DUA

1166 Words
“Lo pindah ke belakang!” pinta Niel dengan nada yang tak bisa dikatakan baik. Zeusyu tidak mau menambah keributan yang terjadi. Ia melepas sabuk pengaman, membuka pintu mobil tanpa suara penolakan. Saat ini mereka sedang berada di depan pagar sebuah indekos. Zeusyu tahu siapa sosok yang berdiam disana. Mesyelin.. Gadis cantik yang dulu menjadi kakak senior mereka di sekolah. Mayse— begitu sang gadis sering dipanggil kini tengah menduduki bangku perkuliahan. Satu tahun Meyse menghilang tanpa kabar. Ia kembali setelah Niel mencarinya ke seluruh penjuru Indonesia. Teringat alasan mengenai pulangnya Meyse, Zeusyu tersenyum samar. Tubuh Zeuyu tersentak kala pintu mobil dihempaskan hingga menimbulkan suara debuman yang begitu keras. Ia lalu melihat Niel yang berlari cepat untuk menyongsong kekasih hatinya. “By..” Drama mereka dimulai lagi! “Ngapain kamu kesini?! Aku udah bilang kan kalau nggak mau kamu jemput!” “Please By.. Jangan mulai lagi. Aku anter ya ke kampus.” Lirih Niel yang dapat Zeu dengar. Zeu mulai mengingat lagi kapan terakhir Niel memperlakukan dirinya selembut itu. Rasanya, Zeu bahkan tak bisa menyebutkan tepatnya. Sudah sangat terlalu lama. Semenjak Mesyelin menggetarkan hati pria yang ia cintai. “Niel kita udah putus. Kamu nggak perlu kayak gini..” “Nggak!!” Zeusyu menghembuskan nafasnya. Ia mengeluarkan ponsel, membuka aplikasi star up yang kini menggeluti usaha jasa antar. Zeu mulai menentukan rute penjemputan. Ia tak mau terseret drama percintaan Niel. Menunggu keduanya hanya akan membuat dirinya terlambat masuk sekolah. Terserah saja jika Niel ingin membolos. Zeu akan berusaha sendiri untuk sampai. “Kamu sekolah sana.. Nanti telat. Kamu bawa Zeu Niel..” “Its okay Kak.. Nggak apa.. Lanjut aja..” ujar Zeu. Bibirnya mungkin mudah berkata-kata, namun tidak hatinya yang mulai kembali hancur berkeping-keping. Tak menunggu lama, ojek pesanan Zeu datang. Ia beruntung karena sang driver berada dekat di daerah yang dirinya pijaki saat ini. “Mbak Zeusyu Tirto?” “Betul Mas.. Yukk..” Zeu lantas menerima helm, memakainya cepat agar tak membuang-buang waktu. “Mau kemana lo?!” sergap Niel yang tiba-tiba saja menarik lengan Zeu. Beruntung Zeu tidak terjatuh karenanya. “Nggak usah cari perkara baru!” bentaknya membuat Zeu langsung menarik tangannya cepat hingga terlepas dari genggaman Niel. “Gue capek Niel. Mau sekolah. Udah ya,” ujar Zeu lemah. Ia lalu naik ke atas jok motor. “Kak Meyse, duluan ya.. Hati-hati dijalan kalian..” pamit Zeu, “Pak ayo..” pintanya pada pengemudi ojek online. Niel memukul udara kosong. Menatap geram punggung Zeu yang lamat-lamat menghilang ditelan oleh tikungan perumahan tempat kos Mesye. Ia kesal sendiri jadinya. “Kamu keterlaluan Niel.. Liat apa yang udah kamu buat ke Zeu..” Mesye merasa tak enak hati. Niel selalu memperlakukan Zeu semaunya dan lagi-lagi ia melihat pancaran kesedihan dimata gadis yang menjadi istri mantan kekasihnya. “Tolong jangan bikin aku sulit lagi Niel.. Mama kamu nggak akan suka..” Meyse menghormati keluarga Niel. Ia memang pernah meninggalkan Jakarta karena ancaman Mama Niel. Menyembunyikan diri demi menjauhi kekasih yang dirinya cintai. Meski begitu wanita bernama Amelia Tirto tersebut tidak lepas tangan. Ia mengirimi dirinya uang yang lebih dari cukup untuk bertahan hidup. Ia bahkan bisa merasakan bangku perkuliahan akibat kebaikan wanita itu. “Niel.. Aku pengen kuliah, jadi orang hebat. Pengen bisa sekolahin adek-adek pantiku. Kalau kamu kayak gini, gimana nasib aku ke depannya.” “than me?” serak, suara Niel terdengar sangat berat. Ada kesakitan disana. “Aku gimana By?! Cinta kita? Kenapa kamu jahat banget. Kamu mikirin Zeu tapi nggak sama aku?!” matanya mulai berkaca-kaca. Ia sangat menyukai Meyse. Mencintainya lebih dari apapun sehingga berani melakukan konfrontasi pada Mama dan Omanya. Niel mengulurkan tangannya, menggenggam jemari Meyse. “Aku yakin kalau kita berjuang lama-lama mereka pasti setuju. Percaya aku By..” kepercayaan diri itu muncul karena ia adalah anak laki-laki satu-satu di keluarga Tirto. “Niel..” Meyse lelah. Ia bukan manusia tak tahu diri. “By kita cari restu Mama Papa lagi ya.. Zeusyu bukan urusan kita By. Nggak seharusnya kita pikirin nasib dia. Ngalah demi dia dan ngorbanin cinta kita..” Ponsel Niel bergetar. “Wait,” ia meminta agar Meyse menunggunya. “Jangan kemana-mana. Aku yang akan anterin kamu ngampus.” Ujarnya seolah ketika tangannya terlepas, Meyse bisa saja pergi melarikan diri. Pada layar ponselnya, Niel menemukan raut wajah sang mama. Ia melirik Meyse sebelum menekan tombol merah untuk menolak panggilan Amel. “Mama kamu Niel..” “Nggak penting..” jawabnya enteng. Niel tidak pernah menduga jika Mamanya akan terus menghubungi dirinya. Demi menghindari wanita yang telah melahirkan dirinya, ia lantas memasang mode senyap. Pikiran mengenai Zeusyu yang mengadu menyeruak dalam otak kecil Niel. “Ayo..” Kali ini, dering telepon menggema di ponsel Meyse. Amel seperti memiliki indera ke enam. Menebak sangat jitu keberadaan putranya. “Halo Bu Amel..” ‘Niel sama kamu?!’ Niel mengeram. Harusnya Meyse tidak menerima panggilan Mamanya. Wanita itu terlalu takut hingga mengorbankan perasaannya yang tulus. “Iya Bu.. Ini saya minta Niel untuk pulang.” ‘Tolong loudspeaker.. Saya mau bicara sama dia..’ Meyse patuh. Pada mailakat yang juga merupakan jagal nyawanya, ia menuruti perintah Amel. Menghadapkan layar ponsel ke udara. ‘Zeu naik motor ke sekolah bener?’ Amel meminta kejelasan tanpa adanya basa-basi. ‘Nathaniel Rahardian Restian Tirto! Mama minta kamu jawab pertanyaan Mama. Apa Zeusyu naik ojek barusan?!’ hardikan keras menyeruak, menandakan bahwa sosok dibalik sambungan telepon tersebut menaruh amarah yang tinggi. “Ya Mah..” pasrah Niel. Ia tidak mungkin bisa berbohong karena Mamanya jelas-jelas sudah tahu. Awas saja Zeu.. Niel pasti akan membuat perhitungan karena gadis itu berani mengadu domba antara dirinya dan sang mama. ‘Good.. Jadi bener. Valid udah. Cewek yang kecelakaan barusan itu Zeu. Oke.. Gitu aja.. Mama hubungin kamu cuman buat pastiin kalau telepon dari polisi barusan emang Zeu. Dia nggak lagi sama kamu sekarang..’ Tubuh Niel menegang. “Ma.. Maksudnya apa?!” “Mah!” pekik Niel meninggikan suaranya. Sial... Sambungan telepon dimatikan sepihak tanpa sebuah penjelasan. Ia bahkan tidak tahu dimana Zeusyu sekarang. Beberapa waktu lalu gadis itu masih terlihat baik-baik saja. Niel langsung masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkan Meyse tanpa sepatah kata pun. “Kamu bahkan nggak pernah sadar kalau bisa gila karena dia kenapa-napa Niel..” kekeh Meyse miris, menyaksikan laju mobil Niel yang bisa dikatakan sangat kencang. Bagaimana ia dapat berjuang sedangkan tanpa sadar Niel selalu bertindak di luar kendali ketika kesulitan menimpa Zeusyu. Niel seperti orang kesetanan. Ia terus mencoba menghubungi Amel, mencari tahu dimana ia bisa menemukan Zeusyu. Ia bahkan tidak berpikir tentang keselamatannya sendiri. Meski kesal, Niel tidak berpikir jika Zeusyu harus merasakan kemalangan. Andai ia melarang lebih keras, gadis itu pasti masih bersamanya. Mereka bisa berangkat bersama setelah mengantarkan Mesye. “Maaa.. Tolonglah!” “s**t!!” emosinya semakin tak terkendali kala reject-an terus dirinya terima. “Oma.. Iya Omaaa!” jalan satu-satunya adalah bertanya kepada sang nenek. Wanita itu pasti memiliki informasi mengenai cucu kesayangannya. Peduli setan dengan amukan wanita itu. Niel akan menerimanya asal ia bisa melihat keadaan Zeu sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD