Kedatangan mobil-mobil Bratva langsung disambut oleh Slava. Pria itu yang paling tampak khawatir ketika melihat Nikolai keluar dengan pakaian berlumuran darah di pinggangnya. Nikolai berjalan tertatih-tatih dengan bantuan Luka yang memeganginya. Orang-orang lainnya tidak kalah babak belur. Slava langsung membantu Luka untuk membawa Nikolai ke ruangannya. Dokter Reynold sudah siap sedia menunggu kedatangan Nikolai yang pastinya tidak akan baik-baik saja.
Ketika Nikolai berjalan masuk ke dalam, Liu Jia Li langsung berdiri dan menghampiri dirinya. Pria cantik itu tampak terkejut dengan keadaan Nikolai yang tampak cukup parah untuk sekelas orang seperti dirinya.
"Ni-Nikolai, kau baik-baik saja?" Tanya Liu Jia Li khawatir.
"Aku ba—"
"Kau buta? Apa Nikolai tampak baik-baik saja?" Sela Luka ketus.
Liu Jia Li terkejut, pun dengan Nikolai dan Slava. Nikolai tidak menemukan alasan mengapa Luka harus ketus kepada Liu Jia Li. Terlebih, Nikolai belum pernah melihat teman kecilnya itu berbicara dengan nada keras sebelumnya. Sosok manusia ceria yang selalu tertawa di mana saja dan kapan saja seperti Luka cukup mengejutkan ketika tampak marah.
"Minggir."
Luka mendorong sedikit Liu Jia Li dan melewatinya sembari menahan tubuh Nikolai. Liu Jia Li terpaku pada posisinya, sama sekali tidak berbicara dan hanya memandang punggung Nikolai yang menjauh. Luka menghela napas usai berbicara ketus seperti itu. Jujur saja, itu benar-benar bukan gayanya.
"Kenapa kau berbicara seperti itu kepada Jia Li, sialàn?" Protes Nikolai pelan.
Luka mencebik pelan. "Kau terlalu dibutakan oleh cinta Nikolai, sekali-sekali kau harus berusaha menjauh untuk tahu apakah si cantik itu setidaknya memiliki sedikit perasaan padamu atau hanya sekadar memanfaatkan dirimu."
Nikolai tidak ingin melakukan hal itu. Ia bukan remaja kasmaran yang sok melakukan tarik ulur perasaan hanya untuk saling membuat cemburu satu sama lain. Ia adalah lelaki dewasa. Nikolai tahu Liu Jia Li masih menyukai Akiyama Toshiro yang jelas-jelas memiliki kekasih dan sama sekali tidak tertarik padanya. Nikolai tahu ia mungkin dimanfaatkan dalam pertukaran ini. Tetapi apa salahnya menolong sosok yang ia cintai? Astaga, bahkan Nikolai sudah berani mengatakan bahwa ia mencintai Liu Jia Li dan bukan sekadar menyukainya saja. Mana mungkin ia akan mengabaikan Liu Jia Li yang datang padanya dengan putus asa dan penampilan berantakan hanya karena cintanya ditolak? Nikolai tidak bodoh. Bahkan jika nanti perebutan Dragon's Claws benar-benar berhasil, Nikolai juga pasti mendapatkan keuntungan dari organisasi Liu Jia Li. Hal itu sudah secara otomatis dan tidak akan berubah.
Nikolai menggigit bibirnya ketika dokter Reynold mulai mengeluarkan peluru yang bersarang di pinggangnya. Beruntung karena peluru yang ditembakkan Akiyama tidak pecah dan menjadi serpihan di dalam tubuh Nikolai, karena hal itu akan semakin memakan waktu lama dan prosedur pengeluaran yang pastinya juga akan semakin menyakitkan.
"Lebih baik kau keluar. Wajahmu seperti seseorang yang melihat malaikat maut."
Luka mendengus. Ia memang tidak tahan melihat hal-hal seperti itu. Niat hati ingin menemani Nikolai dan menyemangati sahabatnya, tetapi mentalnya ternyata tidak kuat untuk hal itu. Luka kemudian keluar ruangan dan meminta izin kepada Slava untuk menjenguk Nadia. Slava mengatakan bahwa Nadia tengah tidur dan tidak boleh diganggu, tetapi Luka memohon dan mengatakan bahwa ia tidak akan mengganggunya.
Luka terkejut ketika masuk ke dalam ruangan Nadia dan melihat gadis itu ternyata tidak tidur seperti yang dikatakan Slava.
"Nadia, kenapa kau—"
"Shhhh..." Nadia meletakkan telunjuknya di depan bibir. "Aku hanya berpura-pura tidur."
Luka mendekat dan menarik satu kursi logam di dekat ranjang Nadia. Pria itu memandangi Nadia dengan raut kasihan. Bagaimana mungkin sosok perempuan yang selalu tampak kuat dan ceria itu bisa terbaring dengan perban dan kulit membiru di banyak sisi. Luka tidak suka kekerasan, baik kepada dirinya maupun kepada orang-orang yang ia kenal apalagi Nikolai dan Nadia yang merupakan teman dekatnya. Berteman dengan mafia memang bukan perkara mudah, apalagi karena latar belakang keluarga Luka adalah pebisnis normal biasa. Bukan sekali dua kali Luka terlibat dengan konflik mereka karena diketahui berteman dekat dengan Bratva. Malahan, Luka sempat curiga bahwa pemindahan markas utama Bratva yang sebelumnya di Rusia menjadi di Macau yang jelas-jelas sangat jauh kemungkinan berhubungan dengan orang-orang yang sering mengincar Luka dan keluarganya karena mengetahui ia berteman dengan Bratva. Luka pernah menanyakan itu kepada Nikolai, tetapi pria itu menjawab sebaliknya. Ia mengatakan bahwa Macau memiliki potensi bisnis yang lebih besar. Luka tidak percaya. Mungkin alasan Nikolai ada benarnya, tetapi sebagian pasti ada alasan lain. Bukan perkara mudah memindahkan markas ke Negara yang begitu jauh seperti itu, dan Luka tahu Nikolai tidak memindahkan markas Bratva hanya dengan satu alasan peluang bisnis saja.
“Ngomong-ngomong, mengapa kau bisa ada di Macau?”
Luka tersenyum. “Ada bisnis yang harus kuurus di sini, aku berniat membuat kejutan untuk kalian dengan datang kemari, tetapi siapa sangka kedatanganku ternyata di saat kalian dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.”
“Kudengar kau menyusul Nikolai ke Hong Kong?”
Luka mengangguk. “Hm, dia benar-benar tampak buruk. Maksudku, kenapa kalian harus repot-repot menolong pria cantik itu jika bisnis Bratva sudah dalam kondisi yang sangat bagus? Menyelesaikan masalah Dragon’s Claws tidak memberikan banyak keuntungan juga untuk kalian, malah mungkin rugi, seperti keadaan kalian saat ini.”
Nadia menggaruk tengkuknya kemudian mengaduh pelan karena tidak sengaja menekan bagian kulitnya yang memar. “Tidak sesederhana untung dan rugi, Luka.” Nadia menatap Luka lekat-lekat. “Apa kau pernah jatuh cinta?”
“Aku jatuh cinta padamu.” Seru Luka santai.
Nadia melebarkan mata sebentar, kemudian ingat bahwa pria di hadapannya selalu mengatakan itu sejak mereka anak-anak. Seharusnya Nadia tidak perlu terkejut jika mendapati Luka dengan santainya mengatakan bahwa ia jatuh cinta pada Nadia. Kalimat itu sudah seperti hal biasa yang Nadia dengar. Rasanya nostalgia, sudah lama Nadia tidak mendengar Luka mengatakan hal itu di hadapannya sejak ia dan Nikolai pindah ke Macau.
“Aku serius, Luka.”
“Kau pikir aku bercanda?”
Nadia tercekat. “M-Maksudmu?” Ia tertawa hambar. “Kau biasa mengatakan itu sejak kita masih kecil.”
Luka tersenyum pahit. “Selama bertahun-tahun aku mengatakannya, kau pikir itu semua hanya candaan?”
Nadia kehilangan kata-kata. Luka Ivanov yang selalu bermain dengannya dan Nikolai sejak kecil benar-benar mencintainya? Nadia benar-benar tidak bisa menerima fakta itu. Nadia terlalu terkejut.
Luka berdiri dan mengusap pelan surai pirang Nadia. “Tapi aku tahu kau menyukai pria Asia yang sifatnya sedingin es itu. Tenang saja, aku tidak akan mengganggumu. Nanti, jika pria itu tetap menolakmu dan kau sudah bosan dengannya, datanglah padaku. Aku akan tetap mencintaimu. Okay, kau masih sakit jadi beristirahatlah banyak-banyak. Sampai jumpa, Nadia.”
Luka mengakhiri kalimatnya dengan senyum ceria khas miliknya. Nadia benar-benar kehilangan kata-kata, sama sekali tidak tahu harus merespon apa atas pernyataan Luka yang mengejutkan.
***