Love

1666 Words
Beberapa orang bawahan Dragon’s Claws ditugaskan untuk membereskan markas yang kacau setelah peperangan yang terjadi. Kebanyakan bawahan Liu Yantsui banyak yang tewas di tangan Bratva, namun masih ada beberapa orang yang bertahan hidup dengan kondisi babak belur. Yang Jinghua—salah satu rekan Yao Wang ditugaskan untuk mengumpulkan semua orang-orang yang bertahan untuk dikumpulkan dalam satu ruangan. Sebenarnya, Yao Wang yang biasanya bekerja untuk hal-hal seperti ini, namun pria itu harus kembali ke Makau bersama orang-orang Bratva dan Liu Jia Li karena Liu Tao juga masih berada di Makau. Liu Jia Li tidak bisa langsung kembali ke markasnya karena ia harus mendiskusikan beberapa hal dengan Nikolai, karena itulah Yang Jinghua yang kemudian mengambil alih tugas tersebut. Kembalinya Dragon’s Claws ke tangan Liu Jia Li sebenarnya bukan berarti permasalahan mereka selesai. Konflik internal Drgaon’s Claws yang terjadi cukup lama memang menimbulkan banyak masalah. Bahkan setelah kematian Liu Yantsui pun, masalah belum benar-benar terselesaikan. Perkumpulan para pemimpin organisasi seperti Bratva dan Dragon’s Claws terbagi menjadi dua kubu. Beberapa orang mendukung Liu Yantsui sebagai pemimpin Bratva. Selain karena ia memang keturunan asli keluarga Liu, dia juga lebih familiar dengan cara kerja Liu sejak masa lalu. Orang-orang yang sebelumnya bekerja dengan orang tua Liu Yantsui dan Liu Jia Li menganggap bahwa cara kerja Liu Yantsui lebih mirip dengan orang tuanya dan itu memudahkan kerja sama. Sementara di kubu lainnya lebih mendukung Liu Jia Li sebagai pemimpin Dragon’s Claws. Mereka tidak butuh keturunan langsung jika Liu Jia Li bisa menjalankan organisasinya dengan baik. Justru Liu Jia Li membuat banyak pembaharuan yang menarik dan menguntungkan baik organisasinya maupun organisasi lain yang bekerja sama dengan Dragon’s Claws. Liu Jia Li sangat teliti terhadap apapun, dan dia bisa menemukan kesalahan bahkan jika itu hanya sebuah kesalahan kecil tanpa perlu memeriksa terlalu dalam. Pertemuan di kapal pesiar selanjutnya, topik mengenai Dragon’s Claws pasti akan dibahas terus-menerus dan menjadi permasalahan besar. Nikolai menghela napas memikirkan hal tersebut. Ia benar-benar tidak mengerti dengan pemikiran para pemimpin organisasi itu yang menjadikan organisasi lain sebagai topik pertemuan mereka. Mengapa repot-repot mengurusi organisasi lain jika organisasi pribadi saja belum tentu benar-benar sudah stabil. Tetapi apalagi yang bisa diharapkan dari para pemimpin kolot seperti mereka? Nikolai dan Liu Jia Li sebagai anggota pertemuan yang termuda tidak akan terlalu didengarkan. Nikolai menoleh ke arah Nadia yang sejak tadi hanya diam sembari menatap ke luar jendela. Bercak darah dari pembunuhan yang ia lakukan masih tampak jelas di pakaian dan tubuhnya. “Nadia, apakah tubuhmu ada yang terluka?” Nadia menoleh. “Tidak.” Nikolai menghela napas mendapatkan respon kelewat datar itu. Ia sungguh tidak biasa dengan Nadia yang pendiam. Bertahun-tahun ia hidup dengan Nadia yang selalu tertawa dan banyak bicara. Tetapi beberapa waktu terakhir, dia lebih banyak diam dan itu membuat Nikolai tidak tenang. Seperti ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Mobil yang dikendarai Slava melaju dengan cepat. Nikolai hanya berharap mereka segera sampai di Makau dan membereskan banyak hal yang harus diselesaikan. Selain permasalahan tentang pertemuan dengan para pemimpin organisasi berikutnya, Nikolai juga harus memikirkan mengenai kematian Lin Xianming dan dampak ke depannya. Hanya tinggal menunggu waktu hingga berita kematian sahabat Nadia itu memenuhi layar televisi dan kolom-kolom surat kabar. *** Nadia melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Ia tidak peduli meski pakaiannya kotor dan berbau anyir karena darah Liu Yantsui yang sama sekali belum ia bersihkan. Ketika sampai di Makau dan mobil yang dikendarai Slava masuk ke garasi, Nadia langsung turun dan melesat masuk ke kamarnya tanpa peduli dengan kondisi tubuhnya yang benar-benar kotor. Nadia sebenarnya menyukai kebersihan dan risih jika tubuhnya kotor, namun kali ini tubuhnya terasa benar-benar lelah hingga mengalahkan rasa risih di tubuhnya yang lengket dan berbau anyir. Malam ini mungkin adalah hari terakhir Liu Jia Li, Liu Tao, dan Yao Wang berada di markas Bratva. Mereka bertiga pasti akan segera kembali ke Hong Kong dan mengurus kembalinya Dragon’s Claws ke tangan Liu Jia Li. Itu juga artinya, Nadia tidak akan sering melihat wajah Yao Wang lagi seperti sebelumnya. Nadia biasanya akan memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, dalam hal ini adalah kesempatan untuk berinteraksi dengan Yao Wang. Bukan berarti Nadia tidak bisa bertemu dengan pria itu lagi, namun yang jelas setelah ini Yao Wang akan sangat sibuk. Jarak dari Makau ke Hong Kong memang tidak terlalu jauh, Nadia bisa saja pergi ke markas Dragon’s Claws sendiri atau meminta Slava untuk mengantarnya. Tetapi ketika sampai di sana pun, belum tentu Yao Wang bisa ditemui. Setela mendapatkan Dragon’s Claws kembali, ada banyak hal yang harus diurus oleh mereka. Yao Wang memang tidak sendirian dalam urusan itu. Ada Yang Jinghua yang akan membantunya, tetapi rasanya selalu Yao Wang yang mengerjakan banyak hal. Mana mungkin Nadia yang datang hanya dengan alasan sepele sekadar ingin bertemu dengan pria itu akan diutamakan. Tentu saja tidak. “Nadia?” Nadia bangun dari posisi berbaringnya dan mendecak pelan ketika melihat darah di pakaian dan tubuhnya mengotori seprei. Ia harus segera mengganti seprei itu setelah ini. Luka berdiri di ambang pintu dengan ekspresi penuh tanya. Pria itu masuk dan menutup pintu kemudian menarik satu kursi kayu single di dekat meja dan menempatkannya di hadapan Nadia. “Ugh, kau bau, Nadia.” Keluh Luka sembari menutup hidungnya. Nadia memutar bola matanya. Ia sendiri tahu bahwa tubuhnya bau. Apalagi yang bisa dirasakan dari campuran darah manusia dan keringat? “Kalau begitu keluar saja. Aku sedang tidak mood untuk meladeni keluhanmu.” “Heee? Sensitif sekali. Bukankah kau sudah menuntaskan keinginanmu? Nikolai mengizinkanmu ikut, dan kau bahkan yang membunuh Liu Yantsui. Ini pertama kalinya kau membunuh seseorang bukan?” Nadia menggaruk surai pirang kusutnya. “Membunuh seseorang bukan sesuatu yang bisa dibanggakan, Luka. Itu tindakan kriminal.” Luka terbahak mendengar kalimat Nadia. “Di saat seperti ini kau masih memikirkan bahwa tindakanmu itu termasuk kriminalitas atau tidak? Barangkali kau lupa, bahwa kau adalah Tuan Puteri dari organisasi kriminal terkenal di Rusia.” “Bukan itu masalahnya.” “Lalu?” Nadia menopang wajahnya dengan telapak tangan. “Sudahlah, aku lelah.” “Tidak mungkin. Nadezhda Grigorev yang aku kenal sejak kecil tidak akan pernah mengatakan bahwa dirinya lelah. Apalagi setelah kau mengejar-ngejar Yao Wang sialan itu. Seperti kau telah menghapus kata lelah dari kamus kehidupanmu. Jadi, mengapa kau tidak menemui pujaan hatimu itu dan malah mengurung diri di kamar dengan kondisi mengenaskan seperti itu? Orang lain yang tidak tahu bahwa kau baru saja membunuh seseorang pasti akan mengira kau terluka dengan banyak darah di tubuhmu.” Nadia mendengus mendengar perkataan Luka. Entahlah, Nadia hanya merasa bahwa Luka sengaja datang untuk menghiburnya. Nadia ingin sekali menangisi kematian Lin Xianming. Ia benar-benar ingin berteriak keras dan memaki-maki sepuas hati. Tetapi kenyataannya, ia hanya mengurung diri di kamar. Berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Ia bahkan melewatkan saat-saat terakhir dirinya bisa bertemu dengan Yao Wang secara bebas. Ia benar-benar merasa kacau saat ini. “Kau masih benar-benar mencintai si wajah kanebo itu?” Nadia tersenyum geli. “Apa-apaan julukan itu? Wajah kanebo?” Luka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Tapi benar ‘kan? Yao Wang itu selalu saja memasang wajah kaku seolah urat-urat di wajahnya benar-benar sudah rusak. Coba katakan, apakah dia pernah merubah eskpresinya?” “Pernah.” “HUH? PERNAH?” Nadia terkejut dengan suara Luka yang tiba-tiba meninggi. Apakah begitu mengejutkan mengetahui bahwa Yao Wang pernah merubah ekspresi wajahnya? Yeah, sebenarnya Nadia juga terkejut ketika pertama kali Yao Wang menunjukkan eskpresi lain di wajahnya. “Mengapa masih mencintainya padahal dia sama sekali tidak meresponmu?” Nadia menghela napas. Selalu saja pertanyaan yang sama. Memangnya seaneh itu mencintai Yao Wang? Di dunia ini, bukan berarti hanya Nadia yang menyukai orang lain tetapi orang itu sangat sulit untuk digapai. Kesulitan itu juga bukan alasan untuknya menyerah. Kalimat Lin Xianming selalu terngiang-ngiang di telinganya, dan Nadia juga tidak berminat untuk menyerah, setidaknya saat ini. “Mengapa kau bertanya padahal kau tahu jawabannya?” Luka mengerucutkan bibirnya. “Kau lihat aku? Jika dibandingkan dengan Yao Wang, kami tidak berbeda jauh kok. Malah aku lebih baik dari dia ‘kan? Mengapa tidak menyerah saja darinya dan beralih padaku? Kau tidak perlu langsung mencintaiku sekarang, Nadia. Aku berjanji akan membuatmu jatuh cinta padaku seiring waktu.” Ah, itu lagi. Nadia selalu menganggap bahwa Luka hanya bermain-main ketika pria itu mengatakan tentang perasaannya kepada Nadia, namun semakin waktu berlalu, Luka semakin menunjukkan bahwa ia serius dengan perkataannya. Luka memang tidak pernah melakukan cara-cara licik seperti berusaha membuat Nadia membenci Yao Wang atau semacamnya. Luka tetap bersikap biasa saja kepada Yao Wang meski tatapannya sinis setengah mati. Karena itulah Nadia tidak menganggap serius apa yang dikatakan Luka. Bisa jadi pria itu hanya berusaha menghiburnya yang terus-menerus ditolak oleh Yao Wang sejak pertama kali Nadia mengungkapkan perasaannya kepada pria Asia itu. “Kau serius?” Luka menganga. “Jadi selama ini kau tidak menganggapku serius? Kau jahat sekali, Nadia.” Keluh Luka main-main sembari memegangi bagian dadanya. “Ah maaf. Maksudku, mana mungkin kau menyukaiku? Kita sudah saling mengenal sejak kecil ‘kan? Darimana datangnya perasaan itu? Aku benar-benar tidak mengerti.” Luka tersenyum sendu. “Justru karena aku berteman denganmu sejak kita kecil makanya aku bisa menyukaimu. Ada dua kemungkinan ketika lawan jenis berteman sejak lama. Bisa jadi tidak ada ketertarikan sama sekali karena sudah sangat terbiasa dan tahu baik serta buruknya masing-masing, atau semakin menjadi tertarik karena terbiasa bersama dan tahu seluk-beluk kehidupan masing-masing. Kau tahu? Beberapa orang mengatakan cinta datang karena terbiasa, dan aku mengalami hal itu.” Nadia terdiam mendengar apa yang dikatakan Luka. Apakah benar ada yang seperti itu? Nadia tidak pernah memikirkannya sama sekali. Selama Nadia hidup, hanya Yao Wang satu-satunya orang yang membuatnya jatuh cinta. Nadia mengejarnya sekuat tenaga karena ia mencintainya dan yakin dengan perasaannya sendiri. Pertemuannya dengan Yao Wang juga bukan sesuatu yang bisa dikatakan manis. Mereka bertemu di tengah konflik para bos mafia beberapa waktu sebelumnya. Situasi yang mencekam namun mampu menumbuhkan perasaan cinta di hati Nadia. Semakin dalam Nadia mempelajari mengenai rasa cinta, semakin banyak pula hal-hal baru yang ia temui dan membuatnya banyak berpikir. Sama seperti kebingungan Nadia mengenai bagaimana perasaan Luka bisa tumbuh untuk dirinya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD