bab 13

1569 Words
setelah mengantarkan tari, Riyan kembali ke rumah sakit sudah hampir jam 11 malam. Riyan membuka pintu ruangan Larisa perlahan agar tidak mengganggu Larisa dan mama yang sedang istirahat. saat memasuki ruangan, Riyan menatap wajah tenang Larisa yang pulas, Riyan tersenyum sendiri. Riyan duduk di sofa kembali mengecek ponselnya sebentar, lalu Riyan ikut merebahkan diri masuk ke alam mimpi. Riyan terbangun sebelum azan subuh menggema. " eh, kamu sudah bangun nak?" tanya mama. mama menghampiri Riyan dengan membawakan segelas air putih dan menyodorkannya pada Riyan. " Belum lama kok ma" jawab Riyan samb menerima segelas air putih dan meminumnya. " makasih ma" Allahu Akbar...Allahuakbar... suara azan subuh terdengar, Riyan bangkit dari sofa menghampiri mama dan berpamitan ke masjid untuk sholat subuh berjamaah. Riyan mengambil kunci mobil ditas dan memasukkannya dalam saku. " ini Risa bangunin sekarang apa nantinya nak?" tanya mama " nanti aja ma" sahut Riyan, diangguki mama. " ma, Riyan pamit dulu ya, sekalian abis dari masjid Riyan mau ke hotel dulu" pamit Riyan. " iya nak" " assalamualaikum" " waalaikumsalam" setelah selesai sholat Riyan melajukan mobilnya menuju hotel, tapi Riyan bingung harus ke kamar lantai berapa dan no. berapa. karena semalam saat mengantar tari, Riyan hanya mengantar sampai di lobby. Riyan pun mengambil ponsel dan menghubungi bunda. " assalamualaikum ibu negara" salam Riyan sambil terkekeh. " waalaikumsalam, kenapa" jawab bunda singkat. " maaf ibu, mohon bertanya kamar Riyan no. berapa ya" tanya Riyan " lantai 5 no. 106" sahut bunda. " makasih bunda" bukannya menjawab tapi bunda malah langsung memutuskan panggilan telponnya, Riyan cuma geleng geleng kepala dengan sikap bundanya. Riyan segera menuju meja resepsionis, tiba tiba matanya melihat seseorang yang dia kenal. tapi Riyan segera menepis penglihatannya dan melangkah menuju kamarnya. setelah masuk kamar Riyan membereskan keperluan nya yang sudah dia titipkan pada bunda. kabarnya Larisa sudah boleh pulang hari ini, Riyan juga membereskan barang barangnya. tok...tok...tok... seseorang mengetuk pintu membuat Riyan malas, tapi mau tak mau Riyan harus membukanya. " assalamualaikum selamat pagi Abang kutub ku" sapa tari tersenyum cerah, Riyan menutup lagi pintu kamarnya. " bang, woi..!! bukaaa" teriak tari sambil menggedor pintu. Riyan membuka lagi pintu kamar dan tari langsung masuk dengan santai nya. " mau ngapain Lo?!" " disuruh ayah, katanya tari berangkat bareng Abang" sahut tari santai. " wah gila, demi apa Lo bang kok udah beli jam rolex aja" tari terkejut saat menemukan jam tangan milik Riyan. " bodo amat yeee!" " ayah sama bunda udah berangkat?" tanya Riyan " udah!" sahut tari singkat. " ya udah yuk kita berangkat juga" ajak Riyan Riyan dan tari berjalan bersebelahan, tari menggandeng tangan Riyan. mungkin banyak orang yang melihat, mengira mereka adalah sepasang kekasih. " bang, kita kek orang pacaran" ucap tari " gak" sahut Riyan cuek. membuat tari kesal. " gue kemaren gak sengaja ketemu kak Ayana bang" ucap tari, Riyan tiba tiba menghentikan langkahnya. " seriosly?" tanya Riyan " yes, im captain" sahut tari santai. " bukannya Ayana di Belanda" ucap Riyan " gak usah dipikirin bang!" jawab tari " apa jangan jangan Lo blom bisa move on ya bang?" tuding tari " enak aja, udah kali" sahut Riyan gugup. POV Ayana Ayana adalah perempuan yang pernah menghiasi hari hari Riyan di masa lalu, entah karena alasan apa Ayana meninggalkan Riyan tanpa sepatah kata pun atau hanya sekedar berpamitan. sejak saat itu hubungan Riyan dan Ayana berakhir dan bagi Riyan, Ayana adalah perempuan termanis yang pernah dia kenal, tapi semua anggapan hilang setelah apa yang Ayana lakukan padanya. *** " inget kak Risa bang" ucap tari menyadarkan lamunan Riyan. Riyan terdiam sambil terus melangkah mendahului tari menuju meja resepsionis. setelah check out Riyan dan tari berjalan menuju parkiran, tiba tiba seseorang menghampiri mereka. " Andri" panggil seorang yang memiliki suara perempuan. Riyan dan tari menoleh. " Ayana!" ucap Riyan terkejut. " hai kalian apa kabar?" tanya Ayana. " baik!" sahut tari jutek Riyan masih diam mematung. " ndri, kamu baik baik aja kan?" tanya Ayana lembut menyadarkan Riyan. " eh iya, Alhamdulillah baik" sahut Riyan gugup. " kok kamu disini ay?" tanya Riyan " loh, hotel ini kan milik keluarga Permana ndri" ucap Ayana terkekeh. DEG Riyan terdiam dengan senyuman Ayana yang sangat dia rindukan. " kamu sendiri kenapa disini?" Ayana bertanya balik. " liburan lah" ucap Riyan berbohong membuat tari kesal. " oh gitu, selamat berlibur ya ndri" ucap Ayana tersenyum manis, Riyan membalas senyuman Ayana. " ya udah kak! kita duluan" ajak tari tiba tiba menarik tangan Riyan, membuat Riyan terkejut. " apaan sih de" omel Riyan " gila Lo!" ketus tari. " kenapa" tanya Riyan " gue baru tau kalo kita disini buat liburan, Lo kalo blom bisa move on bilang bang, gak pake bo ong segala" tari mengomel sambil melipa tangannya didepan. " apaan sih, cuma..." " kita tu disini karena calon istri Lo bego! kita sama sekali gak liburan, bisa bisa nya Lo bilang kita disini liburan sama cewe yang udah ninggalin Lo gitu aja!" omel tari panjang, memotong kalimat Riyan. " Lo gak mikirin perasaan kak Risa?!, kalo dia tau gimana bang" tari benar benar emosi pada sikap Riyan. Riyan hanya terdiam. " inget Lo mau nikah! gak sampe empat hari lagi status Lo udah jadi suami!" bentak tari. Riyan benar benar bungkam dengan kata kata tari. lalu tari langsung berlari menuju mobil meninggalkan Riyan seorang diri. tanpa pikir panjang Riyan langsung menyusul adiknya. setelah keduanya masuk kedalam mobil Riyan tidak langsung menyalakan mobilnya. " maafin Abang de" ucap Riyan tulus " pokonya tari milih kak Risa dibanding kak Ayana yang gak jelas, titik!!" sahut tari tegas " iya de" Riyan tersenyum membelai pucuk kepala adiknya . Riyan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, setelah sampai diparkiran rumah sakit tari langsung turun dan langsung berlari menuju ruangan Larisa. " astaugfirullah de, pelan pelan!" ucap Riyan setengah berteriak sambil mengejar tari. " assalamualaikum" salam Riyan membuka pintu " waalaikumsalam" jawab semua yang ada disana. " kalian berdua kok lama sih?" tanya ayah. belum sempat Riyan menjawab bunda langsung memarahi Riyan. " kamu apain adek kamu Riyan?" omel bunda, karena sejak pertama sampai ruangan tari langsung memeluk bundanya. " astaugfirullah, gak Riyan apa apa in Bun" sahut Riyan berbohong " trus kenapa adek kamu jadi cemberut begitu?!" tanya ayah. ingin sekali Riyan teriak sejadi jadinya. " tari gak apa apa kok yah" sahut tari membuat Riyan lega. " kita langsung pulang ke Jakarta apa gimana?" tanya Riyan " kita ke villa dulu, ambil barang barang kamu dan Risa yang masih ketinggalan" kali ini papa yang menyahut. setelah semua siap, mereka mulai menuju parkiran rumah sakit. " 3 mobil 7 orang" ucap ayah tiba tiba. " Risa sama Riyan di mobil Riyan ya" ucap bunda, membuat Larisa menunduk tersenyum malu. " mama, bunda sama tari di mobil ayah" ucap bunda lagi. bunda yang mengatur. " papa sendirian?" tanya Risa. " iya nak" jawab papa tersenyum. ketiga mobil mulai keluar parkiran, melaju menuju villa, selama perjalanan Risa merasa sangat canggung, Risa bingung dengan raut wajah Riyan yang terlihat bingung dan cemas. akhirnya Larisa memberanikan diri untuk bertanya pada Riyan. " mas Riyan gak pa pa?" tanya Risa lembut. " aku gak apa apa ay" sahut Riyan tanpa sadar, karena sebenarnya Riyan sedang memikirkan Ayana. " ay?!" tanya Larisa curiga, Riyan hanya diam. dalam hati Riyan mengomeli dirinya sendiri. perjalanan malah terasa semakin canggung. Riyan selalu gelisah dan tidak fokus. " mas sakit?, kalo mas sakit sini biar Risa aja yang nyetir" tanya Risa. Riyan hanya menggelengkan kepala, Larisa jadi semakin bingung dan curiga. selama perjalanan suasana masih sepi tak ada suara. Larisa bingung dengan sikap Riyan yang berubah tiba tiba. sampai akhirnya mereka tiba di villa. " Alhamdulillah sampe juga" ucap Larisa sambil membuka pintu mobil tanpa menunggu Riyan. semuanya berkumpul duduk santai diruang keluarga, suasana hangat kekeluargaan karena ikut mendengar dan ikut tertawa lelucon papa dan ayah. berbeda dengan Riyan, Riyan merasa suasana ini tidak ada artinya karena hatinya yang sedang gundah. " kamu kenapa nak?" tanya bunda pada Riyan. Riyan menjawab bunda hanya dengan gelengan kepala. Riyan hanya fokus dengan ponselnya tanpa ikut berbincang atau sekedar menikmati suasana. tiba tiba ponsel Riyan berdering membuat Riyan terkejut. terlihat nama Ayana dilayar ponsel Riyan. ayana_; ndri masih dibandung kan? DEG kenapa Ayana kembali lagi disaat Riyan mulai membuka hati dan lembaran baru bersama orang lain. nama Ayana sudah lama sekali tidak menjadi topik perbincangan ataupun saling menghubungi di keluarga Riyan. riyandriputra_; masih ay, ada apa ya? Riyan memberanikan diri membalas pesan Ayana. ayana_; jalan yuk ndri DEG Riyan bingung kenapa Ayana kembali sekarang. riyandriputra_; aku udah mau pulang ay, lain kali ya. ya Allah, kenapa Riyan bisa berpikir begitu tanpa sadar. Riyan menatap Larisa yang terlihat sedang tertawa bahagia. hati Riyan bingung sekarang. ayana_; ayo dong ndri, kita udah lama gak ketemu riyandriputra_; aku usahain ya ay. entah apa yang ada dipikiran Riyan, kenapa Riyan meng iya kan sosok yang pernah menghiasi sekaligus menyakitinya. tari yang duduk disebelah Riyan menoleh menatap Riyan. " gak usah diladenin bang, inget kak Risa" ucap tari berbisik tiba tiba Riyan bangun dari duduknya membuat semua orang terkejut dan menoleh ke arahnya. " mau kemana?" tanya ayah " keluar" sahut Riyan singkat. " kamu kenapa sih Yan?" tanya bunda mulai kesal pada sikap Riyan yang dari tadi terlihat aneh. " sabar nila, mungkin Riyan kecapean" ucap mama " kalo ada masalah diselesaikan pake kepala dingin nak" tegur papa . AARRHH...teriak Riyan spontan membuat semua orang terkejut. " astaugfirullahalazim" ucap Risa spontan BODOH! batin Riyan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD