Hari kian sore, kami dan semua rombongan memutuskan untuk kembali ke desa kami. Albert masih tetap sama tak ingin lepas dari ku. ditengah perjalanan mobil kami di kepung, semua penumpang di paksa turun. tubuh Al semakin di tenggelam kan di pelukan ku begitu pun Eca dia langsung menggendong zaen. sepasang orang tua dan anak saling menjerit ketakutan karena di paksa mengikuti instruksi para pria berbadan besar, tegap untuk berpindah mobil.
" tuhan apa yang terjadi? selamat kanlah kami semua"ucapku dalam hati
Ku edarkan pandanganku ke sekeliling, merasa tak ada yang memperhatikan kami, aku segera menarik Eca, mengendap endap masuk ke hutan. kami berlari cukup jauh dan hari sudah semakin gelap, kami memutuskan untuk berhenti sejenak mengistirahatkan tubuh kami, untung tas ku tak pernah ku lepas tadi, makanan bekal masih utuh jadi lumayan bisa menganjal perut.
Marasa cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan siapa tau menemukan pos penjagaan polhut. berjalan selama 15 menit aku melihat bangunan besar nan gelap dan sepi, meski takut aku tetap hampiri kerena itulah harapan kami satu satunya untuk berteduh malam ini.
"Cilll.,.. yakin mau istirahat di sana, serem banget" ucap Eca sedikit gemetar
"tak ada pilihan lain Ca, bismillah saja ok" jawab ku sambil mengelus rambut Al yang terlelap di gendongan ku
"hmmn... bismillah"sahut Eca
Baru masuk beberapa langkah aku di buat takjub, ternyata bangunan ini di sebelah kanan terbuat dari kaca, sedangkan kiri ada beberapa pintu. Asyik dengan lamuanan aku tersadar saat mendengar suara Eca
" Cil tolong"
ku balikkan badan ternyata Eca sudah berada di genggaman seorang pria yang cukup sangar
" lepaskan teman ku" teriak ku sambil mencoba menyerang lelaki itu tak lupa ku pegang erat pisau lipat kesayangan ku
srettt
berhasil ku lukai lelaki tangan itu, segera ku tarik tangan Eca, menjoba melarikan diri" ayo ca lari" terus menarik tangan Eca sesekali melirik ke belakang, saat tersadar seperti ada yang bergetar dalam pelukan ku , ku tundukkan pandanganku Al ternyata terbangun
"tentang Al percaya pada Tante semua akan baik-baik saja, Al pejamkan mata jika takut ok" ucapku yang di jawab anggukan
kuangkat pandangan ku kedepan ku lihat pintu yang ku yakin jalan keluar
"Ca cepat lari ke pintu itu kita akan bisa keluar"
seolah ada secercah harapan Eca memandangiku an mengangguk dengan senyum terpatri di bibirnya. dengan semangat kami mencapai pintu, karena lelaki yang terus mengejar kami semakin dekat tanpa berpikir panjang kami membuka pintu itu, masuk dan langsung menutup tak lupa menguncinya . kami saling pandang dan tersenyum satu sama lain tak lupa mengucapkan syukur "Alhamdulillah..... kita sekarang aman" ucap kami bersamaan tanpa memandang ke depan
saat kami berusaha mengatur nafas, tiba tiba aku meras udara sekitar semakin dingin, aku semakin mengeratkan pelukan ku pada Al, tanpa berpikir aneh karena menurut ku wajar dingin secara kita ada di alam bebas. sesaat kemudian aku merasa aneh dengan Eva yang terus menarik ujung bajuku. ku alihkan pandangan ku dari Al ke Eca dan bertanya melalui kode mata karena takut jika berbicara akan membangun kan Al yang baru kembali terlelap. Eca kembali menjawab dwngan isyarat yang ki pikir artinya mengajak meneruskan perjalanan
" sabar Ca aku masih mengatur nafas"bisikku
tapi entah kenapa Eca Masih saja melakukan hal yang sama, padahal sudah berkali-kali ku jawab " iya Eca bentar"
mungkin karena geregetan akan jawabanku akhirnya Eca berteriak " lihat kedepan"
sambil ku pelototi dia karena teriak kannya yang hampir membangun Al, sambil ku angkat pandangan ku ke depan.
Dan ternyata....