Faiz Faisal

1408 Words
Bagi pecinta olahraga bulutangkis tanah air, pasti tidak asing lagi dengan sosok ini. Pemain tunggal putra nasional yang sedang naik daun dan berada di puncak. Kini ia menempati ranking satu dunia. Kepopulerannya bukan hanya di tanah air namun juga di manca negara. Dia adalah Faiz Faisal pemain kelahiran kota Kembang Bandung, rekan sedaerah dengan Evi. Pemain berusia 20 tahun yang tampan dengan sejuta pesona dan kini sedang menjadi idola dan incaran kaum hawa di tanah air baik tua maupun muda. Emak-emak banyak yang menjerit histeris saat menyaksikan penampilannya di layar kaca. Daya tariknya memang luar biasa, oppa-oppa korea yang wara-wiri memenuhi layar kaca pun kalah saing dengannya. Kulit putih bersih dengan mata sipitnya membuat siapapun sepakat kalau dia super tampan. Dia memang memiliki darah Tionghoa dari pihak kakeknya. Satu hal lagi yang melengkapi penampilan fisiknya adalah tubuh tinggi atletis dengan perut kotak-kotak membuat para penggemar wanita meneteskan air liurnya dan menjerit-jerit. Prestasinya tidak diragukan lagi Berbagai turnamen nasional dan internasional terakhir sudah ia juarai. Dua tahun belakangan ini ia banyak meraih tropi. Ia diprediksi akan menjadi raja bulu tangkis dunia di sektor tunggal putra. Kiprahnya bukan hanya di atas lapangan melainkan di layar TV juga sering hadir sebagai bintang iklan dan presenter. Dengan tinggi 182 cm, kulit putih, rambut hitam legam serta tubuhnya yang atletis membuat gadis manapun melotot tajam tak berkedip saat melihat sosoknya tampil meliuk-liuk di atas lapangan. Satu lagi ia adalah sosok yang ramah dan dermawan, baik hati dan tidak sombong. Sangat sempurna! Gadis mana yang tak memujanya. Sosok inilah yang membuat Evi Tania, gadis asal Kota Kembang tergila-gila. Pemuda itu selalu hadir dalam mimpinya baik siang maupun malam. Ia rela menyusul sang pujaan hati dengan melamar pekerjaan menjadi cleaning service. Padahal masih banyak lowongan pekerjaan lain yang lebih layak dengan menjanjikan upah tinggi namun Evi lebih memilih pekerjaan ini asalkan ia bisa dekat dengan Faiz sang idola tercinta. Sebagai informasi, semasa SMP, Evi pernah satu sekolah, saat itu ia duduk di bangku kelas VII sementara Faiz kelas IX. akan tetapi mereka tak saling kenal karena Evi bukan sosok populer, berbanding terbalik dengan Faiz yang menjadi idola sekampus. Betapa sedih hati Evi karena dulu ia bersikap pengecut. Sejak dulu ia jatuh cinta kepada Faiz, boleh dibilang Faiz adalah cinta pertamanya, namun ia selalu tak percaya diri karena merasa ia tidak cantik. Ia lebih banyak bersembunyi jika Faiz lewat di dekatnya. Berangkat ke Ibukota untuk mengejar Faiz bukan tanpa rintangan, ia mendapat halangan dari kedua orang tuanya yang menginginkannya segera melanjutkan pendidikannya dan bersiap ikut bimbel agar lolos ke PTN. Kedua orang tuanya tidak tahu jika putrinya bekerja menjadi cleaning service yang mereka tahu, Evi bekerja di salah satu tabloid olahraga terkenal milik pamannya menjadi wartawan olah raga seperti cita-citanya sejak SMP. Selain suka bulutagkis, Evi juga pencinta sepakbola dan otomotif. **** Suasana di lapangan cukup ramai dipenuhi oleh para atlet yang tengah berlatih. Mereka selalu semangat demi melatih skill mereka yang selalu sibuk ikut turnamen BWF. Setiap bulan ada saja event internasional yang digelar. "Faiz lo jadi tim inti ya, selamat Bro." Yandi, pemain ganda yang juga terpilih menjadi tim inti memberikan ucapan selamat kepada pemuda tampan itu. "Alhamdulillah, semua ini berkat dukungan kalian," jawab Faiz mengucap syukur. Ini merupakan salah satu event besar penuh gengsi. Menjadi bagian darinya merupakan hal luar biasa karena itu adalah cita-citanya sejak duduk dibangku SMP. Orang tuanya pasti bangga, eh bukan hanya orang tuanya saja melainkan para pemggemarnya yang berada di seluruh penjuru negeri. "Mulai minggu ini kita latihan intensif untuk persiapan Olimpiade." Seru Mas Dicky sang pelatih dengan nada serius. "Siap Mas," jawabnya dengan semangat 45. Faiz selalu antusias dalam setiap sesi latihan yang dilakoninya. "Jaga kesehatan juga jangan begadang mulu," ucap pelatih berusia 40an itu. Beberapa pemain kadang melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti tidur larut karena begadang nonton sepakbola atau diam-diam keluar asrama tanpa izin untuk menemui para pacar mereka. Sebetulnya tak masalah asalkan di hari libur. Evi mendengar semua obrolan Faiz dan rekan-rekannya. Ternyata Faiz menjadi andalan Timnas di event olimpiade yang akan digelar 2 bulan lagi. Dalam pesta olahraga dunia yang digelar empat tahun sekali itu, bulutangkis selalu menjadi andalan dalam memperoleh medali emas dan Faiz menjadi sosok yang sangat diandalkan oleh tim merah putih. Evi tampak gembira. Hatinya semakin berbunga-bunga. Ia tentu akan mendukungnya sepenuh hati. Dengan kekuatan doa yang dikirimnya di setiap sepertiga malam. Semoga A Faiz bisa juara dan dapat medali emas. Doanya dalam hati **** "A Faiz" Evi mendekati Faiz yang sedang istirahat agak jauh dari rekan-rekannya. Ia sendiri sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Tinggal menanti para atlet menyelesaikan sesi latihannya. Setelah itu ia akan kembali sibuk menyapu dan mengepel lantai. "Iya ada apa Vi?" Tanya Faiz sambil melemparkan senyuman manisnya. Senyum yang membuat jantung Evi bekerja keras hingga bertalu talu. "Ini jus mangga buat Aa." Evi yang sejak awal memberikan panggilan sayangnya dengan sebutan Aa kepada Faiz menyerahkan satu gelas jus mangga. Faiz tidak keberatan dipanggil Aa karena nyatanya ia memiliki seorang adik yang memberikan panggilan sama seperti Evi. "Makasih." Faiz menerimanya dengan senang hati. Lumayan lagi haus dikasih yang segar-segar. Gratisan lagi. "Buat gua mana Vi?" Evan yang berada paling dekat dari Faiz minta jatah. Pemain ganda itu memang tidak tahu malu. "Bikin aja sendiri." Evi tampak kesal, Gadis itu paling ga suka sama pemain ganda putra bermata sipit itu. Ia sosok yang semena-mena. Sok ganteng dan sok jago. "Pelit amat sih lo." Evan mendumel kesal. Ketika Faiz lengah, dengan gerakan yang cepat Evan menyambar minuman yang sedang dipegang Faiz. "Itu punya gua Van" Faiz menatap Evan dengan tatapan kesal. Pemuda sipit itu kebangetan tega sekali main rebut. "Gua haus." Evan malah menegaknya sampai tandas. Lalu terkekeh memperlihatkan wajah tanpa dosanya. "Benar-benar k*****t lo." Faiz kesal, selain tidak jadi minum jus, ia pun merasa tak enak hati kepada Evi yang hanya menatapnya dengan tatapan sedih karena sang idola gagal mencicipi pemberiannya. "A Faiz biar Evi bikinin lagi ya." Evi kecewa pasalnya minuman untuk kekasih hatinya itu malah diambil alih pihak lain yang sama sekali tak diinginkan. Evi tidak rela. Tapi mau bagaimana lagi. Akhirnya, Evi berinisiatif membuatnya lagi, lagian stok mangga gincu di kulkas dapur masih cukup banyak, hasil panen di halaman belakang GOR. "Ga usah Vi." Faiz melarang Evi. Faiz tak ingin merepotkan gadis itu. "Perhatian amat si Evi." Evan tersenyum jahil. "Sesama rekan satu kota kita harus perhatian." Evi membela diri. Sebenarnya Evi cemas jika Evan curiga bahwa ia jatuh hati kepada Faiz. Evi tidak akan membiarkan ada yang tahu tentang perasaannya. Biarlah hanya Sulis seorang yang tahu betapa ia mengagumi dan mencintai sosok Faiz. "Thanks ya Vi." Evan pemuda asli ibukota itu kembali ke lapangan, sementara Faiz masih duduk santai tanpa memberikan respon apapun kepada Evan. "A, saya dengar Aa teh lagi dekat ya sama Dian Larasati." Evi memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya tentang kebenaran isu yang dihembuskan Mbak Sulis. Terus terang gosip yang diterima sangat mengganggu jiwa dan pikirannya. "Dian?" Faiz malah tersenyum misterius. " Iya" Evi menangguk. Perasaannya mulai tak enak. Jangan-jangan gosip yang dihembuskan oleh Sulis itu benar. "Tahu darimana kamu?" Faiz malah balik bertanya bukanya memberikan penjelasan. "Banyak yang ngomong." jawab Evi. " Ha.. Ha...iya lah kita kan teman lama. Aku sama Dian dah kenal sejak dibangku SD. Dia kan orang Bandung." Faiz memberikan keterangan. Tentang Dian yang orang Bandung, Evi tak tahu. Ia tak tertarik untuk mengikuti beritanya. Segala hal yang berbau model atau artis ia tak tertarik. "Kalian pacaran?" tanya Evi. Ia harus dapat mengorek informasi sebanyak-banyaknya. Faiz mengerutkan keningnya. Nona clening service ini kayak wartawan saja. Lagipula apa urusannya. "Kenapa kamu nanya gitu?" Faiz berdiri sambil mengambil raketnya. Sikap Evi benar-benar tak jelas. Mau ia dekat dengan siapapun, tak ada urusannya dengan Evi. " Jawab dong A, dia pacar Aa bukan?" Tanya Evi ngotot. Evi kehilangan kontrol. Ia memang cemburu walaupun tak ada hak. Ia bukan siapa-siapanya Faiz, namun ia merasa terluka hatinya saat mendengar gosip tak sedap tentang hubungan Faiz dengan gadis lain. " Evi....lagi apa? Bantu saya" Terdengar suara mas Paijo dari jarak sepuluh meter. pria itu menunjukkan kegarangannya. Ia tak suka jika ada karyawan yang lalai akan tugasnya. Sejauh ini sudah banyak korban berjatuhan. Pemecatan adalah angka mati. Evi segera meninggalkan Faiz yang belum menjelaskan status hubungan antara dia dengan Dian Larasati, model cantik papan atas ibukota yang tersehor. Dengan perasaan kesal dan amarah yang memuncak Evi segera mendekat ke arah Mas Paijo dan meninggalkan Faiz yang kebingungan dengan sikap Evi yang tak jelas. Faiz sama sekali tak tahu jika gadis cleaning service itu menaruh hati padanya. **** Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD