AX 2 [Orion]

938 Words
Rei masuk ke rumah dengan langhkah penuh amarah. Ia mencari-cari keberadaan kedua orang tuanya.   “PAPA! MAMA! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!” Rei berteriak dalam rumah luasnya tersebut dengan berjalan kesana kemari mencari batang hidup kedua orang tuanya. Dan akhirnya Rei menemukan mereka di ruang keluarga sedang saling berdiam diri dengan kesibukan masing-masing.   “Ada apa Rei? Kamu pulang sekolah bukannya salam dulu, malah teriak-teriak kaya orang utan aja.” Mama Rei menghentikan kegiatannya yang sedang membaca beberapa jurnal, dan ia menatap Rei dengan tatapan hangat tapi menyimpan sedikit amarah.   “Kenapa Papa sama Mama suka berbuat seenaknya saja, tanya Rei dulu kalau misal kalian berdua mau Rei masuk ke Starlight School.” Rei mulai berbicara pelan tetapi masih dengan nada amarahnya, ia sungguh kecewa sama kedua orang tuanya yang selalu saja mengatur hal sesuka mereka saja.   “Maksud kamu apa? Kamu mau masuk Starlight School? Bukannya sekolah tersebut sudah tutup pendaftaran yah?” Kali ini Papa Rei ikut masuk ke dalam pembicaraan yang masih abu-abu tersebut.   “Jangan pura-pura tidak mengetahui apapun Papa,” ketus Rei dengan menatap Papanya tidak senang.   “Sebenarnya, kamu sedang membicarakan apa Rei? Kami berdua tidak mengerti,” tanya mama Rei tersebut.   “Singkat saja, Rei nggak lulus di sekolah victon, tetapi Rei di terima lanjut untuk seleksi berikutnya di Starlight School. Ini semua pasti kerjaan Papa dan Mama tanpa sepengetahuan Rei kan?” jelas Rei dengan singkat dan itu membuat kedua orang tua Rei kaget.   “Kamu nggak lulus?” tanya Papa Rei dengan spontan.   “Kamu lulus seleksi tahap satu di Starlight School?” kali ini yang bertanya adalah Mamanya Rei.   “Jadi, kalian berdua tidak tau?” tanya Rei kembali dengan nada yang sangat pelan dan ragu-ragu. Ya, mereka saling melemparkan pertanyaan seakan sudah jelas sekali banyak kesalahpahaman diantara mereka. “Iya, kami belum tau apapun. Kamu aja sebaik masuk rumah sudah teriak-teriak dan bicara hal yang tidak kami mengerti.” Papa Rei tersebut menghelakan napasnya melihat anak tunggalnya tersebut, sungguh sangat keras kepala pikirnya.   “Iya iya, Rei minta maaf deh.” Rei minta maaf dan duduk di sofa tepat di depan kedua orang tuanya yang sedang memasang muka interogasi kepada Rei.   “Jadi, sejak kapan kamu mendaftar ke Starlight School? Kenapa Papa dan Mama tidak tau hal itu, kami pikir kamu sudah ingin berhenti sekolah saja.”   Rei terlihat tidak nyaman dengan keadaan sekarang, ini benar-benar diluar ekspetasinya, bagaimana mungkin nilai dia semua dibawah kkm sekolah dan lulus seleksi tahap pertama waktu masuk ke Starlight School? Itu sangat tidak mungkin pikir Rei.   “Seminggu yang lalu, aku hanya iseng mendaftar karena sebuah taruhan,” jelas Rei dengan tatapan tidak minat akan pembahasan mereka sekarang.   “Kamu waktu daftar pakai nama asli?” tanya Papa Rei sekali lagi.   Rei yang aneh mendengar pertanyaan tersebut hanya mengangguk dengan tatapan bertanya-tanya. Dan setelahnya kedua orang tuanya tersebut saling manggut-manggut.   “Emang kenapa?” tanya Rei penasaran.   “Yah, di nama kamu kan ada nama keluarga kita Rei,” jawab Papanya singkat.   “Terus kenapa?” tanya Rei lagi seakan dirinya tiba-tiba bodoh.   “Papa kan donatur disana.” Kalimat singkat Papanya tersebut membuat Rei membulatkan matanya dan ia juga merasa ... kebingungan?   “Sepertinya Papa suka bagi-bagi duit gratis ke banyak tempat yah?” tanya Rei dengan nada polos tapi terkesan menyindir.   “Daripada berfoya-foya nggak jelas,” sahut Mama Rei.   Ya, keluarga Victon merupakan keluarga yang sangat terpandang dan beribawa. Mereka juga memiliki pengaruh kuat di berbagai belahan dunia dan memang sudah sangat kaya sedari lama.   Belliard Luxer Victon, merupakan nama dari Papa Rei tersebut. Victon sendiri memang sudah terlahir dari keluarga yang sangat kaya, karena ia merupakan anak tunggal jadi ia yang memegang berbagai perusahaan besar keluarganya, sampai-sampai dia bingung bagaimana cara memakai uang yang banyaknya seperti lautan air, hingga suatu saat ia memutuskan untuk menjadi donatur berbagai sekolah yang menurutnya memiliki kualitas yang baik.   Liana Acery Victon, merupakan nama dari Mama Rei, sudah jelas sekali ia merupakan istri dari Victon dengan mengenali nama belakangnya. Liana sendiri juga merupakan orang yang sudah terpandang dan sangat berbakat dari ia kecil. Ia keturunan bangsawan dengan seribu bakat dalam dirinya, tetapi karena ia lebih menyukai pergaulan yang bebas, jadi ia memutuskan untuk melepaskan keturunan bangsawannya dan hidup di luar kerajaan. Tetapi, walaupun begitu, Liana tetap disayang oleh keluarga aslinya dan ia juga dipercayakan memegang beberapa usaha milik keluarganya.   Victon dan Liana tersendiri merupakan perpaduan yang sangat sempurna dan saling melengkapi, kebersamaan dan keromantisan mereka kerap sekali membuat orang iri, apalagi semenjak kedatangan Rei dalam keluarga mereka, terlihat jelas sekali Keluarga Victon merupakan keluarga idaman semua orang.   “Rei nggak mau sekolah disana,” terangnya.   “Kenapa?” tanya Liana dengan mata yang memicing.   “Sekolah itu sangat buruk dan kejam,” jawab Rei dengan pandangan yang sulit diartikan.   “Bukannya sekolah seperti itu yang kamu inginkan?” tanya Victon, ia masih melanjutkan membaca berbagai berkas yang ada di meja ruang keluarga tersebut.   “Iya, tapi sistem sekolah itu sangat buruk.” Rei menghelakan napasnya, ia bingung mau mencari argumen apa, jika ia bilang hal yang benar apakah mereka akan percaya? Sepertinya tidak.   “Coba saja dahulu, jika kamu merasa malas, ya tinggal keluar,” ujar Liana tanpa beban.   “Yha ... Lagian aku nggak lulus.” Rei juga bingung dengan hal yang itu, dia tidak lulus tapi bisa lolos ke Starlight School, sungguh semuanya sangat aneh dan mengerikan pikir Rei.   “Papa kamu kan pemegang saham terbesar Rei, itu pasti akan mudah untuk mengurusnya, sebaiknya kamu bersiap-siap untuk tes di Starlight School,” saran Liana.   “Oke, baiklah, akan Rei coba ... walaupun sebenarnya ini cukup menarik.” Rei pun bangkit dari duduknya dan pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas.   Jangan bertanya kenapa orang tua Rei tidak mempermasalahkan kebodohan Rei di sekolahnya. Itu semua sebenarnya karena orang tua Rei tahu dengan jelas anaknya cerdas, tetapi pemalas. Mereka sudah tau Rei itu sangat berbakat, bahkan sangat sempurna, hanya saja Rei sendiri yang tidak mau mengeksplor bakatnya tersebut.   Rei melepaskan sepatu, dasi, dan juga ikat pinggangnya. Lalu membuka pakaiannya dan menggantinya dengan baju yang menurutnya nyaman. Setelahnya ia merebahkan dirinya diatas tempat tidur king size.   “Semoga ini semua mimpi,” gumamnya.   Setelah beberapa menit dan akhirnya ia tertidur dengan tenang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD