Gadis Burik

2284 Words
Kenzo nampak tengah melamun dengan wajah lesu di meja kerjanya setelah pertemuannya dengan Jelita dan keluarganya. Pria itu kini memikirkan bagaimana respon sang adik kesayangannya itu nantinya. Walaupun Khanza terlihat baik-baik saja tadi pagi, tapi tentunya hatinya juga akan kecewa. Flashback On Disebuah ruangan yang cukup besar dan mewah nampak seorang pria tampan dengan rahang tegasnya dengan kedua tangan yag dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya, tengah berdiri di dekat jendela kaca besar itu menyorot bentangan layar lebar lukisan keramaian kota dari lantai teratas bangunan pusat perbelanjaan terbesar di kota itu. Matanya terlihat sayu, namun pandangannya kosong. Pikiran dan perasaannya sedang tak karuan karena sang mama memintanya untuk bertemu dengan keluarga seorang gadis yang akan dijodohkan dengannya. Pernikahan mereka juga akan dilangsungkan dalam dua Minggu lagi. "Dady Dady Dady." Pekik suara dua anak perempuan dengan pakaian dan gaya rambut yang sama, memasuki ruangan itu dan berhamburan ke arah Kenzo Putra Bagaskara, karena keasyikan melamun pria itu sampai tak sadar ada yang memasuki ruangannya. Kenzo pun langsung berbalik dan menyambut pelukan kedua putri kembarnya yang cantik itu. Ia berjongkok dihadapan dua gadis cantik itu, memeluk mereka dengan hangat. "Hallo sayang. Kenapa tidak mengabari Daddy kalau kalian akan kemari?" tanya Kenzo seraya mencium lembut pipi kedua princess itu bergantian, setelah itu melepaskan pelukannya. "Maaf mas, mereka sangat merindukan mu dan memaksa ku untuk mengantar mereka kemari." Jawab seorang wanita cantik dengan gaun putih seksi di atas lutut menampakkan kaki jenjangnya yang mulus. Rambut bergelombang yang tergerai indah, berdiri di belakang dua anak kembar itu. Kenzo berdiri lalu berjalan membelah jarak melewati kedua putrinya, dan kini memeluk serta mencium kedua pipi wanita itu. "Terimakasih sudah mengantar mereka kemari." Bisik Kenzo didekat telinga wanita itu seraya melepaskan tangannya dari pinggang seksi wanita yang bernama Khanza itu. Walaupun ia sudah melahirkan dua anak kembar namun tubuh indahnya tak berubah sedikit pun bahkan lebih terlihat berisi. Kenzo kembali menghampiri dua gadis kecil itu, berjongkok di hadapan mereka. "Bukan kah kalian harusnya ada disekolah?" ucap lembut Kenzo seraya memegangi kedua pipi putrinya. "Kami mau di antar Deddy saja ke sekolah hari ini." Jawab Shakaela dengan wajah memelas. "Kami tidak mau di antar mommy. Mommy nakal hari ini." Tambah Shakeena dengan wajah cemberutnya. Ternyata kedua gadis kecil berusia lima tahun itu tengah merajuk pada sang Mommy. Khanza hanya tersenyum mendengar dua putri kembarnya yang tengah mengadu dengan kedua tangan menyilang di bawah d**a. "Baik lah kalau begitu Daddy dan Mommy akan mengantar kalian." Seru Kenzo seraya memegang kedua pucuk kepala putri-putrinya, meraih tangan kecil mereka dan membawanya berjalan mendekati Khanza. "Bukan kah hari ini mas ada janji dengan mama dan papa!" Ucap Khanza merasa tak enak hati. "Tidak apa-apa, lagi pula ini masih pagi. Aku masih punya banyak waktu, dan itu juga hanya pertemuan biasa. Ayo sekarang kita pergi antar mereka, aku tak mau mereka kecewa." Tutur Kenzo seraya berlalu meninggalkan ruangannya diikuti Khanza yang kini berjalan di belakang mereka. Flashback Off. ***** "Kok lemes begitu bro, kan baru ketemu calon istri. Harusnya semangat dong. Ini malah kayak agar-agar kelebihan air." Celetuk Arka melihat bosnya yang tak bersemangat. Kenzo kini sudah sampai kembali di ruangan tempat dimana ia menjalankan kekuasaannya. Kenzo merupakan pemilik salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan juga pemilik dari beberapa hunian elit yang ada di kota itu, lelaki yang kini berusia 30 tahun itu memang sudah mengetahui dirinya telah di jodohkan dengan gadis kampung yang merupakan putri dari sahabat papanya. Hanya saja yang dia tak terima adalah gadis itu baru berusia 19 tahun dan baru lulus SMA, sedangkan dia adalah pria dewasa yang setiap saat dikelilingi banyak wanita cantik dan seksi. "Sekali lagi kamu bicara kurang ajar, aku lempar kamu dari sini!" ancam Kenzo. "Lah kok marah sih. Eh bagaimana calon istrimu cantik dan seksi tidak?" Arka malah tak ada takutnya dan semakin mengajukan pertanyaan ekstrim. "Cantik dan seksi dari mana? Dia jauh dari itu semua, bocah ingusan begitu. Yang ada dia burik sudah kayak itik buruk rupa!" jawab Kenzo ketus dengan wajah terlipat. "Ya elah tidak usah menghina begitu. Kalau kamu tidak ingin menikah dengannya kenapa kamu tidak tolak saja perjodohan ini." Saran Arka. "Bagaimana aku bisa menolak jika ini ada permintaan mamah." Kenzo memasang wajah pasrah. "Tidak apa sekarang si itik buruk rupa nanti kamu yang percantik dia menjadi ratu angsa." Arka menurun naikkan kedua alisnya. Kenzo menatap sinis, tapi yang dikatakan asistennya memang benar, "Bocah burik begitu mah mau dipermak kayak bagaimana juga tetap tidak bisa berubah jadi princess bro. Mana bentukannya kayak Dora yang gagal berpetualang pula." Ucap Kenzo merendahkan. Ia jadi ngeri sendiri membayangkan wajah kusam dan poni Jelita yang ia lihat tadi. "Badannya juga sudah kayak sapu yang gagal produksi. Lurus seperti rel kereta." Tambahnya lagi mengingat tubuh lurus kecil kerempeng gadis itu. "Parah kamu bro, ngatain anak orang sampai segitunya. Awas nanti beneran cinta mati kamu sama dia baru tau rasa. Lagian ya kata-kata yang lagi hits sekarang itu wanita akan jadi ratu bila jatuh di tangan pria yang tepat. Nah karena kamu bermodal ya bisa saja nanti calon istri kamu bakalan berubah dari itik buruk rupa menjadi angsa cantik yang sangat indah di lihat." Arka mulai memberikan ceramah. "Sudah lah jangan bahas gadis burik itu dulu. Sekarang fokus ke meeting yang sebentar lagi kita mulai. Pembicaraan tidak penting kita sudah terlalu banyak menghabiskan waktu." Ucap Kenzo mulai merasa kesal. Pembahasan dua lelaki itu pun berubah lagi dan fokus ke pekerjaan mereka. Selang lima belas menit berlalu meeting mereka pun di mulai tapi pikiran Kenzo malah berjalan-jalan ke tempat lain. "Oh Tuhan kenapa malah bayangan bocah burik itu yang selalu muncul dipikiran sih. Mengganggu saja." Desis Kenzo seraya mengacak rambutnya sendiri. "Anda baik-baik saja tuan?" tanya seorang wanita berpakaian seksi yang duduk di hadapannya. "Eh maaf Bu Sarah, kepala sedikit gatal. Silahkan di lanjutkan!" bohong Kenzo. "Maklum Bu, bos saya jarang keramas." Tambah Arka dengan santainya. "Dasar asisten sialan, awas saja kamu." Gerutu Kenzo dalam hati. Wanita bernama Sarah itu pun kembali fokus mendengarkan isi kontrak kerja sama mereka di mall itu bersama Arka. Sedangkan Kenzo masih sibuk dengan pikirannya, dan di saat itu pula ada sebuah pesan masuk di ponselnya dan itu dari sang mamah Kartika. Mamah: Belikan Jelita ponsel, dia pasti butuh itu untuk berkomunikasi, dan juga belikan pakaian yang cocok untuk dia lengkap dengan make up serta perawatan wajah biar dia tampil cantik di hari spesial kalian nanti. Jangan lupa tanyakan sama pegawai tokonya Skincare yang cocok buat remaja tapi tidak sampai menimbulkan masalah ketika dia akan di make up pas acara nikahan kalian nanti. "Ini pesan apa koran sih panjang benar! Kenapa tidak langsung di bawa ke klinik kecantikan saja sih dari pada repot-repot buat beli perawatan. Mama mah ada-ada saja bikin ribet orang." Gerutu Kenzo. Dia pun dengan cepat membalas pesan itu agar sang mamah tidak menerornya nanti kalau dia telat memberikan balasan. Kenzo. Siap laksanakan komandan. Tenang saja mamah ku sayang, bila perlu semua isi mall ini aku bawakan buat calon menantu kesayangan mamah itu. Mamah (Membalas hanya dengan emoticon love) Begitulah Kenzo yang tak pernah bisa menolak perintah dari wanita yang telah menghadirkannya ke dunia, wanita yang merupakan cinta pertamanya itu. Tentu saja pernikahan ini juga terpaksa ia harus terima karena permintaan sang mamah. Kelihatannya saja dari luar Kenzo pria sangar dengan wajah preman tapi hatinya kayak Tweety eh salah Hello Kitty maksudnya. "Kalau tidak karena mamah yang minta perjodohan ini aku tidak bakalan mau nikah sama bocah itu. Membayangkan wajah anak itu saja aku tak sanggup!" batin Kenzo. "Terimakasih pak Arka dan pak Kenzo untuk kerjasama ini. Semoga hubungan kita kedepannya semakin baik dan kerjasama sama ini berjalan lancar selalu." Ucap Bu Sarah seraya bangkit dari duduknya dan menyalami Arka. Kenzo yang masih sibuk dengan pikirannya sampai tak menyadari kalau meeting itu sudah berakhir. Melihat kelakuan sang bos yang masih melamun Arka pun tidak mau mengusiknya dan mewakili acara perpisahan pertemuan itu. "Lah mana itu ibu ibu ganjen Ka?" tanya Kenzo. bingung melihat sofa di depannya sudah kosong. Sebenarnya Kenzo juga sengaja tidak terlalu memperdulikan wanita tua itu karena sedari tadi Bu Sarah mencuri pandang genit dengannya. "Sudah pulang." Jawab Arka seraya membereskan berkas-berkasnya. "Syukurlah. Sekarang kamu temani aku beli ponsel sama t***k bengek peralatan anak gadis buat itu bocah burik!" Kenzo yang malas berdebat pun kini bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruangannya itu. "Siap komandan." Jawab Arka menyusul Kenzo. Setelah berjam-jam lamanya terbuang sia-sia dua pria tampan itu pun kembali ke ruang kerja mereka. "Ya ampun bro ini sudah jam berapa, dari sore sampai mall ini mau tutup kita cuma keluar masuk doang di semua toko yang ada di sini. Kamu cari apaan sih sebenarnya? Cari harta peninggalan raja Fir'aun apa cari barang buat itu bocah? Kagak ketemu-ketemu perasaan? Sudah dipelototi sampai kering ini mata ujung-ujungnya kagak jadi. Atau jangan-jangan kamu tidak punya uang?" Sentak Arka yang melakukan aksi protesnya yang sungguh merasa kesal dengan kelakuan bosnya itu, dia setengah hari cuma di ajak keluar masuk di semua toko yang ada di mall besar itu. Kebayang bagaimana capeknya mereka berjalan berkeliling di 6 lantai mall itu. "Bawel amat sih kamu kayak emak-emak arisan aja, kamu tinggal ikuti aku saja susah. Lagian itu gunanya aku gaji kamu dengan nominal besar ya buat melakukan hal semacam ini. Sesekali keliling di mall kita kan tidak masalah, bila perlu sampai kamu hafal setiap sudutnya." Sentak Kenzo tak kalah galaknya. "Lah apa hubungannya coba sama gaji aku. Ayo lah mau sampai kapan kita di sini? Lima belas menit lagi sudah jam tutup nih Ken." Arka mengingatkan. "Lah ini mall punya siapa?" tanya Kenzo dengan memicingkan mata. "Ya punya kamu." "Ya sudah terus kenapa harus heboh mall mau tutup sebentar lagi. Bila perlu hari ini mall di buka dua puluh empat jam karena aku belum selesai mencari apa yang aku butuhkan." Tegas Kenzo. "Ya tidak bisa begitu dong tuan muda Kenzo Bagaskara. Mereka itu punya jam kerja yang sudah jelas di kontrak mereka masing-masing dengan bos-bos mereka. Lagian mereka juga punya keluarga, punya anak, istri, dan suami yang menunggu di rumah. Lain lagi halnya sama kita yang masih bebas keliaran cari tempat singgah kayak kupu-kupu malam." Ucap Arka dengan bijaknya. "Oh oh oh. Bijak sekali anda, kalau begitu kamu belikan semua barang yang tadi kita pelototi sampai berjam-jam itu. Batas waktu mu sampai mall ini tutup dan semua barang sudah harus kamu beli serta bawa ke ruangan ku ini!" Titah Kenzo dengan melemparkan kartu hitamnya pada sang asisten somplak itu. "Eh eh kok malah jadi begini sih!" Arka jadi panik sendiri tapi dengan tepat menangkap kartu itu. "Sudah pergi sana, jangan banyak bicara lagi. Bukan kah waktu mu terbatas, kalau sampai kerjaan mu tidak beres aku pastikan kamu akan menjadi penghuni tetap mall ini selama sebulan!" Ancam Kenzo seraya berlalu pergi menuju ruangannya. "Wah ternyata dia meremehkan ku, yang aku khawatirkan bukan ancaman kecil mu itu. Hanya saja kamu harus bersiap-siap kehilangan delapan sampai sembilan digit angka dari kartu kesayangan mu ini." Ucap Arka menyeringai seraya menatap kartu yang kini ada di tangannya. Kenzo memang salah menantang orang dia tidak tau bagaimana kehebatan asistennya itu. Tanpa menunggu lama lagi Arka pun beraksi dengan keahlian yang ia miliki. Ia juga tak perlu bersusah payah keluar masuk lift untuk menjelajah seluruh lantai mall itu. Seperti di serial dongeng anak Arka kini menjadi seorang peri penyelamat dadakan. Tinggal mengangkat tongkat sihirnya maka semua akan terkabul. Ya begitu lah singkatnya. Tepat ketika pengeras suara yang menginformasikan kalau jam pengunjung mall telah habis alias mall akan segera tutup dan mengingatkan pengunjungnya untuk bersiap-siap meninggalkan pusat perbelanjaan itu, Arka dengan langkah gagahnya di ikuti para barisan pramuniaga yang berjejer rapi di belakangnya sudah sepanjang jalan kenangan dengan membawa paper bag cantik di tangan mereka masing-masing. "Oke ladies letakkan semua barang-barang itu di sini!" Ucap Arka yang mengangkat kedua tangannya dan memberikan isyarat dengan bertepuk tangan dan bergaya di sana. Benar saja ruangan itu kini penuh dengan tas belanjaan yang membuat si empunya membelalakkan mata tak percaya. Kenzo hanya bisa duduk mematung dengan mulut terbuka. "Terimakasih ya semuanya, kalian bisa langsung kembali ke tempat masing-masing ya sweety." Arka menyampaikan rasa terimakasih dengan sedikit membungkuk kan badan sementara sang bos masih dalam keadaan belum sadar dari pemandangan yang ada di hadapannya. Kini seluruh sudut ruangan itu sudah penuh dengan belanjaan yang entah apa mungkin isinya. "Bagaimana tuan muda yang terhormat sesuai permintaan anda. Semua telah aku beli dalam waktu dan tempo yang sesingkat-singkatnya." Arka mengacungkan black card yang ada di tangannya. "Kamu sudah gila ya kenapa kamu beli barang sebanyak ini?" Sentak Kenzo dengan suara menggelegar memenuhi seluruh ruangan itu sampai Arka hampir saja menjatuhkan kartu kecil pipih itu beruntungnya dia masih bisa menangkapnya. Kalau tidak tamat lah riwayatnya harus mencari itu kartu di tumpukkan paper bag itu karena kini bahkan seluruh inci lantai ruangan itu juga penuh dengan jejeran paper bag tadi. Arka menarik nafas dalam, sebelum memberikan jawaban. "Aku hanya mengikuti perintah mu saja besty tapi kenapa kamu malah meneriaki ku. Sudah ini kartu mu dan aku harus pulang. Bye." Ucap Arka tak kalah galak dan tegasnya cuma dia orang bisa dan berani memarahi bosnya. Arka bersusah payah menyingkirkan barang-barang itu setelah meletakkan kartu hitam berharga itu di atas meja kaca ruangan itu. "Ya Allah bagaimana aku harus membawa ini semua. Dasar asisten somplak." Kenzo merasa frustasi dan geram sendiri seraya menjambak rambutnya itu. Ia tak bisa menyalahkan Arka, karena itu memang permintaannya sendiri. "Dasar g****k kenapa aku sampai lupa dia bukan asisten yang bodoh seperti asisten ku sebelumnya." Gerutu Kenzo merasa frustasi sendiri, ya karena asisten pertamanya memang begitu bodoh, bahkan lelet seperti siput sehingga ia terpaksa mengangkat Arka sebagai asisten barunya sampai mereka menjadi sahabat dekat, padahal dulunya Arka merupakan musuh Kenzo selama bertahun-tahun di bangku SMA. Sampai mereka kuliah di satu universitas yang sama pun Arka dan Kenzo masih tetap bermusuhan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD