Bab 1 : Bukan Rencana Yang Seharusnya

1162 Words
Dua orang melangkah gontai dengan tubuh terhuyung-huyung saling menguatkan satu sama lain, sesekali mereka berciuman sebelum kembali melanjutkan langkah mereka. Stoking hitam jala, gaun maroon terbuka dan rambut Brunette yang tergerai indah, serta high heels yang membuat penampilan gadis itu semakin dewasa. Sandrina melangkah perlahan-lahan, gadis itu tertawa sambil bergelayut manja di tubuh seorang lelaki yang sama mabuknya, sebelum mereka masuk ke dalam kamar hotel mereka berdua saling menatap. Sandrina menunjukan senyuman mempesona mereka berdua terhanyut dalam suasana. Sandrina melumat bibir lelaki itu dalam mereka berdua melanjutkan hingga masuk ke dalam kamar, di dalam sana mereka semakin gencar menyalurkan hasrat satu sama lain, sesaat kedua orang itu lupa kalau mereka sudah melewati batasan, terlebih Sandrina yang seharusnya tidak termasuk dalam adegan ini, bukan dia yang harusnya ada bersama lelaki itu saat ini. melainkan wanita yang sudah ia persiapkan. Dua jam sebelumnya ... Sandrina bersiap untuk malah malam bersama seseorang, memenuhi ajakan orang itu dia berdandan dengan cantik layaknya wanita dewasa yang ingin kencan buta. "Apakah tidak kau menggunakan pakaian itu, sebenarnya apa rencana yang kau buat? beritahu aku ... jangan sampai ada masalah kedepannya karena kau terlalu ceroboh." ujar Aslan sekaligus Juga kakak lelaki Sandrina. mereka memiliki ayah yang berbeda, tapi hubungan di antara mereka terikat kuat. "Tenang saja, aku akan melakukan dengan rapi, kau cukup dia dan terima hasilnya, aku akan pastikan Hardin dan Damelza putus. Namun, jangan kau ingkar janji setelah ini ...." tegas Sandrina sambil menatap Aslan serius. lelaki itu hanya mengangguk paham, jika hanya menjamin kebebasan sandrina dari kedua orang tuanya maka itu sangat mudah di lakukan. Yah, semua ini adalah sebagian dari rencana yang kakak beradik itu lakukan. Aslan, lelaki yang lama menaruh hati pada teman masa kecilnya Damelza meminta bantuan pada adiknya untuk memutuskan hubungan Damelza dan Hardin. Tentunya, semua itu tidaklah gratis. Sandrina yang muncul dengan sejuta ide meminta imbalan yang cukup besar. selain fasilitas dan tunjangan kehidupan ia juga meminta agar dirinya di bebaskan dari sikap posesif orang tuanya. Aslan setuju dia memberikan tempat tinggal dan pekerjaan kepadanya Sandrina, jauh dari kota kelahiran mereka dan juga menjadi tempat di mana Hardin dan Damelza tinggal. "Kalau begitu aku pergi sekarang, Kak Hardin pasti sudah menungguku." ujarnya sambil melambaikan tangan dan melemparkan kerlingan manis. Sandrina pergi meninggalkan apartemen Aslan, gadis itu menuju sebuah bar di mana dia dan Hardin berjanji untuk bertemu. mereka memang dekat, Hardin sudah seperti keluarga tapi mereka jadi jarang berkomunikasi karena lelaki itu pindah ke luar kota saja. Sandrina pergi, dengan mengunakan mobil milik Aslan dia langsung menuju ke tempat tujuan. sesampainya di club Sandrina langsung masuk kedalam, beruntung dia sudah cukup umur untuk memasuki club malam. Sandrina berjalan sambil mencari di mana keberadaan, Hardin. dia mengamati sekeliling hingga akhirnya menemukan lelaki itu sedang duduk di meja bar. Sandrina langsung menghampiri lelaki itu, dia menyapa Hardin dengan senyuman lebar dan mempesona. "Hai, Kak. maaf aku terlambat ...." ujar Sandrina sambil mendudukkan diri di samping lelaki itu. sejenak Hardin terdiam, terpesona oleh kecantikan Sandrina yang tidak ia sadari sebelumnya. Gadis kecil yang selalu mengikutinya kini sudah dewasa dan Cantik. "Tidak, aku juga baru sampai ...." ujar lelaki itu. "Kau ingin minum sesuatu?" tawar lelaki itu. "Aku mau satu Margarita ...." ujar Sandrina. "Baiklah," jawab Hardin. lelaki itu memesan minuman untuk Sandrina lalu kembali fokus berbincang dengan gadis itu. "Jadi bagaimana kuliahmu?" tanya Hardin. "Aku akan lulus sebentar lagi ...." jawab Sandrina sambil mengedipkan matanya. Hardin menggeleng sambil terkekeh dengan sikap Sandrina. setelah beberapa waktu pesanan datang mereka minum bersama menghabiskan banyak waktu untuk berbincang. Siapa menyangka, mereka begitu cocok baik dalam musik dan selera humor. Sandrina melihat ke arah jam, seharusnya saat ini Cherry sudah datang, siapa Cherry? dia adalah wanita penghibur yang Sandrina siapakan untuk rencananya. Sandrina memaksa Hardin minum, padahal lelaki itu sudah meminta untuk berhenti. Namun, pada akhirnya Hardin melakukan apa yang Sandrina katakan, demi meminta Hardin untuk minum Sandrina juga ikut minum pada akhirnya kedua orang itu mabuk dan mulai kehilangan kendali dan pikiran. "Di sini gerah ...." guman Sandrina sambil mencoba melepaskan pakaiannya. Hardin menahan tangan gadis itu, dengan wajah memerah. "Apa yang kau lakukan? ini bukan kamar mandi." ujar Hardin sambil mengamati sekeliling. melihat sikap mereka pemilik bar berinisiatif untuk memanggilkan taksi untuk membawa dua orang itu pulang. Dengan bantuan pelayan bar, mereka masuk ke taksi. sedangkan setelah mobil berjalan supir menanyakan kemana mereka akan pulang. Namun, dua orang itu masih meracau tidak jelas. membuat sang supir mau tidak mau menghentikan mobil lalu bertanya dengan setengah berteriak. "Jadi ke mana saya harus mengantarkan kalian?" ujar supir dengan suara meninggi membuat dua orang itu terdiam. "Em, ke apartemenku di ...." Hardin bergumam, saat supir bertanya dia malah tidak bisa menyebutkan alamat apartemen miliknya. sopir itu akhirnya mengantarkan mereka ke sebuah hotel. sesampainya di sana supir itu mengambil uang yang Hardin berikan. Dua orang itu tertatih, bejalan dengan sempoyongan karena efek alkohol dalam tubuh mereka begitu tinggi. Sandrina mengikuti Hardin Kenapa lelaki itu bergerak dan apa yang dia lakukan. Setalah menaiki lift mereka sudah sampai di depan pintu sebuah kamar lelaki itu masuk. saat Hardin masuk, Sandrina juga mencoba masuk tapi, lelaki itu menahannya di depan pintu. "Siapa kau? pencuri?" ucap Hardin sambil menunjuk jarinya ke wajah Sandrina. gadis itu menggeleng cepat, dengan posisi yang bahkan sulit untuk berdiri Sandrina mencoba tetap tegak. "Bukan, aku bukan penjahat ..." ujarnya. "Lalu siapa kau?" Hardin memajukan wajahnya mengamati Sandrina dari dekat. "Aku Sandrina Abraham ... kau tahu? ayahku Levin Abraham, ibuku Feby Abraham dan kakakku Aslan Dalecosta!" ujarnya memperkenalkan diri secara lengkap. "Sandrina?" Hardin mengingat Sandrina kecil yang manis yang sering menagih ice cream kepadanya. "Sandrina masih kecil ..." guman Hardin dengan tatapan serius tetapi mata itu sayu di saat bersamaan. Sandrina mengamati dirinya, lalu dengan refleks merendahkan dirinya sambil tersenyum konyol. "Ini aku masih kecil, bukan?" ujar gadis itu sambil tertawa cengengesan. Hardin mengamati hal itu dan tersenyum, benar saja gadis itu masih kecil. "Nah, ini baru, Sandrina." lelaki itu mengajak Sandrina masuk lalu ia berjalan ke ranjang lalu melepaskan pakaiannya, Sandrina sendiri masih mengikuti bahkan dia menatap Hardin yang sedang membuka pakaiannya. Sandrina terkagum, walau dalam keadaan mabuk dia masih bisa melihat tubuh atletis yang terekspos di depan matanya. Gadis itu mendekat dia langsung menyentuh perut kotak-kotak Hardin tanpa izin "Wah, sangat keras dan berotot ...", ujarnya dengan senyuman konyol. Hardin sendiri merasa geli akibat ulah, Sandrina. Hardin menahan tangan gadis itu agar tidak menyentuhnya lagi. "Kau sedang apa?" tanya Hardin datar. "Sedang menyentuhmu ...." jawab Sandrina polos. "Tidak boleh menyentuh seseorang sembarang!" ujar Hardin memeringatkan. Wajah mereka memerah, entah mengapa suasana menjadi lebih panas dari sebelumnya.. "Tapi aku hanya menyentuhmu, apa tidak boleh? dulu kau bahkan menggendong dan memelukku?" tanya Sandrina merujuk pada kebiasaan mereka sepuluh tahun yang lalu. Hardin menatap Sandrina dalam, pikirannya tidak terarah, terlebih tumbuhnya yang tidak bisa ia kendalikan. "Jadi kau mau aku peluk sekarang?" tanya Hardin dengan senyuman tampan. Sandrina menggigit bibirnya sambil menunjukan senyuman nakal yang belum pernah ia perlihatkan pada siapapun. malam ini dia bukan hanya menjebak Hardin tetapi dirinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD