6. TRAGEDI LIFT

1178 Words
Setahun sudah berlalu, Alea sudah kembali menata hatinya walaupun belum bisa membuka hati untuk pria lain. Bukan karena masih memikirkan Raka tapi karena ia ingin menikmati kehidupannya sendiri. Alea menghilang dari semua orang, tak ada yang tahu kemana satu tahun ini Alea pergi. Ia juga tidak tahu ataupun ingin tahu bagaimana kehidupan Raka dan Irisha. Hari ini adalah hari pertama Alea menginjakkan kaki di kota Bandung. Pindah dari Bali ke Bandung membuatnya sedikit repot karena harus beberes sendirian. Di Bali maupun di Bandung Alea tetap sendiri tanpa ada keluarga tapi tak membuat ia sedih. Alea pindah ke Bandung setelah satu tahun di Almera International Hotel cabang Bali. Almera International Hotel Bandung adalah hotel pusat yang dimiliki  Almera Hotel Grup. Di Bandung juga menjadi kantor pusat operasional dari seluruh cabang hotel baik dalam maupun luar negeri. Alea membuka pintu aparetemennya dan segera membawa barang belanjaan yang sudah ia beli. Masih tersisa satu kantung yang ia simpan di mobil, tidak bisa ia bawa. Ukuran apartemennya cukup luas dengan ruang tamu, dapur dan dua kamar tidur. Apartemen ini adalah hadiah dari Lily kakak perempuannya Alea. Lily memberi hadian ini saat tahu Alea pindah ke Bandung. Lily sendiri tinggal di Paris dengan suaminya sambil membantu academy milik keluarga Shopia. Mereka sama-sama mengajar di sana. Lily dan suaminya sudah di karunia satu orang putri berusia empat tahun. Alea menata beberapa bahan makanan yang ia beli dan di letakkan di lemari pendingin. Beberapa perabotan sudah tersedia langsung di apartemen ini sehingga Alea tidak usah  repot mengisi lagi. Satu jam tak terasa dan semua sudah selesai di kerjakan termasuk makan malam. Alea meregangkan badannya yang pegal dan memutuskan mandi sebelum makan malam. Alea keluar dari kamar dengan keadaan segar. Baju kaos longgar dan celana selutut semakain membuat ia merasa nyaman. “Waktunya makan” teriaknya sambil mengangkat sendok makan. Malam ini, Alea membuat tumis daging sapi lada hitam dan di temani jus jambu kesukaannya. Dengan lahap ia menghabiskan satu piring tumis daging dan membuat perutnya kenyang. Setelah kegiatan makan malam, Alea duduk di ruang tamu sambil menonton tv karena bosan. Jam masih menunjukkan pukul delapan dan ia juga belum merasa ngantuk sehingga berencana membaca novel yang ia beli tadi. “Astaga Alea, novelnya masih di mobil” gerutunya. Dengan langkah malas ia turun ke parkiran mobil untuk mengambil novel yang tadi ia beli. Sambil bersenandung kecil Alea mesuk ke dalam lift untuk kembali ke kamarnya. Saat akan menutup lift tiba-tiba ada yang berteriak membuat Alea terkejut dan mengurungkan niatnya. Muncullah seorang pria berperawakan tinggi, badannya terlihat bagus mengenakan kemeja yang lengannya sudah terlipat sampai siku, tatapan matanya tajam, hidung mancung dan bibirnya tepal tapi sangat sexy. Bibirnya menyunggingkan senyum menampakkan lesung pipi di bagian kiri. Sejenak Alea terdiam melihat pria itu, berpikir apakah pernah bertemu sebelumnya. Lamunan Alea buyar saat wanita muncul dari belakang pria itu. Wanita cantik dengan dress mini berwana putih, masuk ke dalam lift sambil melingkarkan tangannya pada lengan si pria. “Lantai berapa?’ tanya si pria pada Ale. Dengan gugup Alea menjawab “20”  Si pria hanya mengangguk dan si wanita sibuk bermanja tanpa peduli ada orang lain di sana. Saat lift sedang berjalan, si pria dan wanita itu melakukan ciuman bibir yang membuat Alea terbelalak. Bak abg yang sedang mabuk asmara mereka melakukan ciuman yang sangat panas, sontak membuat Alea menutup matanya dengan buku novel yang ia bawa. Sialnya Alea terjebak di belakang manusia m***m ini. Jantung Alea berdetak kencang dan wajahnya terasa panas. “Sial, nggak punya malu. Kenapa nggak sewa hotel saja kalau sudah tidak bisa menahan nafsu” Alea mengumpat dalam hati. Akhirnya Alea sampai juga di lantai 20 dan segera melangkah keluar melewati pasangan m***m yang sudah selesai berbagi bibir. Alea menyadari jika pasangan itu juga melangkah keluar dan menuju ke arah kamar Alea. Saat sampai depan pintu, di lihatlah pria itu membuka pintu kamar di sebelah Alea yang terpisah satu kamar saja. Alea bergidig melihatnya, membayangkan apa yang akan pasangan itu lakukan. Segera ia masuk ke dalam dan menutup pintunya rapat-ratap tanpa lupa mengunci. Alea menghempaskan tubuhnya di sofa dan mengutuk dirinya sendiri. Harusnya ia tidak mengambil novel di mobil sehingga bisa menghindari adegan panas di lift. Ia menghela nafas panjang menenangkan detak jantungnya. Alea memang belum pernah melakukan ciuman bibir, ia hanya melihat itu di adegan drama atau film yang ia tonton. Tapi jika melihat secara langsung membuatnya sedikit mual. Alea kembali ke kamarnya dan memutuskan tidur, karena minatnya untuk membaca novel hilang. Lagi pula besok adalah hari pertamanya bekerja, ia ingin menyimpan energinya untuk besok. Hari berganti dan Alea bangun lebih awal karena ia tidak mau terlambat bekerja. Belum mengetahui situasi jalanan pagi hari di Bandung, membuatnya takut terjebak macet. Sambil menyantap roti selai coklat dan segelas s**u, Alea mengirim pesan pada mama dan papanya. Memberi kabar jika hari ini adalah hari pertama bekerja. Cukup 15 menit untuk sarapan, ia bersiap berangkat. Sebelum pergi, ia kembali bercermin melihat penampilannya apakah sudah rapi atau belum. Rok pensil maroon, blouse coklat nude, dan handbag. Rambut panjang di kuncir kuda seperti biasa dan riasan soft membuat penampilannya sempurna. Alea berjalan menyusuri lorong apartemen dan saat melewati kamar si pria m***m, membuat Alea bergidik. Entah mereka pasangan suami istri atau tidak, sikap mereka tadi malam sungguh tidak pantas. Saat akan memasuki lift, Alea terkejut ternyata si pria m***m sudah berdiri di dalam dan di sampingnya berdiri juga seorang pria yang terlihat lebih dewasa. Alea ragu apakah harus masuk atau tidak. “Mbak, mau ikut atau tidak?” tanya si pria lebih dewasa dengan senyum ramah. Ragu-ragu Alea masuk ke dalam lift “Iya saya ikut" jawabnya pelan. Pria m***m itu terlihat berbeda dari tadi malam, menggunakan celana biru tua, kemeja pink soft, lengkap dengan rompi dan blazer warna senada dengan warna celana. Rambut klimis dan rapi membuatnya terlihat tampan, sedangkan si pria yang di sampingnya berpakaian normal layaknya perkerjaan kantoran. Alea hanya bisa diam selama di lift dan berharap cepat sampai di tujuannya. Si pria m***m sepertinya tidak mengingat Alea dan hanya sibuk memainkan telepon yang ada di tangannya. Setelah pintu lift terbuka segera ia keluar dan menuju tempat di mana mobilnya terparkir. Sesaat sebelum melajukan mobilnya, dilirik jam yang melingkar pada tangan kirinya menujukkan jam setengah tujuh. Dengan semangat Alea meluncur membelah jalan kota Bandung yang masih terlihat sepi. Tak butuh waktu lama, jarak hotel dan apartemen hanya di tempuh 15 menit. Sesampainya di tempatnya bekerja, Alea manatap takjub bangun megah Hotel Almera. Berjarak sepuluh meter dari hotel, ada bangunan menjulang tinggi yang merupakan kantor utama Almera Hotel Grup. Seperti biasa, awal perkenalan Alea di dampingi oleh HRD, menunjukkan letak ruangannya dan mengenalkan Alea dengan GM serta divisi lain di tempat tersebut. Alea sendiri, masih memegang jabatan yang sama sebagai Marketing Director seperti waktu masih di Jakarta dan Bali. Alea menolak kenaikan jabatan karena ia merasa nyaman di posisi sekarang. Bangga bisa membuat hotel semakin terkenal dan mendatangkan tamu-tamu penting. “Ibu Alea, selamat bekerja dan jika ada yang ingin ditanya bisa telepon saya” “Terima kasih Pak Andi sudah mengajak saya berkeliling” ujar Alea. ~ ~ ~ --to be continue--  *HeyRan*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD