Takdir Yang Menyedihkan

1014 Words
"Saya terima nikah dan kawinnya Jelita Cahaya Mentari putri dari Kusman dengan mas kawin uang sebesar satu juta seratus seribu satu rupiah dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!" Ucap pria dengan rahang tegas itu dalam satu tarikan nafas. Nampak ia sangat tampan dengan setelan tuxedo warna hitamnya. Pria gagah itu tak lain adalah Kenzo Putra Bagaskara pemilik pusat perbelanjaan terbesar di kota itu, ia adalah putra Bagaskara sang pengusaha yang sukses. Betapa leganya kini Kenzo akhirnya bisa menghalalkan gadis itu, setelah seminggu lebih mengenalnya dalam momen singkat perjodohan mereka. "Bagaimana? Saksi? Sah?" Tanya Pak Penghulu. "SAH!" Saksi pernikahan dan semua para tamu yang hadir menjawab dengan serempak, Kenzo langsung bernapas lega sementara keluarga Jelita pun hanya bisa menangis haru. Kini anak gadis mereka satu-satunya telah menemukan pasangannya, ia akan memiliki keluarganya sendiri. Sementara Kenzo begitu gugup menanti kedatangan pengantinnya dan saat sang pengantin datang, ia terpana melihat sosok sang bidadari yang kini berjalan mendekatinya dengan di gandeng oleh kedua orangtuanya, Kusman dan juga Rukyah. Walaupun baju kebaya putih yang gadis itu kenakan nampak kebesaran, namun Kenzo tetap bisa melihat kecantikan istri kecilnya itu karena ia lah yang meminta sang MUA untuk memberikan pakaian yg sedikit lebih besar dari ukuran tubuh istrinya. Baru saja dua insan itu di pertemukan, tiba-tiba sebuah suara menyapa mereka dengan begitu cerianya. "Daddy Daddy." Dua anak kecil dengan gaun cantik mereka berlari dengan begitu semangat ke arah pria berusia tiga puluh tahun itu. Semua pandangan kini tertuju pada dua anak kecil yang ternyata adalah anak kembar itu. Mereka tak datang sendiri, melainkan ditemani seorang wanita cantik dengan gaun putih selututnya yang setia berjalan di belakang dua bocah perempuan itu. Tentu saja pemandangan itu membuat gadis bernama Jelita yang baru saja sah menjadi istri Kenzo sangat terkejut. Ternyata pria yang ia kenal dalam hitungan hari itu merupakan duda ganteng beranak dua, atau mungkin saja ia adalah dinikahi untuk jadi istri mudanya. Pikiran Jelita mulai kacau, ditambah huru hara dari mulut para tetangganya yang mulai membicarakan mereka di yang seharusnya membahagiakan itu. Jelita yang tadinya akan duduk di samping sang suami kini digantikan oleh dua bocah perempuan yang tengah memeluk papa mereka dengan wajah polos yang seakan menahan kerinduan. Sementara Jelita masih sibuk dengan pikirannya seraya menatap ke arah wanita cantik yang tengah berjalan ke arahnya. "Ya Tuhan, hal menakjubkan apalagi ini. Aku kira akan menikah dengan perjaka tua, eh ternyata duda. Atau bisa jadi aku dinikahi untuk dijadikan yang kedua." Batin Jelita tak percaya. "Perkenalan jalur kilat dan musibah ternyata sungguh tak mengenakkan." Gumam gadis itu merasa ngenes sendiri. Jelita masih mematung di tempatnya, tatapan matanya masih fokus pada Khanza yang tengah berjalan ke arahnya dengan senyum yang sedikit di paksakan. Acara pernikahannya pagi itu sungguh sangat luar biasa dengan adanya kejutan besar yang tak pernah terlintas di pikiran Jelita. Para tamu undangan yang hadir yang tak lain adalah para tetangga Jelita sudah mulai mengeluarkan gunjingan mereka, berbisik satu sama lain mengenai pernikahan malang gadis itu. Namun orang tua Jelita hanya menampakkan wajah tenang mereka. Sementara pak Bagas dan istrinya saling pandang tak percaya, tentu saja mereka terkejut dengan kehadiran putri dan cucu kembar mereka di sana. "Kenapa Khanza bisa ada di sini, bukankah mama bilang sudah meminta Khanza untuk tidak datang kemari?" bisik Bagas pada istrinya. "Mama juga tidak tahu pah, mama sudah melakukan sesuai rencana kok. Ini pasti kerjaannya Kenzo pah?" Jawab Kartika dengan wajah kesalnya. "Dasar itu anak, seneng banget nambah masalah. Terus sekarang gimana nih, semua tamu sudah mulai pada berbisik. Kasian menantu kita tuh, sudah kek manekin baju di mall mah." Ucap panik pak Bagas yang melihat Jelita masih bergeming. "Entah lah anaknya papah tuh, apalagi yang dia rencanakan sekarang. Mama juga nggak ngerti lagi dah, untung saja Kusman dan Rukyah sudah tahu masalah ini." Arka yang melihat adegan tak mengenakkan itu langsung menarik lengan Khanza dan membawa wanita itu keluar dari tempat acara. Sedangkan Jelita kini di tuntun untuk duduk di samping sang suami oleh ibunya. "Ayo nak kamu harus duduk di samping suami mu! Biarkan acara ini berjalan sampai selesai. Jangan hiraukan bisikan-bisikan makhluk halus itu." Bisik Rukyah mencoba menyadarkan putrinya dari lamunannya itu. "Ayo sayang sama Granny dulu ya. Biarkan Daddy sama mama Jelita menyelesaikan acaranya." Ucap Bu Kartika pada kedua cucunya dan menarik lembut lengan kedua gadis kecil itu agar memberi ruang pada Jelita dan Kenzo untuk menyelesaikan acaranya. "Untuk mempelai wanita yang sudah sah berstatuskan seorang istri Salim dulu sama suaminya." Ucap sang pembawa acara hari itu yang diadakan begitu sederhana. Kenzo terlebih dulu mencium kening gadis yang kini sudah sah menjadi istrinya itu, barulah Jelita menyalaminya, mencium punggung tangan Kenzo tanpa sedikitpun melihat wajah pria itu. Jelita masih berdebat dengan pikiran dan hatinya, lihat saja suara bisik-bisik para tetangga semakin heboh terdengar. Tapi acara itu tetap berlangsung bahkan dirinya juga sudah resmi menjadi Nyonya Kenzo Putra Bagaskara. Lantas apa yang harus ia disesali kini? "Maafkan aku baby. Aku menempatkanmu pada situasi yang kacau ini." Lirih Kenzo dalam hati yang terus menatap lekat Jelita yang hanya menundukkan kepalanya itu. "Kenapa ibu dan bapak tidak berkomentar apa-apa, bahkan mereka terlihat begitu tenang di tengah gunjingan para tetangga. Apa mereka sudah tahu tentang status si manusia bunglon ini?" Batin Jelita. Setelah acara salaman selesai, Jelita dan Kenzo diminta untuk menandatangani buku nikah mereka. "Ini sebenarnya konsepnya bagaimana sih, kalau memang aku ini istri keduanya masa ya pakai acara punya buku nikah segala. Berarti ini sudah resmi terdaftar di KUA? Emang bisa begitu? Atau jangan-jangan wanita tadi adalah wanita simpanannya, dan anak-anak itu adalah anak dari hasil hubungan gelap mereka. Eits dah teorinya jadi banyak banget sih." Gerutu Jelita yang masih membatin sendiri. "Acara selanjutnya penyerahan mahar dan buku nikah." Ucap pemandu acara hari itu. Kenzo pun menyerahkan box mahar yang telah di persiapkan sang mama berupa uang dan seperangkat alat sholat. Jelita menerimanya masih dengan wajah tertunduk, sekali lagi ia mencium punggung tangan suaminya. Setelah penyerahan mahar pak penghulu memberikan mereka buku nikah yang menjadi ikatan resmi mereka di hari itu. Acara dilanjutkan dengan sesi foto sang pengantin dan keluarganya. Wajah Kenzo kini tengah berbahagia, hanya saja Jelita masih sibuk dalam diamnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD