Chapter 97 : Lari Terakhir Menuju Kehidupan

1485 Words

Pukul 00.01, tanggal 8 Juli. Ulang tahun Yulianto baru saja dimulai, dan satu kejutan terbesar hidupnya tiba bersamaan dengan teriakan yang membuatnya membeku di tempat: "MASSSS…! SAKIT...…!" Yulianto berdiri mematung. Otaknya seperti menunda fungsi selama dua detik penuh. Lalu, seolah sadar bahwa ini bukan mimpi, ia tersentak dan berteriak: "Air ketuban! Air ketubannya pecah!" Miura meringis, menggenggam pinggiran meja, napasnya ngos-ngosan. "LAO GONGGGG… JANGAN CUMA BENGONG!" Yulianto menoleh ke kanan, ke kiri, lalu ke bawah, lalu ke kanan lagi. Panik. Tapi hanya sebentar. Sifatnya yang sabar, tenang, dan entah bagaimana—sudah diam-diam dilatih lewat tumpukan buku, podcast, dan simulasi bersama Alice tentang “menjadi suami siaga”—membuatnya langsung bergerak. Ia membuka ponselnya.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD