam dan acuh. Hanya ada suara deru mesin dan riuhnya kendaraan yang lalu lalang. ‘Keheningan ini benar-benar bisa membunuhku,’ batin Nabila seraya mengurut keningnya yang terasa pening. Nabila hanya bisa memandangi jalan dari sisi kaca pintu mobil dengan mulut terkatup. Sesekali dia menyandarkan kepalanya yang pening dengan posisi menyamping untuk menghindari bahunya yang terluka tembak terbentur kursi jok mobil. Tanpa sadar, keringat dingin yang sudah membasahi wajahnya yang semakin terlihat pucat pasih. Demi menahan rasa sakit, kedua telapak tangannya diam-diam saling meremas

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD