Happy Reading . . .
***
Di dalam tidurnya, Jojo mendengar sayup-sayup suara gemercik air yang begitu dekat di pendengarannya. Ingin rasanya wanita itu mengabaikan suara tersebut, tetapi gemercik air itu terasa semakin mengganggu saja. Dengan menahan rasa kantuk, Jojo pun membuka mata lalu beranjak dari ranjangnya. Langkah yang sedikit terseok-seok itu mengarah menuju kamar mandi dimana suara gemercik air tersebut berasal. Setelah menyalakan lampu kamar mandi, Jojo pun melihat shower-nya itu yang ternyata mengeluarkan air dengan cukup kencang.
"Siapa lagi yang nyalain?!" Keluh Jojo sambil mematikan keran yang menyambungkan shower tersebut.
Dan disaat Jojo ingin melangkah keluar dari kamar mandi, tiba-tiba saja shower tersebut menyala kembali dan menimbulkan gemercik air yang cukup mengejutkan wanita itu hingga dengan refleks membalikkan tubuh ke asal suara. Jojo yang sebelumnya merasa begitu mengantuk, tiba-tiba saja sepenuhnya langsung terbangun setelah mengalami hal yang tidak pernah ia alami sebelumnya seperti tadi.
Rasa takut dan tidak mengerti pun mulai menyerang perasaan Jojo. Namun wanita itu tidak ingin memikirkannya terlarut, dengan secepat mungkin ia mematikan kembali keran air dan ingin kembali ke ranjangnya. Tetapi tidak lama setelah Jojo mematikan air, kini listrik pun justru ikut mati dan membuat pandangan Jojo langsung menjadi gelap. Rasa ketakutan pun sudah tidak bisa Jojo bendung lagi, dan wanita itu kini langsung berteriak memanggil sang ibu dengan sangat keras.
"IBU!!!"
Dengan berjalan perlahan dan sambil meraba-raba akan ruang di depannya, Jojo tidak berhenti berteriak memanggil-manggil Marina yang masih juga belum ada tanggapan. Hingga pada akhirnya, Jojo pun bisa menyentuh permukaan ranjang dan ia pun langsung meraba untuk mencari ponsel miliknya. Namun disaat Jojo belum juga mendapatkan ponsel, ia pun mendengar sebuah suara tepat di belakangnya dan tentu membuat wanita itu terkejut bukan main.
"Jo..."
Panggilan dengan nada datar dan kecil itu membuat sang pemilik nama menengokkan kepalanya dengan perlahan menuju asal suara. Dan teriakan penuh ketakutan langsung Jojo keluarkan saat melihat sosok yang cukup menakutkan berdiri tepat di hadapannya. Seluruh wajah yang bewarna putih, serta pancaran cahaya sangat terang menyorot tepat pada wajah tersebut tentu membuat Jojo merasa sangat terkejut sekaligus ketakutan.
"Ampun mbak kunti, Jojo udah ganggu sarangnya mbak kunti." Ucap wanita itu dengan gemetar dan sambil menyembunyikan dirinya di balik selimut.
"Heh, anak durhaka! Berani lu ya ngatain gua kuntilanak. Bangun lu!"
Mendengar suara makian yang sudah sangat ia kenali dan juga begitu memekakan telinga, Jojo pun menurunkan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya itu dengan perlahan. Bersamaan dengan turunnya selimut tersebut, listrik pun kembali menyala dan otomatis lampu kamar Jojo langsung menyala hingga terlihatlah wajah Marina yang sedang menampilkan wajah kesalnya.
"Ibu, ngagetin Jojo tau?!" Protes Jojo.
"Yang harusnya protes 'tuh gua. Lu liat, masker gua jadi pecah gara-gara denger teriakan maut lu itu."
"Lagian Ibu ngapain 'sih? Dateng-dateng ke kamar Jojo pake masker segala? Di waktu yang nggak tepat lagi."
"Gua lagi maskeran di kamar, ya. Tiba-tiba aja lu 'tuh teriak kayak abis diapa-apain aja."
"Ibu juga manggil Jojo ngapain pake suara-suara serem kayak gitu?"
"Kalo gua buka mulut lebar-lebar masker gua pecah anak gua yang pinter. Tapi sekarang lu liat? Masker gua jadi ancur beneran gara-gara teriakan lu. Lagian ngapain 'sih? Cuman mati lampu doang lu manggil-manggil gua? Kayak bocah aja."
"Jojo abis ngalamin hal yang nggak enak tau, Bu."
"Hal apaan?"
"Masa pas Jojo lagi tidur, tiba-tiba Jojo denger suara shower kamar mandi Jojo nyala. Terus pas Jojo ke kamar mandi, bener dong shower-nya emang nyala. Dan pas banget abis itu langsung disusul mati lampu, Bu."
"Lu lupa kali matiin kerannya."
"Nggak, Bu. Terus ya, pas Jojo udah matiin. Dia nyala sendiri lagi. 'Kan Jojo jadi serem. Malam ini Jojo tidur sama Ibu ya?"
"Nggak ada. Apaan lu? Udah kayak bocah aja," tolak Marina mentah-mentah.
"Ibu... Jojo takut. Kalo nggak, Ibu temenin Jojo tidur di sini aja deh," rengeknya.
"Kasur lu nggak enak, badan gua pada pegel-pegel nanti."
"Ibu kejam deh..."
"Ck... ya udah. Tapi ada syaratnya."
"Yes! Apaan 'tuh, Bu?"
"Besok lu ketemu sama anak temen gua. Deal?"
"Keluar sana, Bu. Jojo mau tidur," balas wanita itu sambil memunggungi sang ibu dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
"Emang dasarnya durhaka anak gua! Giliran disuruh kawin, ada aja kelakuannya." Cibirnya dengan sangat kesal.
"Jangan lupa tutup pintu kamar Jojo ya, Bu."
"Bodo amat!" Seru Marina langsung meninggalkan kamar sang anak tanpa menutup pintunya.
***
Waktu baru saja menunjukkan pukul tujuh tiga puluh. Namun, Jojo sudah turun dari ojek online yang ia naiki tepat di depan lobby kantornya. Itu semua karena pagi-pagi sekali Jojo sudah berusaha secepat mungkin untuk pergi ke kantor, sebelum dirinya dipaksa kembali mengenai masalah perjodohan oleh sang ibu. Setelah kejadian semalam yang berujung tidak menyenangkan, Jojo merasa sedikit kesal karena Marina lagi-lagi harus menyinggung masalah jodoh dan pria pendamping hidup untuk masa depannya nanti.
Setelah memasuki gedung kantor dan menaiki lift menuju lantai tiga puluh lima dimana ruang kerjanya berada. Situasi kantor di sekitarnya yang masih sangat sepi langsung menyambut Jojo disaat ia sedang mengabsen di mesin absen, karena para pekerja kantor lainnya yang juga memang belum datang pagi-pagi seperti itu. Namun wanita itu merasa lebih baik dari pada ia harus mendengarkan keinginan Marina yang selalu membuat kepalanya langsung terasa sakit karenanya.
Jojo yang bersiap untuk bekerja pun mulai menyalakan komputer, lalu mendudukkan diri di kursi kebesarannya itu. Namun disaat wanita itu ingin mengambil dokumen pekerjaannya, tiba-tiba saja tempat sampah yang berada tidak jauh dari meja kerja Jojo pun terbuka sendiri. Tempat sampah yang tutupnya harus diinjak dengan kaki itu, tiba-tiba saja terbuka sendiri dan tentu hal tersebut memancing perhatian Jojo sekaligus rasa terkejut yang langsung menyerang diri wanita itu.
Ingin mengabaikan hal tidak masuk di akal seperti itu karena kantornya yang memang sudah banyak diketahui oleh seluruh karyawan akan gangguan-gangguan dari makhluk lain, Jojo pun mencoba pura-pura tidak mengetahui akan hal yang baru saja terjadi dan langsung mengacuhkannya. Ingin kembali memulai pekerjaannya, gangguan yang Jojo dapatkan justru tidak berhenti di situ saja. Tempat sampah yang semula diam-diam di tempatnya, kini sudah terjatuh dengan isi sampah yang berserakan dan menggelinding ke arah Jojo, seakan semua itu dilakukan dengan cara ditendang oleh seseorang.
"Astaga, Tuhan! Jojo nggak siap ketemu sama yang kayak begituan," teriak Jojo dengan sangat ketakutan sambil menutup wajah menggunakan kedua tangannya.
Belum selesai rasa terkejut dan takut yang Jojo rasakan, kini tubuh wanita itu semakin menegang disaat ia merasakan bahunya yang ditepuk oleh seseorang. Suara teriakan Jojo pun semakin keras bersamaan tangisnya yang mulai keluar.
"Jojo, ini gua. Kelly."
"Bohong! Pasti situ hantu jelmaan Kelly, 'kan? Tolong jangan ganggu Jojo ya mbak dan mas hantu. Jojo takut!"
"Jo! Gua Kelly, astaga!"
Mendengar suara yang baru saja berbicara itu memang terdengar seperti suara temannya, membuat Jojo menurunkan tangan dari wajahnya untuk melihat sosok yang sedang berbicara dengannya tadi.
"Kelly? Astaga, akhirnya lu dateng juga. Gua takut banget, Kel." Ucap Jojo dengan sangat lega sambil setelah melihat sosok yang menepuk bahu dan berbicara dengannya tadi memang Kelly, teman kantornya.
"Lu kenapa 'sih?"
"Gua abis diisengin."
"Ya elah, diisengin doang. Isengin balik kenapa?"
"Rese lu!" Seru Jojo cukup kesal sambil menghapus air mata ketakutannya yang sempat menetes tadi.
"Lagian, lu juga tahu kalo di sini emang banyak yang iseng 'kan? Jadi, biasalah."
"Abisnya semalem gua juga diisengin di rumah, Kel."
"Naksir kali si mas hantu sama lu. Sampe diikutin ke rumah gitu."
"Kelly! Lama-lama lu nyebelin juga kayak nyokap gua, tau nggak?"
"Ya udah. Dari pada lu pusing-pusing mikirin kayak gitu, mendingan sarapan 'nih. Bubur kesukaan lu," balas Kelly menenangkan sambil menaruh kantung plastik berisi bubur ayam di hadapan Jojo.
"Lu tau aja, apa yang lagi gua pengenin. Gua juga kebetulan belom sarapan tau?"
"Iya, gua tau. Makanya sarapan yang tenang, abis itu kerja yang bener. Nanti bulan ini gua bisa nggak gajian, gara-gara lu parno mulu sama hantu, lagi."
"Lu nggak gajian ntar nggak bisa beliin gua bubur lagi, dong?" Ucap Jojo sambil membongkar makanan yang Kelly bawakan untuknya.
"Itu lu tau."
"Sate telor sama ati-nya mana? Kok nggak pake?"
"Ngelunjak lu 'ya? Masih mending gua kasih 'tuh sate usus satu biji."
"Lagi tiris lu 'ya?"
"Balikin lagi sini! Gua nggak ikhlas lama-lama," balas Kelly cukup kesal dan hendak mengambil kembali makanan yang sudah diberikannya tadi.
"Ihh... jangan! Borok sikutan lu. Udah ngasih terus diambil lagi."
"Lagian, lu nyebelin."
"Iya, iya. Makasih ya, Kelly. Lu emang temen yang terbaik. Sering-sering lu kayak gini, ya."
"Nanti lu gajian, gantian yang traktir gua."
"Tapi bantuin gua dulu."
"Apaan?"
"Temenin ketemu paranormal. Kayaknya gua harus konsultasi kenapa gua diganggu mulu belakangan ini."
"Emang lu punya kenalan paranormal?"
"Nggak 'sih. Makanya lu bantuin cari."
"Ihh... lu yang diganggu makhluk tak kasat mata, kenapa gua juga yang jadi ikutan ribet?" Keluh Kelly yang langsung melangkah menuju meja kerjanya di seberang meja kerja milik Jojo.
"Dimana kesetiakawananmu, 'nak?"
"Tau ah!"
"Dirimu sungguh sangat kejam."
"Gua hajar lu ya, Jo." Balas Kelly dengan kesal yang membuat Jojo langsung tertawa.
***
To be continued . . .