Bab 8

1201 Words
Rey melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang cukup lenggang. Wajahnya terlihat cemas setelah mendapatkan telepon dari rekannya, Mark, beberapa saat yang lalu. Beberapa menit kemudian, mobil Rey berhenti di depan mansion milik Alex. Ia segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam mansion. Kepala pelayan mansion, Nancy Wu, menyambutnya, "Akhirnya Tuan Zhang datang juga," ucapnya lega. "Di mana Alex?" tanya Rey. "Tuan Muda berada di kamarnya, sekarang sudah ada Tuan Mark yang menemaninya," jelas kepala pelayan itu. Rey mengangguk dan meninggalkan Nancy menuju ke kamar Alex di lantai dua. Rey melangkahkan kakinya masuk ke kamar Alex. Ia memperhatikan ke sekeliling kamar. Lantai kamar dengan pecahan kaca yang berasal dari beberapa bingkai foto yang berserakan. Ia sudah mengetahui masalah yang terjadi tanpa perlu ia tanyakan kepada si pemilik kamar itu. Matanya sekarang tertuju kepada kedua sosok pria yang duduk di sofa kamar itu. Ia menghela nafas pelan dan berjalan mendekati mereka. "Alex, Mark," sapa Rey. Tercium bau alkohol yang begitu kuat sejak ia masuk ke kamar itu. "Pak Rey, akhirnya kamu datang juga," ucap Mark lega. Rey dan Alex adalah sahabat baik sejak kecil. Walau Mark adalah rekan kerja Rey sekaligus asisten pribadi Alex juga, tetapi perbedaan status sosial mereka, wajar bagi Mark untuk bersikap sopan kepada Rey. "Apa lamarannya gagal?" tanya Rey kepada Mark. Mark menghela nafas pelan dan mengangguk. "Sejak tadi Pak Alex mabuk-mabukan saja, sudah saya larang tetapi tidak digubris, hingga akhirnya ia tertidur sendiri." Mark menjelaskan situasinya kepada Rey. Rey menatap Alex yang sudah memejamkan matanya dan tidak mendengarkan pembicaraan mereka saat ini. Rey membantu Mark membawa tubuh Alex yang besar ke atas tempat tidur dan menyelimutinya hingga sebatas leher. "Lebih baik biarkan ia istirahat dahulu. Kamu kembalilah ke kantor, aku akan menunggunya di sini, Mark," ucap Rey. "Baiklah, Pak Rey," pamit Mark dan keluar dari ruangan. Rey duduk di sofa tempat tadi Mark dan Alex duduk. Ia membuka ponselnya dan mengecek email masuk, mengerjakan tugas yang terbengkalai akhir-akhir ini karena menunggui Sierra di rumah sakit. ° ° ° Hari sudah menjelang sore, Alex membuka matanya perlahan. Ia menutup matanya dengan lengannya dan membukanya lagi. Pria itu mencoba bangun dari tidurnya, tetapi kepalanya terasa begitu sakit. Ia memijat pelipisnya dan meringis. "Kamu sudah sadar, Lex?" tanya Rey yang saat itu masih berada di kamarnya. Rey berjalan mendekati Alex dan membantunya duduk di tempat tidur. "Bagaimana? Apa kepalamu masih sakit?" tanyanya lagi. "Sekarang jam berapa?" tanya Alex tanpa menjawab pertanyaan Rey sebelumnya. Rey melihat jam tangan di pergelangannya, "Jam empat lewat sepuluh." Alex segera beranjak dari tempat tidurnya dan menggeser tubuh Rey yang menghalangi jalannya. Hanya beberapa langkah ia berjalan, tubuhnya terjatuh. Ia terduduk di lantai kamarnya. Rey menghela nafas pelan dan membantu Alex berdiri. "Kamu mau ke mana dengan kondisi begini, hah?" "Lepaskan aku. Aku mau bertemu dengan Angel," ucap Alex lirih dan menepis tangan Rey yang menopang tubuhnya, membuat dirinya terjatuh lagi. "Alex! Sadarlah! Bagaimana kamu menemuinya dengan kondisimu begini, hah!" hardik Rey kesal melihat Alex yang keras kepala. "Dan bukankah dia sudah menolak lamaranmu?" tanya Rey mencoba mengingatkan Alex. Alex memejamkan matanya erat dan memukul kedua tangannya ke lantai kamar itu dengan kuat hingga buku-buku tangannya mengeluarkan cairan berwarna merah tua pekat. "Alex! Kau sudah gila, apa!" teriak Rey dan mengangkat tubuh Alex. Ia menarik tubuh Alex dan mendudukkannya di atas sofa. "Lex, masih banyak wanita lain yang lebih baik di luar sana. Kalau Angel memang mencintaimu, seharusnya ia menerima lamaranmu, bukan?" Alex hanya diam mendengarkan ucapan sahabatnya itu. "Pikirkanlah selama ini bagaimana kalian menjalin hubungan? Apa kamu masih mau melanjutkan hubungan seperti itu?" lanjut Rey lagi yang memang mengetahui kisah cinta Alex dan Angel. Alex menelaah ucapan Rey. Ia membenarkan ucapan sahabatnya itu, memang benar dirinya juga sudah lelah menjalani hubungan di belakang layar seperti itu, makanya kemarin ia bermaksud melamar Angel agar mereka dapat mengekspos hubungannya ke publik. Alex berpikir Angel akan menerima lamarannya mengingat hubungan mereka yang sudah berjalan cukup lama, tetapi pikirannya salah. Ternyata Angel masih egois, masih memikirkan dirinya sendiri saja. Rey melihat Alex yang mulai tenang dan menepuk pundaknya. "Tunggulah di sini. Aku akan meminta Bibi Nancy membuatkan segelas madu." Rey berjalan meninggalkan ruangan itu. ° ° ° Dua bulan kemudian. Alex sudah kembali beraktivitas seperti biasa sejak kejadian penolakan lamarannya. Tidak perlu waktu lama bagi Alex untuk tenggelam dalam kesedihannya, ia menyibukkan dirinya dalam pekerjaan agar tidak teringat hal itu lagi dan caranya cukup berhasil. Apalagi Angel juga tidak pernah menghubunginya sejak saat itu. Alex berpikir mungkin memang benar bahwa Angel tidak pernah mencintainya. Saat ini Alex berada di dalam ruangan kantornya. Ia sedang membaca dokumen yang diberikan oleh Rey yang ingin meminta persetujuannya. "Bagaimana keadaan gadis itu?" tanya Alex kepada Rey yang saat ini duduk di depannya, tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen di tangannya. Rey mengerutkan keningnya heran. Sejak kapan ia memasukkan nama gadis di dalam dokumen yang ia berikan kepada Alex, pikirnya. Alex menurunkan dokumennya dan menatap wajah bingung rekannya itu. Ia mendengus pelan. "Aku tanya bagaimana keadaan gadis bernama Sierra itu, Rey," jelas Alex. Rey membulatkan mulutnya, "Oh … dia." "Gadis itu sudah lebih baik, hari ini Sierra sudah bisa keluar dari rumah sakit. Hasil rehabilitasinya berjalan lancar dan gips di kakinya sudah bisa dibuka hari ini," lapor Rey. Alex mengangguk-angguk pelan. "Baguslah kalau begitu, aku bisa sedikit lebih tenang. Terus bagaimana dengan … otaknya?" tanya Alex lagi mengingat ucapan gadis itu yang aneh ketika pertama kali mereka bertemu. Alex tidak berani menemui gadis itu. Ia tidak dapat melupakan tatapan yang diberikan gadis itu kepadanya. Sejak itu Alex tidak pernah menemuinya lagi, ia selalu meminta Rey atau Mark untuk mewakilinya menjenguk gadis itu. "Berdasarkan hasil laporan pemeriksaan, tidak ada masalah. Akhir-akhir ini juga ia semakin pintar, tidak seperti pertama kali …." ucap Rey terhenti dan tersenyum kecil mengingat kelakuan aneh gadis itu. Alex mengerutkan keningnya heran, menunggu kelanjutan ucapan Rey, tetapi rekannya itu hanya tertawa sendiri. "Kenapa dia?" tanya Alex penasaran. "Maaf, aku hanya teringat ketika ia memaksaku untuk mengajaknya menemuimu. Aku memberikan ponselku kepadanya untuk melakukan panggilan video call, tetapi ia malah membantingnya dan mengatakan aku berbohong kepadanya kalau ia bisa melihat wajahmu di telepon, hahaha … ekspresinya lucu banget waktu itu," jelas Rey tertawa geli mengingat kejadian itu. Sierra alias Ling Er waktu itu memang masih seorang gadis polos yang tidak tahu apapun mengenai segala macam teknologi jaman sekarang, tetapi karena memiliki otak yang encer, perlahan ia bisa menggunakannya dengan bantuan Rey dan Mark. "Oh ya? Gadis aneh," gumam Alex menyunggingkan senyumannya. Rey tertegun melihat sahabatnya itu, pasalnya sejak Alex berpisah dari Angel, sahabatnya itu jarang tersenyum. "Kenapa kamu tidak pernah menceritakannya?" tanya Alex lagi. "Aku lupa, aku pikir kamu tidak mau tahu tentang itu," kilah Rey, "tapi sekarang ia sudah tidak seaneh dulu lagi, sebenarnya ia gadis yang pintar. Mungkin karena benturan di kepalanya, ia jadi sedikit aneh," bela Rey yang mulai memiliki perasaan yang berbeda terhadap Ling Er. Alex mengangguk pelan dan melanjutkan membaca dokumennya. "Apa kamu mau ikut menjemput Sierra keluar dari rumah sakit?" tanya Rey yang bermaksud menjemput gadis itu nanti siang. "Tidak perlu. Kamu saja yang jemput," jawab Alex datar. "Baiklah. Kalau begitu hari ini aku ijin setengah hari ya, Bos," tutur Rey sambil mengedipkan satu matanya. Alex hanya berdecak sebal melihat tingkah rekan sekaligus sahabatnya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD