Chapter 88 : Cinta, Canda dan Sebuah Kabar

2012 Words

Pagi itu, kabut belum sepenuhnya mengangkat tirainya dari bukit-bukit kecil di belakang Rumah Cinta Tanpa Sekat. Embun masih menggantung manja di pucuk-pucuk daun, sementara aroma kayu basah dan wangi jahe dari dapur mulai berbaur membentuk pagi yang hangat dan menyenangkan. Suasana masih tenang, sampai— "Mas Yul..." suara Miura lirih namun manja terdengar dari dapur. Ia mengenakan daster bermotif semangka dengan rambut dicepol asal-asalan. Senyumnya terbit lebih pagi daripada matahari. Yulianto, yang sedang duduk di beranda sambil menyapu daun kering, menoleh dengan senyum yang langsung mengembang. "Ya, sayang?" Yulianto tertawa terbahak, sampai sapunya terjatuh. "Wah, kalau gitu kamu harus hati-hati. Gula batu lama-lama bisa bikin gigimu copot." Miura meringis lucu, lalu duduk di sa

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD