2. Terlambat

991 Words
Lee terus berubah.. Kini dia sudah sempurna sebagai monster burung. Namun berbeda dengan monster lainnya, tampilannya lebih gagah, menyeramkan dan sangat kekar. Dan Lee masih memiliki akal sehatnya meski sudah berkurang porsinya, karena sifat buasnya kini lebih dominan. Lee mengepakkan sayap raksasanya, lalu terbang melesat keatas. Menjebol plafon itu hingga hancur berkeping-keping. Lee terus terbang mengandalkan penciumannya. Mengikuti nalurinya mencari sosok yang dikhawatirkannya sejak tadi. Hingga sampai ke suatu ruangan yang cukup luas. Sepertinya, tadinya itu adalah ruangan observasi. Disana ia melihat tergolek lemas diatas lantai sesosok tubuh yang pakaiannya compang-camping. Lee tahu dia sudah terlambat! Mereka telah memperkosa Jessica dengan sadis. Di sekujur tubuh gadis itu terdapat banyak luka, lebam dan memar. Lee mendekati Jessica yang terkulai nyaris kehilangan kesadarannya. Gadis itu tak mengenali siapapun yang ada di depannya, hanya rasa trauma yang kini menghantui dirinya. Dia menjerit ketakutan, beringsut menjauh sambil melindungi dadanya. Meskipun dia hanya bisa bergeser sedikit karena kekuatannya betul-betul sudah habis, bahkan teriakannya terdengar semakin lirih. Melihat keadaan Jessica, Lee meradang hebat. Hatinya sakit luar biasa, membangkitkan kemarahan dalam hatinya. Lee segera melesat mendekati dua pria yang sudah memperkosa Jessica. Cakarnya langsung menghujam ke jantung dua pria itu. Mereka tewas seketika! Tapi kemarahannya masih belum terpadamkan. Lee mencacah, memburai dan mencincang tubuh dua pria itu. Peristiwa saat itu nampak sangat mengerikan! Kedua pria itu sudah tak berbentuk. Tubuh mereka seperti cincangan daging kasar dengan darah dan potongan daging bertebaran dimana-mana! Keadaan Lee pun sama-sama mengerikan, dengan mata berkilat sadis. Sekujur tubuhnya penuh darah dan potongan daging korban yang menempel padanya. Bau anyir darah dan amisnya daging memenuhi seluruh ruangan ini. Blakk! Tiba-tiba pintu terbuka. Masuklah puluhan pria yang berpakaian anti gores benda tajam. Mereka segera mengepung monster Lee. Pemandangan itu terlihat di layar televisi raksasa berukuran 4 x 4 meter yang tertanam di dinding suatu ruangan. Dua pria asik memperhatikannya. Yang seorang pria berjas putih seperti dokter, rambut putihnya nampak berantakan mencuat berdiri kesana kemari. Yang lainnya pria tampan yang bila dilihat sekilas berwajah lembut namun sorot matanya mengerikan. Kejam dan sadistik! "Dia berubah dan bertindak seperti yang kita kehendaki," si doktor berkata puas. Di layar terlihat Lee sedang membantai lawan-lawannya dengan sadis. "Tidak seluruhnya. Lihat matanya, berbeda dengan monster burung lainnya, dia masih memiliki manik matanya utuh. Sepertinya kesadaran tak hilang sepenuhnya." Si Doktor tersenyum puas. "Justru itu yang kuharapkan. Selama ini monster burung yang kita ciptakan tak memiliki kesadaran." "Karena itu kita mudah mengendalikannya kan?!" si pria tampan itu mengingatkan. "Tapi percobaan kali ini bukan untuk menciptakan kawanan monster burung yang tak punya akal. Kita akan membuat monster yang kuat tapi tetap cerdas. Dan lebih jauhnya lagi, setelah semua aman aku ingin memperkuat diriku dengan memakai serum darahya. " Ternyata si Doktor jenius itu sudah punya rencana tersendiri terhadap Lee. "Lalu kau akan membiarkan monster Lee itu menghabisi semua anak buahmu?" sarkas si pemuda tampan. Si doktor jenius itu tertawa terbahak-bahak. "Biarlah si monster itu bermain-main dulu dengan mereka untuk menumbuhkan kebuasan dalam dirinya. Bila saatnya tiba, aku akan melumpuhkannya dalam satu gebrakan!" Sementara itu Lee masih terus mengamuk. Dia sudah membunuh puluhan manusia berbaju anti benda tajam itu namun tetap saja Lee bisa menbunuhnya dengan membantingnya atau menginjak kepalanya. Jessica menyaksikan semua itu dari pojok ruangan, tenaganya sedikit pulih. Kesadarannya perlahan kembali. Kini dia tahu siapa sosok monster burung didepannya. Pernah sekali pandangan mereka bertemu dan ia langsung mengenali sorot mata itu meski sekarang agak berbeda. "Lee, kaukah itu?" gumam Jessica. Tapi dia yakin sosok itu adalah Lee-nya! Jessica bergidik ngeri melihat kebuasan Lee. Ini bukan Lee yang biasanya. Kekasihnya Lee amatlah pendiam dan kalem, tatapan matanya teduh. Lee yang memiliki kemanusiaan yang tinggi, kalau yang ini auranya mendekati hewan liar. Meski demikian Jessica tetap mengkhawatirkannya. Dan ia menjadi panik saat ada seseorang diantara mereka yang tengah membidik Lee dengan pistolnya. Sepertinya Lee tak menyadari ada bahaya yang mengincar dirinya. Saat orang itu menarik pelatuknya, entah darimana datangnya kekuatannya ... Jessica menerima peluru itu demi menyelamatkan Daniel Lee! Dhorrr!! Pistol itu meletus keras, pelurunya mendesing menembus kepala Jessica. Bertepatan saat itu Lee menoleh dan menyaksikannya langsung. Matanya membelalak syok. Tanpa peduli apapun, ia terbang melesat mendekati Jessica. Begitu cepatnya hingga ia masih sempat menyambut tubuh Jessica yang terkulai jatuh ke lantai. Jessica kini berbaring diatas tubuh Lee. Ia menoleh ke belakang, dengan mata berkaca-kaca Jessica bergumam lemah, "Lee..." Ia memegang cakar Lee hati-hati. Tatapannya nampak sedih. "Lee seperti a-apa.. pun wu .. judmu ha .. hati .. mu ha .. rus te-te .. tap ma .. nu .. sia ..." Lee tak bisa menjawabnya. Yang keluar dari mulutnya hanya suara kaok-kaok burung. Tapi matanya tetaplah Lee! Mata itu menatap Jessica sedih, frustasi, marah dan tak rela. Jessica tersenyum lemah. Dari mulut, hidung, dan telinganya, mengalir keluar darah segar. Rupanya ada pendarahan dalam otaknya. "Lee ..." Jessica tak sanggup berkata apapun lagi. Hanya mulutnya yang komat-kamit seakan menyuarakan 'I love you'. Lalu matanya meredup dan menutup untuk selamanya. Lee meraung kesakitan, seakan separuh nyawanya ikut melayang bersama kematian Jessica. Setelahnya kemanusiaan Lee semakin menghilang. Dia dipenuhi dendam dan amarah!! Lee mendekati orang yang memegang pistol itu. Cakarnya mencengkeram kepala pria itu. Dengan sekali sentak, ia mencabut kepala pria itu dari tubuhnya! Tak puas dengan itu saja, ia lalu mengoyak tubuh pria itu dan meraup jantungnya. Brulllll!! Jantung itu terlepas dari sarangnya masih dalam keadaan berdenyut-denyut! Lee menghancurkan jantung itu dalam satu remasan. Prof Haruka, si doktor jenius, melotot geram menyaksikan semua itu. Pria yang baru saja dibunuh Lee .. dia adalah anaknya, Tatsuya! "Tidakkkk!!" jerit Prof Haruka murka. Dia memencet tombol berwarna merah di meja kerjanya. Terbukalah beberapa lubang di dinding dan dari lubang itu meluncur peluru berisi obat bius yang kadarnya sangat keras. Tidak hanya satu, tapi ada ratusan peluru yang meluncur kearah Lee. Meski Lee berusaha menangkisnya namun ada beberapa yang mengenai tubuhnya. Obat bius dosis tinggi itu mulai bekerja. Lee sempoyongan lalu limbung dan terjatuh ke lantai. Keributan itu berhenti total setelah memakan puluhan korban, termasuk Jessica dan Tatsuya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD