Makan Sayur

1754 Words
Aku berharap Tuhan memanggilku sebelum Tuhan memanggil kalian, karena aku sayang kalian. -Adrian- HAPPY READING "Adrian cepat turun dan sarapan, oh iya vitamin sama obatnya jangan lupa diminum!!!" teriak seorang perempuan paruh baya namun masih terlihat sangat muda padahal umurnya sudah kepala tiga. "Iya mom, Rian lagi pakek sepatu," balas Adrian berdecak kesal sambil menuruni tangga rumah tingkat nan mewah ini. Pemuda bernama lengkap Adrian Wijaya Kusuma itu turun dari kamarnya yang kebetulan berada di lantai atas dengan muka yang kesal. Peristiwa tersebut justru membuat keluarganya gemas karena Adrian yang mengentak-hentakkan kakinya dilantai. "Bukannya bujukin malahan diketawain," sungut Adrian sambil duduk di kursi setelah meletakan tasnya di meja ruang tamu. "Kamu kalau marah lucu dek, bikin gemas." Tangan kekar pemuda itu bergerak mencubit pipi tirus adiknya. Ia bernama Bima, kak Bima adalah anak ke-4 dari keluarga Wijaya ini. "Sakit ihh jangan dicubit-cubit aku bakalan marah sama kakak," ucapnya cemberut dengan pipi yang memerah karena ulah sang kakak. "Iya-iya kakak minta maaf, sekarang adek makan ya biar nggak lemes lagi. Adek tau nggak sayuran itu bikin kita jadi kuat dan tambah tampan," rayu kak Bima sambil menuangkan sop ke piring Adrian. "Wah masak sih kak? Ian mau coba deh," ucapan polos itu keluar dari bibir munggil Adrian. Setelah merasakan sayuran itu, muka Adrian langsung masam. Sedangkan yang lain hanya bisa tertawa melihat si bungsu yang sedang dijahili kakaknya. Sang daddy langsung menatap tajam kak Bima, sedangkan kak Bima hanya bisa menunduk karena takut ditatap daddy-nya. "Sayang, ayo dimakan dong sayurnya. Kalau kamu mau makan sayurnya, daddy bakal beliin Adrian robot iron man yang kamu kinta kemarin," kata Alex merayu Adrian sambil mengelus surai hitam anak itu. Adrian yang dijanjikan seperti itu, langsung memakan sayurnya walau dengan jijik. Ia sangat tidak menyukai sayuran tapi keluarganya selalu merayunya dengan apa yang ia mau agar Adrian mau memakan sayur. Mereka sangat menyanyangi Adrian melebihi mereka menyayangi dirinya sendiri. Mereka telah selesai sarapan, "Kak Raihan, nanti Adrian dianter kakak ya," ucapnya setelah meminum s**u pisang kesukaannya. "Lho kog nggak bareng kak kembar sama kak Bima?" tanya kak Raihan heran. "Nggak mau!! Mereka nakal, nanti pipi Rian dicubitin terus," adunya kepada sang kakak. Semantara ketiga kakaknya bukan malah takut tapi malah gemas melihat tingkah adiknya yang seperi bayi. "Ok kakak anter Adrian sampai sekolah tapi seminggu kamu nggak boleh makan ice cream," ucap kak Raihan membuat adiknya berkaca-kaca dan sebentar lagi pasti akan menangis. "Bunda....hiks hiks hiks, kak Rai jahat hiks hiks hiks," tangisan itu akhirnya pecah, sedangkan sang kakak berusaha menenangkan sang adik. "Udah nggak usah nangis, nanti ayah kan beliib robot iron man pesanan adek," ucap Riana, bunda mereka. Ia mencoba menenangkan sang anak yang sangat manja ini. Dan berhasil, Adrian sudah diam namun masih cemberut. Ia kemudian mengambil tasnya dan berpamitan kepada bunda dan ayahnya. "Nih bekal adek, jangan lupa dimakan," ucap Riana menyodorkan kotak makan berwarna hitam dan juga botol minuman bergambar iron man. "Bunda, Rian kan udah besar jadi nggak usah bawa bekal ya. Lagian ayah udah ngasih uang jajan ke adek," katanya sambil mengedipkan matanya, berusaha agar bundanya ini mau menuruti permintaannya. "Nggak! Nanti adek jajan sembarangan lagi, emang adek mau masuk rumah sakit lagi?" kata sang Bunda langsung dijawab gelengan kepala dari Adrian, ia terpaksa menerima bekal itu dengan malas. "Ingat kata kakak, adek nggak boleh makan pedas, obat sama vitamin jangan lupa diminum dan jangan sampai kecapekan ya," ucap kak Raihan sambil mengacak-acak rambut Adrian. "Iya, Adrian udah tau kok," balasnya dengan malas, pasalnya setiap hari keluarganya ini selalu saja mengingatkan tentang itu. Setelah mendengarkan pesanan dari sang kakak dan bundanya ia berangkat sekolah bersama kak Raihan. Ia sangat suka bersama kak Raihan karena suka dengan bau parfum milik kakaknya ini. Hanya memerlukan beberapa menit, mereka sudah sampai di SMA Alexsander milik ayahnya. Tampak begitu megah dan mewah, siswa-siswanya pun dari kalangan orang berada seperti dirinya. "Ingat pesan kakak jangan bandel dan nakal," ucap kak Raihan sambil mengecup kepala Adrian pelan. "Iya bawel," ucapnya setelah mencium punggung tangan kak Raihan. Setelah kak Raihan pergi dari halaman sekolah, Adrian langsung mengeluarkan kotak makannya dan berjalan menuju pos satpam. "Pak Udin!!" ucap Adrian sedikit teriak, Pak Udin yang dipanggil pun langsung berlari ke arah Adrian. "Iya den, ada apa?" tanya Pak Udin dan Adrian langsung menyerahkan kotak bekal tadi. "Tapi den, bapak udah sarapan tadi," ucapnya sopan mungkin. "Gapapa pak, itung-itung amal," ucap Adrian tanpa dosa. Kemudian meninggalkan pos satpam. Ia adalah satu dari beberapa siswa yang terkenal di sekolahan. Bahkan banyak siswa yang mengaku dirinya adalah pacar Adrian. Adrian memasuki kelas bertuliskan 10 IPA 1 dengan muka datarnya. Ia langsung berjalan ke meja tempat duduknya, dan disana sudah ada Rony, Samudra dan Atdnan. "Pagi Adrian!!!" pekik seorang perempuan dengan dandanan menor dan baju yang super ketat. "Eh kayak ada yang ngomong tapi siapa ya?" celetuk Atdnan sambil celingak celingukan. "Iya ih, sumpah kelas kita serem banget deh," balas Rony dibalas gelak tawa oleh ketiga temannya, sedangkan Jenny langsung lari dari hadapan mereka berempat. "Dasar cabe murahan," gumam Samudra, teman sebangku Adrian sekaligus sudah ia anggap sebagai kakaknya. Karena umur Adrian paling muda diantara mereka. "Udah sarapan?" tanya Samudra saat melihat Adrian tengah tertidur diatas meja dengan tangan yang menjadi bantalannya. "Udah kok, sama ayah aja dipaksa pakek sayur," adunya masih kesal dengan ayahnya. "Good boy," balas Samudra sambil mengusap kepala Adrian. "Kalau tidur di ruang istirahat aja dek," saran Samudra kepada sang teman yang ia anggap sebagai adiknya. "Bentar lagi Bu Nining masuk bang, lagipula kita ada ulangan matematika," balas Adrian masih memejamkan matanya. Samudra hanya bisa pasrah dengan keputusan Adrian. Dia itu sangat keras kepala jika sudah menginginkan suatu hal. Selang beberapa menit, Bu Nining masuk kelas dengan membawa setumpuk soal. "Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Nining setelah meletakan lembaran soal di meja gurunya. "Bagi bu!!" jawab semua murid dengan lesu, pasalnya banyak dari mereka yang membenci pelajaran matematika. "Ok seperti janji ibu pada pertemuan sebelumny, saya akan memberikan ulangan. Jangan ada yang mencontek atau kalian akan tau konsekuensinya," ucap Bu Nining sambil menatap tajam siswa-siswanya yang sering mencontek. "Yaelah bu, tiap pertemuan ulangan mulu kita yang ngerjainnya aja bosen apalagi ibu," celetuk Rony pelan tapi masih bisa didengar oleh Bu Nining. "Bagi siswa yang tidak mau ikut ulangan silahkan keluar dari jam saya, dan saya tidak akan menambahkan kalian di daftar siswa saya lagi!!!" tegas Bu Nining setelah mendengarkan celotehan dari Rony. Sedangkan semua siswa hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Mereka mengerjakan ulangan dengan tenang dan sesekali mengkode temannya untuk meminta jawaban. "Sam..Sam bantuin gue dong, nomer lima belas," bisik Atdnan sambil menimpuk Samudra dengan kertas yang sudah ia buat bulat-bulan sedemikian rupa. Adrian menengok ke belakang kemudian langsung kedepan lagi. "Bu Atdnan tanya jawaban sama saya," adu Samudra kepada Bu Nining. "Kenapa sih Atdnan sama Rony selalu bikin ibu pusing?!" tanya Bu Nining dengan frustasi. "Lho saya kan nggak ikut-ikut bu," ucap Rony tak terima ia dituduh juga. "Gimana ibu nggak pusing, saya aja juga pusing punya sahabat kayak mereka," ucap Samudra mengkompori Bu Nining, sedangkan yang lain hanya tertawa melihat perdebatan murid dan guru itu. tiga puluh menit sudah berlalu, soal matematika yang dikerjakan sudah selesai sejak tadi. Sedangkan Bu Nining ada kepentingan, dan kelas 10 IPA 1 ini sudah ramai sendiri-sendiri. Walaupun kelas ini kelas unggulan, bukan berarti siswanya tidak urakan buakn? Adrian dan teman-temannya memilih pergi ke ruangan khusus untuk mereka sekedar menenangkan pikiran. "Gila Bu Nining ngasih ulangan banyak banget mana susah lagi." Keluh Rony setelah menghempaskan dirinha di sofa empuk. "Bukan solanya yang susah tapi lo aja yang g****k," hina Atdnan sambil menjitak kepala Rony. Sementara Samudra memilih menikmati ocehan dari Rony dan Atdnan. Adrian memilih tidur di kasur, entahlah ia merasa lelah hari ini. Padahal ia tak melakukan hal yang macam-macam. "Ambilin obat Rian di tasnya!" ucap Samudra kepada Atdnan dan Rony "baik bos," ucap mereka menurut. "Ian nggak mau minum obat bang, Ian hanya capek aja nggak sesak kok," ucap Adrian lemas. "Nggak, nanti kamu pingsan kayak kemarin lagi," ucap tegas Samudra, ia tetap mengelus rambut hitam Adrian. Atdnan dan Rony sudah kembali dengan sebungkus obat dan minuman milik Adrian. "Nih," ucap Rony menyerahkan bungkusan obat. "Bekal Rian dimana?" tanya Samudra, pasalnya setiap hari Samudra tau kalau Adrian membawa bekal. "Bekalnya Ian kasih sama Pak Udin soalnya dia belum sarapan," ucap Adrian berbohong. "Adek, abang nggak suka ya kamu bohong," ucap Samudra menatap tajam Adrian, sedangkan yang ditatap hanya menunduk dalam-dalam. "Huft... Adek kasih bekalnya sama Pak Udin karena adek gak suka sama bekalnya," ucap Adrian gugup. "Memangnya isi bekal adek apa?" tanya Samudra setelah menyuruh Rony membelikan makanan untuk Adrian. "Sayur, adek kan bukan kambing," ucap Adrian polos membuat kedua pemuda itu gemas sendiri. "Siapa bilang yang makan sayur itu kayak kambing, sayur itu bagus lho buat kesehatan adek," ucap Samudra terkekeh. Rony sudah datang dengan membawa sepiring bubur ayam dan juga s**u pisang kesukaan Adrian. "s**u pisang!!! Adek mau!" pekik Adrian dengan manja saat melihat minuman kesukaanya. "Tapi harus makan bubur ini," ucap Rony, dan Adrian hanya bisa menurut kepada Rony agar ia bisa meminum s**u pisangnya. Adrian makan dengan sangat malas, ia sangat membenci bubur karena teksturnya yang lembek dan bikin eneg. Setelah memakan bubur itu ia segera mengambil s**u pisangnya yang masih ada di dalam plastik. "Nih obat sama vitaminnya," ucap Samudra menyerahkan piring kecil berisi beberapa butir obat dan air putih segelas. "Kalau hari ini nggak minum obat sama vitamin gimana?" cicit Adrian pelan karena takut mendengar amarah kakak tirinya. "Gapapa kok, tapi kita langsung ke rumah sakit biar dokter David yang ngasih obat lewat suntik," ucap Samudra dengan smirik devilnya. "Ok adek minum obatnya tapi ada syaratnya," ucap Adrian kepada mereka bertiga. "Apa syaratnya?" tanya mereka serempak. "Mudah kok, sehabis pulang sekolah kita ke mal dan kalian harus beliin aku barang yang aku mau," ucap Adrian kepada mereka bertiga. "Nggak ada yang lain apa?" tanya Atdnan, ia takut bisa-bisa si bayi besar ini meminta barang yang mereknya guci lagi bisa habis jatah setahunnya. Padahal biasanya setelah membelikan barang-barang Adrian, ayahnya Adrian atau nggak kak Raihan akan menggantinya. Karena mereka tau, si bayi besar ini kalau morotin orang bisa sampe kere. "Iya atau nggak?" tanya Adrian kepada mereka dan mereka hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD