Gemintang melihat pagar yang menjulang tinggi di depannya. Plang sekolah bertuliskan SMA TRI SAKTI juga terlihat di sana. Perempuan dengan cepol asal dan poni yang menutupi wajahnya itu meniup permen karetnya, sehingga terbentuk gelembung di mulutnya.
Pukul 7:46 menit, Gemintang baru saja berangkat sekolah. Perempuan itu mendongak dan tidak melihat ada satpam di posnya. Gemintang melepas tas ranselnya, dan melempar masuk kedalam lingkungan sekolah. Selanjutnya, perempuan itu sedikit menyibakkan rok abu-abunya dan mulai memanjat pagar tinggi tersebut.
Gemintang mendarat mulus dengan posisi berdiri. Tangannya sedikit kotor terkena debu yang menempel pada pagar tersebut. Gemintang mengambil tasnya, dan dengan santai menjelajahi SMA Tri Sakti. Koridor sekolah sudah sepi, Dengan bebas Gemintang berlalu lalang di koridor tersebut.
"Hey kamu!" seru seorang wanita berbadan gempal di ujung koridor.
Gemintang menghentikan langkahnya. "Saya?" ucap Gemintang menunjuk dirinya sendiri.
"Kenapa kamu berkeliaran di jam pelajaran? Baru berangkat kamu?" tanya wanita itu dengan sedikit menelisik kearah Gemintang.
"Saya anak baru, bu.." ucap Gemintang santai.
"Anak baru? Keponakannya ketua yayasan?"tanya guru tersebut.
"Sebelum saya antar kamu ke ruangan kepala sekolah, ayo masukan dulu baju kamu!"perintah guru Tersebut.
"Ck, males bu risih!" sahut Gemintang malas.
"Loh? Kok malah risih, sudah ayo cepat masukan!" perintah guru itu lagi.
Dengan rasa malasnya, Gemintang memasukan baju kedalam roknya. Seorang lelaki lewat membawa setumpuk buku di depannya.
"Mari bu.." sapa lelaki itu sembari tersenyum kepada guru yang menegur Gemintang tadi.
Gemintang membuang mukanya kesal. Ia tahu siapa lelaki yang sok sopan dengan meyapa guru itu dengan ramah. Bumi Sajagad Mahendra, rivalnya. Gemintang dan Bumi adalah dua orang yang tak pernah akur. Tapi tunggu dulu,
Gemintang mengamati penampilan Bumi, kenapa penampilan Bumi di luar sekolah dan di dalam sekolah berbeda? Di luar sekolah Bumi sangat urakan, rambutnya acak-acakan dan pakaiannya pun tidak jauh berbeda dengan dirinya.
Tapi ketika di dalam sekolah, kenapa jadi rajin begini? Ah mungkin hanya pencitraan. Begitu lah pemikiran dari Gemi. Tanpa Gemi tahu bahwa orang yang ia temui adalah orang yang berbeda..
****
Gemintang mengikuti langkah guru di depannya. Hingga ia sampai di kelas 11 IPA 2. "Maaf bu menganggu sebentar," ucap guru BP yang tadi menegur Gemintang.
"Oh iya bu, silakan.. " ucap guru yang sedang mengajar di kelas.
"Baiklah anak-anak kalian kedatangan teman baru. Silakan nak, perkenalkan diri kamu..."ucap guru itu mempersilakan Gemintang.
"Perkenalkan nama gue Gemintang Libra Semesta. Kalian bisa panggil gue Gemi, Gue pindahan dari SMA Kusumajaya."ucap Gemintang.
"Neng Gemi geulis pisan uey!"
"Ya allah cantiknya!!"
"Neng Gemi bagi nomor WAnya dong, siapa tahu butuh ojek!"
"Sudah-sudah! Kalian ini malah menggoda murid baru di depan saya lagi!" seru guru BP itu.
"Permisi bu...!" dari ambang pintu ada seorang lelaki yang akan masuk kedalam kelas. Gemi menatap lelaki itu dengan tatapan tajam dan sedikit angkuh.
"Oh iya silakan Benua.." ujar guru tersebut.
"Gemi kamu duduk bersama Sindy, ya?"ucap guru BP. "Sindy angkat tangan kamu..." ucap guru BP, perempuan bernama Sindy itu pun mengangkat tangannya.
Gemintang pun berjalan ke arah perempuan bernama Sindy itu. Dengan raut wajah juteknya, perempuan cantik itu duduk di sebelah Sindy dan kalian tau? Lelaki yang ia temui di koridor tadi duduk di depannya.
"Hay Gemi! Gue Sindy..." ucap perempuan berambut ikal itu sembari mengulurkan tangannya.
"Gemintang..." jawab Gemi membalas uluran tangan Sindy. Tatapan mata Gemi mengarah pada lelaki yang duduk di depannya.
Bagaimana bisa ia sekelas dengan Bumi? Musuhnya dari jaman ia sekolah Di SMA Galaksi, menurut Gemi, Bumi itu tipikal cowok yang sangat menyebalkan.
Lelaki itu pernah memalukan Gemi di depan umum. Pokoknya demi apapun Gemi benci dengan Bumi.
***
Bel istirahat berbunyi, membuat seluruh murid kelas 11 IPA 2 berhamburan keluar. Dan hanya menyisakan Gemi dan Bumi. Sebenarnya Sindy sudah mengajak Gemi untuk pergi ke kantin. Namun, Gemi menolaknya.
"Kamu gak ke kantin?" tanya Bumi kepada Gemi.
Gemi mengerutkan keningnya? Lalu tertawa di depan Bumi membuat Bumi heran. "Kamu? Waw! Jadi gini ya tingkah lo di dalam sekolah? CUPU!" seru Gemi menatap sinis kearah Bumi, lelaki di depan Gemi masih bingung dengan apa yang di ucapkan oleh Gemi.
"Bumi, Bumi! Jangan lo pikir gue pindah ke sekolah lo! Dan lo bakal bisa tindas gue gitu aja! Gue, Gemintang Libra Semesta gak akan tinggal diam akan hal itu!" seru Gemi lalu pergi dari hadapan lelaki itu.
Kini, lelaki itu tahu. Gemi mengira bahwa dirinya adalah Bumi, kakak kembarannya. Dan sepertinya, Gemi sangat membenci Bumi.
*****
Gemi pergi dari kelasnya, ia menyusuri koridor sekolah yang ramai. Tanpa sadar bahunya sedikit terdorong oleh seseorang. "Heh lo tuh jalan pakek mata!" seru perempuan berambut pirang di depan Gemi.
Gemi bangkit dan melihat baju seragamnya yang sedikit terkena noda dari minuman yang di bawa oleh perempuan itu. "Mata lo! Gue yang lo tabrak! Baju gue yang kotor! Dan lo masih nyalahin gue? Mikir!" bentak Gemi yang sudah emosi dengan perempuan di depannya.
Perempuan itu tersenyum sinis kepada Gemi. "Lo gak tau siapa gue?" ucap perempuan itu dengan wajah angkuhnya.
"Gak penting buat gue! Tauu siapa lo!" balas Gemi mendorong bahu perempuan itu dengan jari telunjuknya.
"Belagu banget lo! Gemintang Libra Semesta! Oh jadi lo anak baru itu?" cibir perempuan di depannya. Perempuan itu jugaa membaca name tag dari Gemi.
"Gue kasih tau ya anak baru belagu! Gue queen bully disini! Jadi jangan macam-macam sama gue!" acam perempuan itu. Gemi tertawa menanggapinya.
"Sorry ya, queen bully. Gue gak T A K U T..." sahut Gemi santai.
"Lo berani sama gue?" ucap perempuan itu akan menampar Gemi namun di tahan oleh Gemi. Gemi pun memutar tangan perempuan itu hingga perempuan itu kesakitan.
"Gemintang! Lepasin!"teriak seorang lelaki yang baru saja datang bersama kedua temannya.
Gemi melepaskan cekalannya, dengan sedikit mendorong tangan perempuan itu. Membuat perempuan itu jatuh dalam pelukan lelaki yang memanggilnya tadi.
Gemi menatap lelaki di depannya. Lalu tertawa. "Baru juga di bilang cupu! Udah ganti aja..." cibir Gemi sembari melipat tangannya di d**a.
Lelaki di depannya pun mengerutkan keningnya bingung. "Punya nyali lo? Pindah sekolah di sekolah gue?" tanya lelaki itu dengan senyum meremehkan.
"Sejak kapan gue takut sama lo?" ucap Gemi dengan sedikit kekehan.
Mereka tidak sadar bahwa sedari tadi mereka menjadi bahan tontonan oleh murid-murid yang lainnya. "Lo tau akibatnya karena udah berani sama gue Gem, apa lagi lo juga sakiti pacar gue..." ucap lelaki itu dengan kilatan amarahnya.
"Oh jadi, cewek ini? Pacar lo?" ucap Gemi menatap remeh pada perempuan berambut pirang itu.
Gemi mencondongkan wajahnya agar mendekat pada perempuan berambut pirang di sebelah lelaki itu. "Jadi mainan Bumi yang ke berapa?" tanya Gemi sembari terkekeh di depan perempuan itu.
Lelaki bernama Bumi itu memegang bau Gemi dan mendorongnya. Gemi akan jatuh, namun dari arah belakang ada seorang yang menahan tubuh Gemi agar tidak jatuh. "Kamu tidak apa-apa?" tanya lelaki itu.
Gemi diam, perempuan itu mematung. Menatap Lelaki yang menolongnya barusan. "Lo...." ucap Gemi bingung, menunjuk ke arah Bumi dan lelaki itu secara bergantian.
Di depannya sekarang ada 2 Bumi, Bumi dengan tampilan super rajin. Dan Bumi lainnya dengan tampilan yang tidak jauh berbeda dengannya.
"Benua, lo jangan ikut campur urusan gue!" seru Bumi.
"Gak bisa Bum, kamu sudah keterlaluan sama perempuan.. " ucap lelaki bernama Benua. Seraya menolong Gemi.
"Terserah lo!" seru Bumi menarik perempuan berambut pirang itu dan pergi dari koridor sekolah ini.
"Kamu tidak pa-pa?" tanya Benua kepada Gemi. Gemi masih Diam.
"Lo..."
Lelaki itu tersenyum, Gemi terdiam. Wajahnya yang sedikit pucat membuat Gemi melihat sosok lain dari Bumi. Bukan kah? Dia itu bukan Bumi?
"Ayo ikut saya, saya akan jelaskan semuanya..." ucap Benua menarik lembut tangan Gemi.
Mereka berdua duduk di taman sekolah. "Sebelum itu kenalkan nama saya Sebiru Benua Mahendra. Adik kembaran Bumi..." ucap Benua sembari tersenyum.
"Ja.... Jadi lo adik kembarannya Bumi?" tanya Gemi, Benua masih tersenyum dan mengangguk.
"Oh oke, gue minta maaf.." ucap Gemi kepada Benua.
"Tidak pa-pa, kamu kan tidak tau." sahut Benua masih dengan senyum yang di pamerkan oleh Benua.
Mereka berdua kembar identik, dari segi tinggi badan, perawakan, warna mata, semua sama. Hanya tingkah dan polah laku mereka yang berbeda. Angin siang hari menerpa mereka, membuat debu yang ada berterbangan dan masuk kedalam mata Gemi.
"Aduhh.." keluh Gemi sembari mengucek matanya.
"Kenapa?" tanya Benua.
"Kelilipan...." jawab Gemi, Benua pun menurunkan tangan Gemi, dan meniup lembut mata Gemi membuat Gemi terdiam.
Benua masih mempertahankan posisinya, dengan jarak sedekat ini. Benua mengamati wajah Gemi. Sembari tersenyum manis, Gemi hanya terpaku dengan sikap Benua.
Deringan bel masuk sekolah membuat keduanya sadar. "Ayo ke kelas...." ucap Benua sembari menggenggam tangan Gemi. Gemi menurut sembari menatap tangannya yang di genggam oleh Benua.
***
Benua masuk kedalam rumahnya, dengan senyum yang tak berhenti mengembang. Kalina yang sedang menyiapkan makanan pun terheran dengan raut bahagia anaknya.
"Mama, Benua pulang..." ucap Benua mencium pipi Kalina.
"Hem, kenapa nih anak Mama. Keliatannya seneng banget..." ucap Kalina mengusap kening Benua.
Benua tersenyum, membuat Kalina ikut tersenyum. "Gak mau cerita nih sama Mama?" tanya Kalina menggoda Benua.
"Ah Mama, Benua malu..." ucap Benua menutupi wajahnya yang memerah.
"Mama tau, pasti Benua lagi fall in love?" tebak Kalina membuat Benua dengan wajah yang semakin memerah.
"Udah ah Ma, Benua ganti baju dulu.. " balas Benua lalu pergi meninggalkan Kalina.
"Terus abis itu makan ya, Ben!" seru Kalina sementara Benua hanya mengacungkan jempolnya.
Kalina menatap kepergian anaknya. Sembari tersenyum iba. "Semoga kamu tidak jatuh cinta dengan orang ya sama Dek. Dan semoga kamu selalu bahagia...." gumam Kalina, Benua dan Bumi adalah kekuatan Kalina.