Zacky

1036 Words
“Tahu apa?” Tanya Velsa, “tahu lo lagi panik? Tahu lah orang gue pernah ngalamin ditatap gitu.” Sahutnya terkekeh pelan. “Cuman gue yang tahu.” Bisik Vianka pelan. Killa pun menghela nafasnya, “thanks ya.” Ujarnya. “Santai aja kali, udah sini lo baris bareng gue.” Ajak Lexia membuat Killa mengangguk. “Adem kan di belakang? Lo gak keringetan lagi.” Kekeh Lexia. Killa mengangguk, membuat Lexia tersenyum samar. Killa menatap ke depan, Vivi, Velsa, Kristal dan Vianka sangat berisik mereka terus berbicara padahal di belakang ada anggota OSIS yang bertugas. “Mereka kayak gitu Kill, walaupun ada OSIS di belakang mereka gak akan keganggu. Gosip terus berjalan.” Kekeh Lexia. Killa hanya terkekeh menanggapinya, “Kill.” Bisik Lexia. “Kenapa?” Tanya Killa menengok ke arah Lexia “Lo tahu cita – cita gue sejak kecil apa?” Tanya Lexia mendapat gelengan dari Kila. Lexia tersenyum kembali, “gue pengen jadi psikiater.” Ujarnya. “Kenapa?” Tanya Killa. “Gue pengen bantu orang – orang yang gue sayang sembuh, gue mau bantu mereka buat hidup seperti manusia pada umumnya.” Jelas Lexia, “gue mau bantu Vianka yang punya trauma sama masa lalunya, ada Velsa yang broken home dia selalu sendiri, ada Axel kakak gue yang punya banyak kepribadian.” Jelasnya. Killa merasa terlalu cepat untuk mengetahui semua tentang teman – temannya, “Xia..” Ucap Killa menahan Lexia. “Gak papa Kill, gue tahu lo temenan sama kita tulus kok.” Ujar Lexia, “dan satu lagi, gue juga mau bantu orang yang kayak lo.” “Maksudnya?” Tanya Killa. “Lo juga sakit kan?” Tebak Lexia. “Kalian semua udah tahu ya?” Tanya Killa balik. “Emang siapa aja?” Tanya Lexia. “Lo sama Vianka.” Ujar Killa. Lexia menggelengkan kepalanya, “gue gak tahu kalo Vianka tahu, gue baru lihat tadi waktu lo pindah barisan.” Ujar Lexia. ‘Terus Vianka kenapa bisa tahu?’ Pikir Killa. “Guys gue ke toilet bentar ya.” Ujar Vianka langsung keluar barisan begitu saja. “Loh, kan belum kelar upacaranya dodol.” Ujar Velsa. “Iya, nanti lo kena hukuman.” Ujar Killa. “Ah lama.” Kekeh Vianka langsung pergi setelah berbicara dengan anggota OSIS. “Gak papa Kil, biarin aja dia suka gitu kalo lagi upacara.” Ujar Lexia. “Ah iya – iya.” Angguk Killa. “Gue seneng lo cepet akrab bareng kita, semoga kedepannya lo seneng juga sahabatan sama kita.” Ujar Kristal. “Eh iya, udah lama ya semenjak kita kedatangan Kristal sampe sekarang nambah anggota lagi.” Seru Velsa. “Lo kira Band hah?” Sinis Vivi. “Yeee, ngegas mulu lo.” Ketus Velsa balik. “Kalo bukan Vianka yang nyapa duluan ke lo, kita gak mungkin ngobrol bareng kayak gini.” Ujar Kristal. “Kenapa emangnya?” Tanya Killa. “Vianka itu orangnya pemilih, dia gak sembarangan milih temen karena –” “Udaaaaah beres ceritanya.” Potong Lexia sembari terkekeh. “Ish, lo paling sering motong ucapan gue.” Ketus Kristal tak terima. “Abisnya lo kalo cerita gak bisa kontrol suara sih, lo gak lihat dari tadi kelas sebelah pada lihatin ke sini?” Omel Lexia langsung membuat Kristal terkekeh mengeluarkan cengirannya. “Udah – udah.” Ujar Killa menahan Kristal yang hendak membalas ucapan Lexia, “kalian tuh berpasang – pasangan ya, ada Velsa yang sering berantem sama Vivi, terus kalian berdua juga.” Kekehnya kepada Lexia dan Kristal. Mendengar penuturan Killa membuat ke empat gadis itu tertawa serentak, “kita semua udah sering dipanggil tiga pasang tom and jerry sama murid lain, Vivi sama Velsa, gue ama Kristal, Vianka sama Zacky.” Jelas Lexia, “nah nanti kalo ada Axel nambah jadi empat, dia suka adu mulu sama Rio.” Lanjutnya. “Lo belum lihat Zacky sama Rio ya?” Tanya Velsa. “Iya belum.” Angguk Killa. “Biasanya mereka ikut baris di barisan sebrang sih, sama kakaknya Vianka.” Jelas Lexia. Killa mengangguk, “mereka sekelas sama kita?” Tanya Killa. “Enggak.” Geleng Velsa, “mereka di kelas sebelah.” Lanjutnya. “Oh gitu ya.” Angguk Killa. “Iya Kill, tapi ada lagi si Delva masih temen kita. Dan dia sekelas sama kita kok.” Ujar Vivi. “Terus dia ke mana?” Tanya Killa. “Dia paling gabung sama anak paduan suara.” Kekeh Kristal. “Loh? Dia ikutan Padus?” Tanya Killa. Kristal menggelengkan kepalanya, “dia kalah main TOD kemarin, jadi sekarang dia di sana deh.” Ujarnya. “Oh gitu.” “Iya – iya sayang.” Kekeh Velsa mencubit pipi Killa gemas. “Eh.” Kaget Killa, “sakit.” Lanjutnya langsung menangkup kedua pipinya. “Pfffffft.” Tawa Velsa, “gemes banget yah si Killa.” Bisiknya langsung berbalik menatap ke depan karena ada anggota OSIS yang memelotinya. “Langsung diem kan.” Kekeh Lexia. - Upacara baru saja selesai, namun Killa masih berada di pinggir lapangan bersama Velsa, Lexia, Vivi dan teman kelas baru lainnya. “Vel, gue sama anak lain duluan ya.” Pamit seorang gadis kepada Velsa. Velsa yang tengah asyik memainkan kukunya pun hanya mengangguk, “iya boleh.” Angguknya. Killa memperhatikan ketiga teman barunya itu dengan seksama, matanya seolah meneliti tiap penampilan teman – temannya. Tanpa ia sadar ternyata ada yang menyadari penilaiannya, “I am Lexia Lionardino, banyak yang bilang kalo gue paling kalem diantara tiga temen gue lainnya.” Ujar Lexia membuat Killa gelagapan. “Ngapain lo?” Tanya Velsa menatap Lexia yang bertingkah aneh tiba – tiba. “Ada yang kepo tuh.” Tunjuk Lexia kepada Killa dengan dagunya. “Ah Kill.” Seru Velsa tertarik, “lo lagi nelisik kita ya?” tanyanya. “Enggak.” Ketusnya Killa menjawab. Mendengar ketusan dari Killa membuat Velsa langsung terdiam, hal itu disadari oleh Killa. “Kenapa?” Tanya Killa memberanikan diri bertanya kepada Velsa. “Uluh – uluh, segitu aja cengeng.” Ejek Vivi sembari memeluk tubuh Velsa, “dia enggak terbiasa dibentak Kill.” Ujarnya menjelaskan kepada Killa. Mulut Killa membentuk huruf O, "sorry ya Vel, gue gak sengaja ngomong ketus kok." Ujarnya, "tapi kadang emang mulut gue suka gitu." Lanjutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD