Deadly Plan

2273 Words
Nadia menendang pagar balkon dan menghela napas berat. Ia benar-benar tidak ingin merasa seperti ini. Berkali-kali ia mengingatkan dirinya bahwa sejak dulu pun Yao Wang akan selalu mengutamakan Liu Jia Li. Ia telah mengabdi kepada pria itu, dan sudah sewajarnya Yao Wang akan mengutamakannya. Memangnya Nadia itu siapa di mata Yao Wang? Dia bahkan sama sekali tidak melirik Nadia. Lantas mengapa Nadia harus merasa sakit hati dan menyalahkan Yao Wang? Padahal Nadia sendiri selalu mengatakan bahwa manusia itu bebas mengekspresikan rasa cintanya, tetapi mereka tidak bisa memaksakan perasaannya kepada orang lain atau memaksa orang lain merasakan hal yang sama. Tetapi kali ini benar-benar berbeda. Nadia benar-benar ingin menyalahkan orang lain atas kisah cintanya yang benar-benar mengenaskan. “Akan lebih baik jika aku bisa mencintai Luka. Aku mungkin tidak akan merasa sakit hati setiap saat. Semua orang selalu mengutamakan Jia Li Gege. Yao Wang, bahkan Nikolai.” Nadia berjalan cepat dan masuk ke dalam kamar Liu Jia Li. Pria Asia dengan rambut panjang itu tengah duduk di atas ranjang sembari membaca buku. Liu Jia Li tampaknya juga terkejut ketika melihat Nadia masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi. Liu Jia Li sebenarnya tidak masalah, karena bagaimana pun seluruh ruangan yang ada di markas Bratva adalah milik Nikolai dan Nadia, tetapi Liu Jia Li hanya terkejut karena tidak biasanya Nadia seperti itu. Liu Jia Li menutup buku bacaannya dan turun dari atas ranjang. “Kau baik-baik saja, Nadia? Mengapa belum tidur?” “Katakan padaku Gege, bagaimana caramu melakukannya?” Liu Jia Li mengernyit bingung. “Melakukan apa?” Nadia mengepalkan telapak tangannya. “Apakah aku tidak cukup cantik?” “Kau sangat cantik Nadia.” Liu Jia Li berjalan mendekat dan hendak memeluk gadis itu, namun Nadia langsung mundur untuk menolaknya. Lagi-lagi, Liu Jia Li terkejut dengan respon tersebut. Nadia biasanya yang lebih banyak melakukan skinship kepada Liu Jia Li, tetapi kali ini ia malah menolak ketika hendak dipeluk. Sebenarnya, Liu Jia Li sudah merasakan keanehan Nadia sejak mereka kembali dari Hong Kong. Liu Jia Li mengerti bahwa apa yang terjadi di Hong Kong pasti membawa trauma tersendiri kepada Nadia, apalagi gadis itu baru saja kehilangan sahabatnya dengan cara yang mengenaskan, serta baru pertama kali membunuh seseorang. Sekuat apapun Nadia, pada akhirnya ia tetaplah seorang gadis remaja sama seperti yang lainnya. “Mengapa semua orang selalu melihat Gege?” “Nadia tenanglah dan mari kita bicarakan apapun yang kau inginkan, okay?” Raut wajah Nadia tampak benar-benar terluka. Liu Jia Li terkejut ketika melihat gadis itu menangis. Nadia selalu tampak tegar dalam situasi apapun. Bahkan mungkin, ini adalah pertama kalinya Liu Jia Li melihat seorang Nadezhda Grigorev menangis. “Gege hanya perlu berdiri di antara semua orang dan mengatakan apa yang Gege inginkan maka semuanya akan membantu Gege. Aku sangat mengagumi Gege sepenuh hatiku, tetapi mengapa aku hanya bisa menjadi sosok yang berdiri di dalam kegelapan? Gege terlalu bersinar hingga aku sendiri tertelan kegelapan.” “Apakah ini mengenai Yao Wang?” Nadia melebarkan mata sekilas. “Semuanya. Nikolai bahkan mengungkit tentang masalah keluarga Grigorev untuk membantu Gege, Yao Wang selalu mengutamakan Gege apapun yang terjadi, bahkan seorang Liu Yantsui tetap ingin mempertahankan Gege meski tahu suatu saat Gege akan membunuhnya. Aku tahu, aku tidak seharusnya mengatakan ini. Aku hanya tampak seperti seorang pecundang yang iri terhadap orang lain. Aku berusaha mengelak, tetapi kenyataannya aku memang iri. Aku iri denganmu!” Liu Jia Li merengkuh tubuh Nadia. Gadis itu berusaha memberontak namun Liu Jia Li yang lebih kuat mampu menahannya. Liu Jia Li tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengusap pelan kepala Nadia. Liu Jia Li benar-benar merasa sedih mendengarnya. Apakah Nadia selalu merasa insecure sepanjang hidupnya? Apakah semua senyum dan tawa cerianya selama ini hanya sekadar topeng untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya? Mungkinkah Nadia berpikir bahwa tampak konyol dan ceria di hadapan orang lain lebih baik daripada menunjukkan ketidaksukaannya terhadap beberapa hal. Terus menyimpan luka itu dan menutupinya dengan keceriaan hingga tanpa sadar segalanya semakin parah dan menyakitinya lebih dalam. “Lepaskan aku!” Nadia mendorong tubuh Liu Jia Li hingga yang bersangkutan sedikit oleng ke belakang. Gadis itu mengusap sisa air mata di wajahnya dengan asal, kemudian segera keluar dari ruangan Liu Jia Li tanpa peduli dengan panggilan pria itu. Nadia berhenti tidak jauh dari kamar yang ditempati Liu Jia Li. Ia menarik napas panjang dan berusaha membersihkan air matanya. Ketika Nadia membuka mata, ia menyadari bahwa Yao Wang berdiri di dekat kamar Liu Jia Li. Nadia terkejut dan buru-buru memalingkan wajahnya. Tidak ada tanggapan apapun dari Yao Wang. Pria itu bertahan dengan sorot mata daratnya yang biasa. Nadia yang salah tingkah segera melangkah pergi meninggalkannya. “Nona Nadia…” Gumam Yao Wang pelan. *** Pagi hari ketika Nadia bangun dan keluar dari kamarnya, orang-orang Dragon’s Claws yang tersisa termasuk Liu Jia Li, Liu Tao, dan Yao Wang sudah tidak ada di markas Bratva. Nadia bahkan tidak menemukan Nikolai yang itu artinya kakak Nadia itu juga pasti ikut ke Hong Kong. Slava mengatakan bahwa Dragon’s Claws harus mengurus banyak hal sehingga Nikolai juga harus ke sana. Nadia tidak terlalu peduli dengan penjelasan Slava karena ia tahu mereka juga pasti akan kembali ke Hong Kong. Nadia hanya kepikiran dengan apa yang ia lakukan semalam kepada Liu Jia Li. Ia tidak seharusnya bersikap seperti itu padahal Liu Jia Li selama ini tidak melakukan kesalahan apapun kepada Nadia. Semuanya murni kesalahan Nadia karena ia melampiaskan kemarahan dan kesedihan hatinya atas kehilangan Lin Xianming kepada Liu Jia Li. Pria itu bahkan masih bersikap baik dan berusaha menenangkan Nadia dengan memeluknya. Benar-benar memalukan. Nadia harus segera minta maaf kepadanya. Kembali ke rutinitas yang biasa, Nadia berangkat sekolah dengan diantarkan oleh Rodion. Seharusnya Slava yang mengantar, dan seharusnya pula Nadia berangkat sendiri karena ia paling benci diantar. Tetapi Rodion dan Slava tampaknya telah menerima mandat absolut dari Nikolai sehingga keduanya tidak mendengarkan permintaan Nadia sama sekali. Di hari-hari biasa sebelum Dragon’s Claws datang meminta bantuan, Slava yang lebih sering bertanggung jawab untuk mengantar Nadia ke sekolah, namun hari ini pria itu harus mengurus beberapa hal menggantikan Nikolai yang sedang berada di markas Dragon’s Claws sehingga Rodion yang menggantikannya. “Anda sudah benar-benar tidak apa-apa, Nona Nadia?” Nadia yang sedang memainkan ponselnya mendongak ketika mendengar pertanyaan Rodion. “Hm? Aku baik-baik saja.” “Nona Nadia tampaknya kurang tidur semalam karena…” Nadia bisa melihat ekspresi ragu Rodion untuk melanjutkan perkataannya dari spion depan. Pria itu pasti tahu apa yang terjadi semalam serta kelakuan menyebalkannya. Sejujurnya Nadia malu, tetapi semua sudah terjadi. Nadia hanya sedang berada di suasana hati paling buruk sepanjang hidupnya. Nadia tidak akan beralasan atau menampik bahwa ia memang menyebalkan semalam. Sekarang yang bisa Nadia lakukan untuk memperbaiki semuanya hanya dengan meminta maaf kepada orang-orang yang secara sial harus mengalami kejadian menyebalkan dari Nadia. “Yeah, aku tahu semalam itu sikapku sangat menyebalkan. Aku berniat untuk meminta maaf tadi, tetapi mereka sudah pergi. Entah mereka akan memaafkanku atau tidak.” “Nona Nadia hanya sedang berada di tengah shock. Saya rasa mereka pasti akan memaafkan Nona Nadia.” “Kuharap juga begitu.” “Nona Nadia…” Rodion kembali menatap pantulan wajah Nadia di spion depan, dan Nadia sekali lagi melihat tatapan ragu dari pria itu untuk mengatakan apa maksudnya. Tidak biasanya. Rodion itu bukan bawahan biasa di Bratva. Ia nyaris setara dengan Slava yang sudah mengabdi sejak lama. Rodion biasanya juga langsung mengatakan apa maksudnya kepada Nadia tanpa ragu. Dia sangat ramah dan sering menjadi rekan berlatih Nadia karena sifatnya yang cukup sabar dan benar-benar pandai mengajari orang lain. Bahkan beberapa bawahan biasa bisa bersikap santai kepada Nadia, lantas mengapa Rodion tiba-tiba menjadi kikuk seperti itu? “Ada yang ingin kau katakan, hm?” Rodion menggaruk tengkuknya. “Ah maaf jika pertanyaan saya menyinggung Nona Nadia, dan Nona Nadia juga tidak perlu menjawabnya jika tidak ingin.” Nadia mengernyit bingung. “Ada apa? Katakan saja.” “Mengenai apa yang terjadi ketika kita berlatih hari itu, apakah Nona Nadia sama sekali tidak mengatakannya kepada Tuan Nikolai?” Nadia melebarkan mata sekilas mendengar pertanyaan tersebut. Secara tiba-tiba, jantungnya berdetak kencang. “K-Kau ingat?” Rodion mengangguk. “Sejak hari itu, saya benar-benar tidak bisa mengenyahkan hal tersebut dari pikiran saya. Mohon maaf jika saya terkesan kurang ajar, saya hanya mengkhawatirkan kondisi Nona Nadia karena sepanjang yang saya ingat, anda tidak pernah sekalipun seperti itu. Nona Nadia harus—” “Lupakan saja.” “Huh?” “Lupakan apapun yang kau ingat mengenai hari itu. Aku baik-baik saja dan akan selalu baik-baik saja. Jangan katakan apapun yang kau lihat hari itu kepada siapa pun.” Rodion menghela napas. “Tetapi kejadian hari itu tidak hanya dilihat oleh saya dan Yao Wang.” “Aku tahu, tetapi orang lain tidak akan berani membahasnya. Lupakan apa yang kau lihat hari itu Rodion. Tidak akan ada yang berubah dari diriku. Apa yang terjadi hari itu murni karena ketidaksengajaan.” “Tapi Nona Nadia—” “LUPAKAN!” Rodion secara refleks menekan rem dengan cepat. Mobil berhenti di pinggir jalan dengan jantung Rodion yang berdetak dengan sangat cepat. Nadia melirik Rodion melalui kaca spion depan mobil, menatapnya begitu tajam. “Lupakan apapun yang kau lihat hari itu dan jangan sekalipun pernah membahasnya.” Rodion mengangguk dengan wajahnya yang pucat. “Baik, Nona Nadia.” Mobil kembali melaju. Rodion masih berusaha keras menteralkan detak jantungnya yang gila-gilaan. Ini adalah pertama kalinya ia melihat Nadia dengan ekspresi dan sorot mata setajam itu. Rodion terbiasa melihat seseorang dengan hasrat membunuh yang tampak begitu kuat di wajahnya karena memang seperti itulah pekerjaannya, namun melihat seorang gadis yang kesehariannya selalu tampak ceria dan tertawa tanpa beban tiba-tiba menunjukkan ekspresi demikian lebih membuatnya terkejut berkali-kali lipat. Sedalam apa sebenarnya jati diri Nadia yang tidak diketahui oleh orang-orang Bratva bahkan kakaknya sendiri? Rodion tidak berani mengatakan apa-apa lagi dan hanya terus melajukan mobilnya dalam diam hingga sampai di depan sekolah Nadia. Nadia sama sekali tidak mengatakan apa-apa ketika turun dari mobil, pun dengan Rodion. Sama sekali tidak ada komunikasi. Nadia tidak berminat melakukannya, dan Rodion juga masih merasa takut dengan gadis itu. Suasana sekolah seharusnya sama saja seperti biasa, namun bagi Nadia yang kehilangan Lin Xianming, suasana sekolah benar-benar berubah total. Gadis manis itu biasanya datang lebih dulu dan menunggu Nadia. Ia akan langsung berlari dan menghambur memeluk Nadia dengan eskpresi ceria. Semua itu telah hilang dan Nadia tidak akan mendapatkannya lagi. “Ikut denganku.” Nadia terkejut ketika pergelangan tangannya tiba-tiba ditarik. Ia dibawa ke halaman belakang sekolah oleh Akiyama Tenzo yang tiba-tiba muncul entah dari mana. “Wow, aku terkejut kau masih ada di sini.” Ucap Nadia dingin begitu ia menyadari siapa yang menarik pergelangan tangannya. Akiyama Tenzo tampak memperhatikan sekitar, seolah ia benar-benar harus berhati-hati. “Nadia, dengarkan aku—” “Apalagi rencana yang disusun oleh kakak tercintamu itu? Liu Yantsui yang ia gunakan sebagai alat telah mati, sekarang kakakmu dan kau tidak lagi memiliki urusan di Makau. Lalu mengapa kau masih berada di sini?” “Nadia, kumohon untuk kali ini saja dengarkan apa yang kukatakan.” Nadia menghela napas. Ia benar-benar ingin meninju wajah Akiyama Tenzo. Dia benar-benar mirip dengan Akiyama Toshiro. Mungkin sedikit meninju wajahnya akan mengobati kekesalan Nadia kepada yakuza itu beberapa persen. Sayang sekali, Nadia sedang tidak berminat untuk mencari ribut saat ini. Ia benar-benar merasa lelah jiwa dan raga. “Katakan sebelum aku berubah pikiran.” “Kowloon.” Nadia mengernyit ketika mendengar nama kota kecil di Hong Kong yang kabarnya telah banyak ditinggalkan oleh orang-orangnya itu. Nadia pernah beberapa kali mendengar bahwa area padat tersebut adalah tempat tanpa hukum, artinya semua orang yang ada di sana bebas untuk melakukan apapun. Tidak sedikit kasus kejahatan ringan hingga kriminal berat terjadi di Kowloon. Nikolai juga pernah beberapa kali melakukan bisnis di area itu untuk menghindari lacakan penegak hukum. “Apa maksudmu? Ada apa dengan Kowloon?” Akiyama Tenzo bernapas pendek-pendek seperti seseorang yang baru saja berlari maraton. Ekspresi wajahnya juga tampak panik seperti seseorang yang terburu-buru, membuat Nadia benar-benar bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Nadia mendekati Akiyama Tenzo dan menyentuh bahunya. Ia mendekatkan wajahnya kepada pemuda itu dan menyadari bahwa Akiyama Tenzo menunjukkan tanda-tanda seseorang yang terserang panik. “Hei ada apa? Tenanglah, okay? Tarik napas dengan perlahan dan tenangkan dirimu.” Akiyama Tenzo berusaha mengikuti apa yang dikatakan oleh Nadia, namun hal itu tidak banyak membantu. Jantungnya tetap berdetak dengan kencang dan napasnya terasa sesak. “Tenzo? Katakan apa yang terjadi?” Nadia terus mengusap-usap punggung Akiyama Tenzo dan berusaha menenangkannya. Ia tidak pernah berpikir bahwa aka nada saat di mana ia melakukan hal ini. Meski mungkin Akiyama Tenzo tidak benar-benar terlibat dengan kejahatan kakaknya, tetap saja pemuda itu membantu kakaknya. Nadia tetap membencinya. “Mereka merencanakannya di Kowloon. Liu Jia Li dan Liu Tao akan dibantai untuk merebut kekuasaan Dragon’s Claws. Ketika mereka berhasil, maka selanjutnya adalah Bratva.” Nadia melebarkan matanya. “A-Apa maksudmu?” “Kubu yang tidak menyukai Liu Jia Li sebagai pemimpin Dragon’s Claws bekerja sama dengan kakakku dan merencanakan semuanya. Kematian Liu Yantsui adalah kemunduran untuk mereka yang mendukungnya, dan satu-satunya cara adalah melenyapkan Liu Jia Li termasuk keturunan Liu asli satu-satunya yaitu Liu Tao.” Jantung Nadia berdetak kencang mendengar apa yang dikatakan oleh Akiyama Tenzo. Permasalahan Dragon’s Claws hanyalah tentang perseteruan saudara angkat Liu Jia Li dan Liu Yantsui. Nadia tahu ada beberapa pihak di perkumpulan para pemimpin organisasi yang tidak menyukai Liu Jia Li, pun ada beberapa pemimpin organisasi yang tidak menyukai Liu Yantsui. Nadia kira, permasalahan Dragon’s Claws selesai setelah salah satunya mati, karena memang itulah satu-satunya jalan untuk menyelesaikannya. Tetapi apa? Kematian Liu Yantsui bukanlah tanda kebebasan Liu Jia Li dan Dragon’s Claws, melainkan awal dari perselisihan yang jauh lebih besar dan mengerikan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD